'Love story FIA' 20. Dia kembali

2.2K 188 0
                                    

Happy reading*

"Aku kembali"

Suara itu. Suara yang sangat fia rindukan dan suara yang fia tunggu sedari tadi.

Fia pun memutuskan untuk berbalik badan. Fia mengerjapkan matanya.
'Benarkah yang aku lihat' batinnya.

Fia melihat devano dengan sebuket bunga mawar merah ditangannya. Fia takut jika ini hanya halusinasinya.

Devano terkekeh melihat fia yang menatapnya seperti melihat hantu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Devano terkekeh melihat fia yang menatapnya seperti melihat hantu.

"Do you miss me?" Tanya devano.

Fia mengerjapkan matanya bingung.
'Benarkah ini nyata' batinnya.

Devano tertawa kecil.
"Ini nyata bukan halusinasimu" ujarnya seolah tahu isi kepala fia.

"I-ini beneran kamu?"

"Tentu saja, tidak mungkin jika ini mayatku bukan?"

"Dev, aku sedang tidak bercanda " ucap fia kesal.

"Aku juga tidak bercanda" ujar devano santai.

"Apa kamu tidak merindukan aku hmm?" Lanjutnya dengan suara lembut.

Fia menatap devano kembali
"Tentu aku merindukanmu" cicitnya dengan tertunduk.

Devano tersenyum lebar mendengarnya, ternyata gadisnya sama merindukannya.

"For you" ujar devano menyodorkan sebuket bunga yang dipegangnya sedari tadi.

Fia mendongakkan kepalanya. Dengan ragu dia mengambil bunga tersebut.

"Terima kasih" ucapnya pelan.

Terdengar bunyi sorakan dibelakang mereka. Devano mengangkat tangannya seolah menyuruh mereka untuk diam.

"Bunga itu berjumlah 99, kamu tahu alasannya?" Tanya devano.

Fia menggelengkan kepalanya.

"Bunga itu berjumlah 99 karena satunya itu kamu. Sama seperti Asmaul Husna berjumlah 99 dan satunya itu Allah sebagai pelengkap semuanya begitupun juga dirimu sebagai pelengkap hidupku" jelas devano.

Terdengar bunyi sorakan lagi dibelakang mereka dan kali ini jauh lebih ramai dari tadi.

Mereka tidak menyangka seorang devano yang terkenal berengsek, dingin dan kejam itu dapat berubah dalam sekejap hanya karena seorang wanita.

Fia hanya bisa menunduk malu mendengar ucapan devano dan sorakan dari orang-orang yang menontonnya sedari tadi.

"Tante clara, bolehkan aku meminjam fia sebentar?" Ujar devano setelah berbalik menghadap clara.

Fia membulatkan matanya,
'Devano pikir aku barang apa bisa dipinjem seenak jidad dia' batinnya kesal.

Clara mengerjapkan matanya bingung, benarkah tadi jika devano memanggilnya tante bukan Mrs. Johnson?

'Sepertinya devano benar-benar berubah' batin clara.

"Tentu saja" ucap clara tersenyum.

"Terima kasih" ujar devano. Lalu dia menghadap fia kembali
"Ayo" sambungnya.

Setelah mengatakan itu devano meninggalkan fia duluan.
"Dasar nyebelin" gerutu fia.

"Tante, aku izin pergi dulu ya" ucap fia lembut.

"Iya sayang, hati-hati ya"

Fia mengangguk sambil tersenyum, lalu pergi menyusul devano. Dilihatnya devano yang sudah menunggu di dalam mobilnya.

"Kenapa lama sekali" ujar devano setelah fia memasuki mobilnya.

"Tidak bisakah anda sabar sedikit Mr."

Devano hanya mendengus lalu menjalankan mobilnya pergi dari situ.

"Kita mau kemana?" Tanya fia.

"Ke taman"

"Taman?"

"Yups, taman yang membuat kita menghabiskan waktu bersama"

"Apakah itu taman mawar?"

"Anda benar sekali nona"

Fia memutarbola matanya malas tanpa ingin menanggapi ucapan devano lagi.

☆☆☆☆

"Kenapa kamu mengajakku kesini?" Tanya fia ketika mereka jalan berdampingan.

"Apa kamu tidak suka?"

"Bukan begitu dev, pasti kamu punya alasan membawaku kemari"

"Memang iya, aku mengajakmu kemari karena ingin menunjukkan hafalanku padamu" jelas devano santai sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.

"Kita duduk disitu saja" sambungnya.

"Tidak usah dev" ucap fia pelan dengan menunduk setelah duduk di bangku taman.

"Kenapa?
Apakah kamu tidak suka ataukah kamu ingin persyaratan lain?"

"Bukan,
aku ingin itu sebagai maharmu nanti untukku"

Kini devano tersenyum,
"Baiklah, bagaimana kalau besok"

Fia mendongakkan kepalanya dan menatap devano bingung.
"Apanya yang besok?"

"Tentu saja menikahnya"

"Apa kamu gila?
Tentu saja tidak bisa, bahkan aku pun belum menghubungi ibuku"

"Baiklah-baiklah, lalu kapan?"

"Bulan depan"

"Tentu saja tidak bisa, itu terlalu lama"

"Baiklah 3 minggu lagi"

"Itu juga lama"

"Lalu kamu ingin kapan devano?"

"Minggu depan"

"Tentu saja tidak bisa, persiapannya banyak"

"Tenang saja, kalau itu biar aku yang urus"

"Ya terserah anda saja Mr. Billionare"

☆☆☆☆

Next,

Love Story FIA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang