25 - Painful facts

4.8K 585 29
                                    

"Ma, kenapa melamun?" Tegur Renjun yang mendapati Wendy yang tidak menyahut padahal sedari tadi Renjun panggil.

"Sudah pipisnya?" Tanya balik Wendy yang kini sudah berhasil keluar dari lamunannya akibat teguran Renjun.

"Sudah" jawab Renjun dengan senyumnya. Wendy langsung berjongkok untuk memakaikan celana Renjun lagi, Renjun sangat manja. Bahkan hal kecil seperti ini pun masih harus dilakukan oleh mamanya.

"Mama kenapa?" Tanya Renjun ketika lagi-lagi mendapati Wendy menatap jauh dengan tatapan kosong.

"Tidak apa-apa, sepertinya kita harus pulang sekarang" jawab Wendy yang berusaha membentuk senyumnya.

"Katanya mau nginep?"

"Mama ada kerjaan, tadi bos menelpon mama" bohong Wendy.

"Boc nya jahat, mama kan capek kelja telus" Renjun terlihat kesal, pasalnya ini kan weekend masa mamanya harus kerja terus.

"Tapi kan mama kerja buat Renjun, buat jajan Renjun, dan bos itu baik ngasih mama uang" jelas Wendy sembari mengusap lembut rambut Renjun, tatapan Wendy terlihat berbeda, terdapat pancaran rasa khawatir didalam manik beningnya.

Setelah mendengar perbincangan ibu Sehun tadi, jadi banyak yang Wendy pikirkan dan Wendy pertimbangkan. Ia mengakui jika ia bukanlah calon istri yang sempurna untuk Sehun mengingat status dirinya dan status Sehun yang berbeda. Jadi wajar jika orang tua tidak setuju ketika anak kesayangannya menikah dengan orang yang sudah memiliki anak, terlalu banyak resiko.

Dan jika Wendy terlalu memaksakan diri, Wendy hanya takut jika Renjun yang akan terluka, Wendy takut keluarga Oh tidak bisa menerima Renjun berada di tengah-tengah keluarga mereka karena tentu saja Renjun memiliki marga berbeda.

.

Wendy dan Renjun keluar dari kamar mandi setelah perbincangan Wendy yang mengajak Renjun untuk pulang hari ini juga. Wendy menghela nafasnya beberapa kali, ia berusaha untuk bersikap biasa saja di depan Sehun. Wendy melihat sekeliling kamar itu, tapi ia tidak mendapati Sehun ada di sana. Mungkin pria itu sedang membantu ibunya di belakang.

"Renjun istirahat dulu, capek kan?" Tawar Wendy yang langsung mengangkat tubuh mungil Renjun dan mendaratkan Renjun di atas ranjang, Wendy ingin Renjun mengambil istirahat sebentar sebelum perjalan mereka pulang kembali.

"Mama juga pacti capek" jawab Renjun yang kini memeluk Wendy dan menariknya agar ikut berbaring bersamanya.

"Ya, mari kita istirahat bersama" Wendy tersenyum kemudian ia memeluk Renjun dengan erat.

.

.

.

"Bisakah mama bersikap baik padanya?"

"Bisa, tentu saja bisa. Tapi menerimanya menjadi menantu mama, mama tetap tidak bisa"

"Tapi Ma, dia baik, aku mencintainya"

"Banyak orang baik di dunia ini, dan cinta? Kau kira rumah tangga segampang itu Hun? Terlebih bersama seseorang yang sudah punya anak"

"Jangan terlalu memikirkan nasibku nanti, mama hanya perlu memberi restu. Soal bahagia atau tidak biar aku yang tanggung"

"Ah, dan jika dia orang yang baik pasti dia tahu diri"

"MA!"

"Kau bahkan berani membentak mama cuma gara-gara dia, mama semakin tidak suka"

"Bukan begitu, tolong mengertilah"

"Bilang saja itu temanmu pada saudaramu nanti, terlebih papamu, dia pasti akan marah padamu"

whats should we do - (Wenyeol Ver) - [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang