Part 5 (✓)

42.8K 5.8K 189
                                    

Bel pulang sekolah dibunyikan sejak 5 menit yang lalu dan kelasnya baru saja dibubarkan oleh Zidan. Acha membereskan buku pelajaran yang berserakan di mejanya. Kemudian ia masukkan ke dalam tas.

"Cha," panggil Fana yang baru ingat sesuatu.

Acha mendongak menunggu kelanjutannya.

"Hari ini ada ekskul cheers."

"Oh, terus kenapa?"

"Lo lupa, ya?"

"Apaan?" Acha memberhentikan kegiatannya sebentar.

"Lo kan masuk ekskul cheers."

"Hah? Emang iya? Sejak kapan?" tanya Acha secara beruntutan.

"Sejak Riska menjadikan lo anggotanya kemaren,"

Sontak buku yang berada di tangan Acha langsung jatuh di lantai. Ia lupa jika dirinya sudah dinyatakan sebagai anggota cheerleader.

Acha menupuk jidatnya cukup keras.
"Kok lo baru bilang sih, Fan," gerutu Acha.

Fana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tadinya gue mau ngasih tau lo tadi pagi pas masuk kelas. Tapi tiba-tiba ada kejadian boneka horror, jadinya gue lupa."

Acha hanya menatap Fana dengan wajah datar. Dia tak tau harus bagaimana setelah ini. Haruskah dirinya ikut? Bahkan dia sama sekali tak berminat untuk ikut ekskul itu.

"Terus lo gimana, Cha?"

Kini Vinda bertanya pada Acha sembari membantu memunguti bukunya yang berserakan dilantai.

"Yaudah,"

Acha hanya bisa mendengus pasrah dan terpaksa mengikuti ekskul Cheers.

"Yaudah apa?" tanya Fana.

"Berangkat latihan," jawabnya malas.

"Lo yakin, Cha?"

"Hm,"

Fana mengangguk mengerti, sebenarnya dia tak tega jika Acha tiba-tiba masuk ekskul itu. Karna pasti Riska akan melakukan hal jahat padanya. Telpon Fana berdering, supirnya sudah menunggunya di depan gerbang. Tak lama kemudian Fana berpamitan pada kedua sahabatnya.

"Lo tenang aja Cha, gue nanti ikut ekskul cheers juga kok,"

Acha menaikkan satu alisnya, "Beneran, Vin?"

Vinda mengangguk yakin. "Ntar gue bilang Miss Rahma."

"Miss Rahma?"

"Pembina ekskul cheers,"

"Gue seneng banget deh lo mau ikut juga,"

Acha kembali bersemangat mendengar ucapan Vinda. Hatinya lega memiliki sahabat yang pengertian padanya.

"Yaudah lo yang semangat ya, gue pulang duluan."

Vinda melambaikan tangan pada Acha dan keluar dari pintu.

"Bye, hati hati,"

Vinda mengacungkan jempol.

***

Gadis itu sedang menautkan kedua jarinya di koridor sekolah yang sepi. Dia bingung antara ikut latihan atau langsung pulang saja. Dia belum siap untuk mengikuti ekskul yang sama sekali tak diminatinya. Tapi, dia pun terus terngiang-ngiang perkataan Vinda tadi.

Beberapa jam yang lalu...

"Gue bakal jelasin apa yang gue tau selama ini. Firdaus Harda Wijaya atau yang biasa dipanggil Pak Wijaya adalah pemilik kedua yayasan ini."

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang