Part 21

26.7K 3.6K 357
                                    

Cuaca hari ini, ketika Matahari berada tepat diatas langit dan hawa menjadi panas tiba-tiba saja berubah menjadi berwarna abu-abu mendung. Semesta seakan tak mendukung jika kedua geng motor terbesar di kota Jakarta melakukan aksi tawuran besar.

"Apa kabar sahabat sampah?" sapa Revano tepat didepan Arjuna yang tengah menatapnya nyalang.

Cowok itu mengeraskan rahangnya. Mengingat kejadian na'as beberapa hari lalu yang menimpa adiknya.

Ingin rasanya dia mencabik-cabik wajah brengsek itu. Walaupun tidak ada bukti kuat, tapi Arjuna pastikan jika itu adalah ulah Arkas. Karna dia tau, motif apa yang tersembunyi dibalik penyerangan itu.

Bukan hanya karna Yusi saja, tapi juga ketiga cewek SMA BINA BANGSA yang hilang, mungkin juga itu adalah ulah Revano. Karna inilah tawuran mereka dengan Arkas yang akan terjadi di depan gerbang sekolah.

Arjuna menghela nafas pelan, kedua tangannya ia silangkan di depan dada, "Sampah kok ngomongin sampah!!" ujarnya menampilkan senyum smirk.

Revano terkekeh dan memukul pundak Gio keras, "Bisa gitu ya? Masih aja ada orang yang gak sadar diri,"

Gio menatap Revano sedikit tak terima, lalu ia melepaskan tangan Revano sedikit kasar, tapi akhirnya dia juga ikut terkekeh bersama teman yang lain.

"Kita sadar kok, kalo kita emang gak selevel sama geng pengecut macam kalian,"

Ucapan Arjuna mampu membuat seluruh warga sekolah berteriak heboh sekaligus bangga terhadap cowok tampan itu dan membuat emosi Arkas semakin panas.

Gio yang sudah tidak tahan mengeluarkan senjata tajam dari belakang dan melayangkan di leher Arjuna. Begitupun Riki dan kawan-kawan juga siap-siap untuk menyerang.

Semua orang terkejut melihat tindakan Gio yang kelewatan dan hampir menyelakai Arjuna. Keynan melotot dan langsung memberikan aba-aba penyerangan.

"SERANG MEREKA!!!"

Kedua geng saling berlari menuju lawan. Namun, sebelum mereka menyerang Arjuna dan Revano sama-sama mengangkat satu tangan mereka. Menginstruksikan untuk berhenti.

Jika mereka menyerang, sama saja mereka menyerahkan dan mencabut nyawa Arjuna detik itu juga. Dimana sekarang ia sedang berada di titik ujung kematian akibat Gio.

Semuanya menurut, menahan aksi mereka dan kembali menurunkan senjata tajam mereka. Tidak dengan Gio, cowok itu masih tetap teguh pada pendiriannya.

Mengarahkan celuritnya semakin mendekati kulit Arjuna. Membuat para cewek di dalam kelas yang melihat itu berteriak histeris.

"Kalo sampe lo menyayat kulit Arjuna. Habis lo ditangan kita!" peringat Keynan dengan tegas.

Gio hanya tersenyum menanggapinya.

"Tenang dulu," pinta Revano menahan tangan cowok itu.

Gio mematuhi perintah Revano, lantas ia menarik nafasnya dalam lalu menjauhkan senjatanya dari Arjuna.

Cowok itu tidak pergi begitu saja, melainkan menarik kerah Arjuna dengan kuat.

"Kali ini lo aman," katanya lalu menghempaskan Arjuna kebelakang.

Dengan sigap Keynan menangkap Arjuna.

Untung saja Revano mencegah tindakan Gio tepat waktu, jika saja Revano tak mencegahnya Arjuna tidak akan lagi menjadi musuh bebuyutannya, alias mati.

Mengapa dia peduli dengan Arjuna? Bukankah ini yang ia inginkan?

Gio mendekati telinga Revano, "Kenapa lo tahan sih?!!" murka cowok itu dalam bisikannya.

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang