Nyonya Kim (End)

861 62 1
                                    

"sayang dimana dasiku?"

"lihat diatas meja rias!"

"aku dapat!" teriak Mingyu dari dalam kamarnya "kaos kakiku?"

"disepatumu!"

"ok.. ah ponselku?"

"disakumu Kim!"

"ah ya kau benar sayang, bagaimana kau bisa menemukan semua barang-barangku? ajaib sekali"

Seperti itulah suasana pagi hari mereka, kini sudah memasuki usia dua bulan pernikahan mereka, Wonwoo memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya setelah satu bulan menikah, ia ingin fokus mengurusi rumah tangganya, ia tidak ingin saat Mingyu pulang Wonwoo tak ada dirumah, dan Mingyu pun menghargai keputusan Wonwoo.

"berhentilah sibuk dengan ponselmu, sarapan dulu!" Mingyu telah duduk didepan meja makan, tapi ia terus mengutak atik ponselnya, hal yang biasa dilakukan Mingyu setiap pagi, semua karna pekerjaan.

"aku akan pulang cepat hari ini, kita akan makan malam diluar"

"kenapa tidak dirumah saja? tak ada bedanya Gyu"

"tapi aku ingin berkencan dengan nyonya Kim"

"baiklah.. apapun untuk suamiku, sekarang makanlah"

Setelah Mingyu menyelesaikan sarapannya, ia langsung berangkat menuju kantornya, sementara itu Wonwoo akan melakukan beberapa pekerjaan rumah, jika semua sudah beres ia selesaikan, ia akan bekerja sebentar dikamarnya.

Meskipun sudah menikah dan keluar dari pekerjaannya digaleri dan perpustakaan, Wonwoo tetap menerima pekerjaan sebagai editor lepas, meskipun gajinya tak sebesar dua pekerjaan sebelumnya, tapi cukup untuk membeli keperluan pribadinya dan tabungannya.

Wonwoo ingin memberikan waktu luangnya sedikit dalam pekerjaan lepas itu, bekerja sebagai editor tak akan menyita waktunya sebagai Nyonya Kim.

ddrrrttt ddrrrttt

Ponsel Wonwoo mendapatkan panggilan diwaktu yang masih menujukkan pukul sembilan pagi itu.

"aku merindukanmu Nyonya Kim"

"Mingyu baru satu jam kau pergi kekantor"

"apa aku cuti saja?"

"aku tidak akan membuka pintu jika kau pulang sebelum pekerjaanmu selesai!"

Wonwoo langsung mematikan ponselnya, Kim Mingyu hampir setiap hari melakukan itu, selama mereka menikah dua bulan ini, Mingyu akan selalu menelponnya mengatakan rindu sepanjang waktu.

...

"apa kau sudah minum vitamin yang immo kirim?"

"sudah imo tenang saja, aku baik-baik saja"

"tapi kau semakin kurus, apa Mingyu tidak memberimu makan yang cukup?"

"lebih dari cukup yang Mingyu berikan imo!"

Bibi Wonwoo datang kerumah Wonwoo dan Mingyu, kemarin sore Wonwoo meminta bibinya datang untuk memastikan sesuatu, karna Wonwoo sangat tidak berpengalaman soal ini, dan ia memerlukan bibinya yang datang jauh dari rumahnya.

"kau akan memberitahu Mingyu?"

"tentu saja, dia berhak tahu"

"bagus, jika nanti kau tidak sanggup menyelesaikan tugasmu, imo akan ikut tinggal disini untuk sementara waktu"

"trima kasih imo, hati-hati dijalan, beritahu aku jika imo sudah dirumah"

"baiklah, jaga kesehatanmu ya, imo pulang dulu"

Bibi Wonwoo itu sudah seperti ibu kandung bagi Wonwoo, bibinyalah yang selama ini membesarkan Wonwoo tanpa mengeluh sedikitpun, jika bibinya tak ada maka, tidak ada tempat bagi Wonwoo mengadu dan bercerita.

...

"sayang aku pulang!" setelah memasuki rumahnya Mingyu memanggil Wonwoo, tapi cukup lama jeda waktu, Mingyu tak mendengar sahutan dari istrinya itu, padahal biasanya Wonwoo akan datang menyambutnya.

"sayang kau dikamar?" Mingyu membuka pintu kamarnya dan melihat Wonwoo berdiri didepan sebuah cermin seukuran tubuhnya.

"kenapa tidak menyambutku hm?" Mingyu mendekat lalu memeluk Wonwoo menghadap cermin.

"kenapa kau menggunakan kemejaku?" mata Mingyu tertuju pada cermin didepan mereka dan melihat pantulan tubuh Wonwoo yang menggunakan kemeja kebesaran ditubuhnya.

Wonwoo melepaskan pelukan dipinggangnya, lalu menggiring kedua tangan Mingyu kedepan perutnya yang masih rata.

"kau tahu ini apa?" tanya Wonwoo

"hm?" Mingyu mengerutkan keningnya bingung dengan maksud Wonwoo

"tidak ingin menyapa Kim kecil?"

"Kim kecil?"

Wonwoo tersenyum setelah mengucapkan kalimatnya, lalu melihat raut wajah Mingyu yang masih terus berfikir

"KIM KECIL?"

"ish Mingyu jangan mengagetkanku" Wonwoo memukul lengan Mingyu, terkejut dengan suara nyaring yang dikeluarkan Mingyu.

"sungguh? ini.. disini.. ada Kim kecil?" tanya Mingyu tak percaya, ia membalikkan badan Wonwoo menghadapnya menuntut penjelasan

"belum dipastikan, tapi kita bisa ke klinik besok untuk kebenarannya" ucap Wonwoo

"aku tidak percaya, aku akan jadi ayah?"

"ayah Kim!"

"trima kasih Wonu, kau membuat hidupku semakin sempurna"

Mereka tersenyum bahagia, menempelkan kening mereka, lalu menikmati sebentar momen bahagia mereka.

...

"aku benar-benar tidak percaya sayang, kau dengar kata dokter tadi? 5 minggu, usianya 5 minggu"

"kau sudah mengucapkannya ribuan kali Mingyu"

Setelah pulang dari keklinik, Mingyu terus tersenyum dan mengulang kalimat yang sama, ia mendapatkan kabar dari sang dokter, usia kandungan Wonwoo sudah lima Minggu, Mingyu meletakkan foto hasil USG Wonwoo didompetnya, ia ingin melihat gumpalan berbentung kacang itu setiap hari, untuk mengingatkannya bahwa ia akan menjadi seorang ayah.

"kemarilah aku ingin memelukmu dan anak kita" Mingyu merentangkan tangannya meminta Wonwoo ikut duduk bersamanya disofa ruang keluarga dirumah mereka.

Wonwoo beranjak dari posisinya dimeja dapur yang tidak jauh dari tempat Mingyu duduk, lalu menyambut tangan Mingyu dan duduk dipangkuan suaminya.

"Tidak ada yang lebih membahagiakan dari kehadiranmu dan calon anak kita, kurasa hidupku semakin lengkap"

Mingyu mengecup hangat kening Wonwoo, berusaha menyampaikan rasa bahagianya pada Wonwoo.

"aku mencintaimu Jeon Wonwoo" ujar Mingyu

"aku juga akan selalu mencintai Kim Mingyu selamanya akan seperti itu"

Keduanya tersenyum bersama, memejamkan mata sejenak menikmati momen berdua, sebentar lagi suasana rumah mereka akan semakin ramai dengan kehadiran buah hati mereka. Hal yang tentu selalu ditunggu-tunggu calon orang tua bukan? ^ ^

TAMAT

trima kasih sudah membaca cerita fiksi ini..

jika kamu bersedia, silahkan berikan komentarmu mengenai cerita ini ya..

sampai jumpa dicerita selanjutnya....


Cintanya WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang