3 - When you come home

6.3K 764 36
                                    

Malam ini, seperti biasa Wendy tengah sibuk di dapur, dan tentu saja untuk menyiapkan makan malam untuk Chanyeol yang akan segera pulang dari pekerjaannya. Wendy mengeluarkan semua bahan makanan yang sudah ia tata rapi di kulkas tadi siang, dan ia terlihat menghitung satu persatu bahan makanan itu agar tidak ada yang tertinggal.

Wendy mulai mengiris daging dan sayuran, lalu menghidupkan kompor untuk merebus itu semua. Wendy tidak pernah kesusahan dalam memasak, terlebih beberapa bulan ini, memasak menjadi sebuah kebiasaan karena hal ini menjadi kegiatan wajibnya setiap hari.

"Ah tinggal mengiris bawang daun" gumamnya, Wendy mengambil beberapa helai bawang daun untuk dia iris kecil-kecil, bawang daun tersebut akan digunakan sebagai taburan ketika sup nya sudah matang.

Wendy mengambil pisau tajam dan segera mengeksekusi bawang tersebut dengan gerakan cepat, dia bahkan terlihat seperti seorang ahli.

"Assshhhhh!!!" Wendy terngengar meringis keras, sepertinya ia tak sengaja melukai jarinya. Dan benar saja, kini Wendy bisa melihat darah kental yang keluar dari jari telunjuknya.

Dia terluka.

Bukannya segera mencuci dan mengobatinya, Wendy justru malah berjongkok kemudian menenggelamkan wajahnya di antara lututnya dengan satu tangan yang sedikit mengacung ke udara untuk menjauhkan luka tersebut.

"Perih sekali hiks, ini terasa perih sekali hiks hiks"

Wendy menangis?

Ya terdengar sebuah isakan kecil, sepertinya Wendy memang menangis. Wendy meremat dadanya beberapa kali, Wendy memang merasakan rasa perih di jarinya, namun ada hal lain yang membuat dirinya sampai menangis, yaitu sebuah luka kecil yang sebenarnya sudah membangunkan luka yang amat besar pada hatinya.

Kenapa?

Wendy tadi sempat melamun memikirkan semua yang telah terjadi padanya, sehingga ia tak fokus mengiris bawang itu dan malah mengiris jari kecilnya. Wendy tahu apa salah yang diperbuat, sehingga Tuhan begitu membencinya. Rasa sakit yang selalu ia tahan setiap harinya, kini tak bisa ia bendung seiring darah yang keluar dari luka kecilnya. Hanya sebuah luka kecil di jarinya, tapi membagunkan rasa perih pada luka yang lebih besar di hatinya, jadi wajar saja jika Wendy kini tidak bisa menahan air matanya yang terpancing oleh sebuah luka kecil itu.

.

.

.

Wendy kembali bangkit dan mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian ia mengambil plester luka di kotak p3k dan menempelkannya dengan sembarang diatas luka pada jarinya. Wendy hanya menempelnya begitu saja, asal menempel saja tidak memperhatikan apa itu menempel dengan posisi yang benar atau tidak.

Wendy kembali melanjutkan memasaknya, ia sengaja memasak agak larut malam, karena Chanyeol memang jarang sekali pulang sore-sore. Jadi Wendy harus memasak ketika malam tiba, karena jika lebih awal maka makanan itu akan dingin, dan tentu saja Chanyeol tidak akan menyukainya.

Setelah selesai memasak, Wendy menunggu Chanyeol di ruang tengah, ia merebahkan tubuhnya yang terasa sedikit lelah.

Wendy menutup matanya, dan tiba-tiba saja ia kembali terbayang dengan sosok Sehun, sosok yang pernah mengisi hatinya, yang pernah memberikan sebuah kebahagiaan hari-hari yang pernah Wendy lewati. Namun apa balasan Wendy, ia memutuskan pria itu begitu saja, padahal Sehun adalah orang yang bahkan tidak pernah membuatnya kecewa.

"Maaf" gumam Wendy pelan, tentu saja ia menyesal dan merasa bersalah pada pria jangkung itu.

"Aku merindukanmu" jujur Wendy, karena bagaimanapun kekosongan hatinya diakibatkan Sehun yang tidak lagi mengisi ruang tersebut, namun Wendy tak pernah sedikitpun lagi berharap kembali pada pelukan pria tinggi itu, Wendy cukup tahu diri, dan memilih untuk menghindarinya sebisa mungkin.

Ceklek

Suara pintu depan terbuka, Wendy langsung membuka matanya dan menengok ke arah pintu itu dengan cepat, ia bisa melihat suaminya yang terlihat lelah itu sudah tiba di rumah. Tanpa jeda waktu lagi, Wendy langsung bangkit dan menghampiri Chanyeol, untuk sekedar membantu membawakan tas kerja suaminya itu.

"Biar aku bantu" tawar Wendy yang mengulurkan kedua tangannya untuk mengambil tas yang ditenteng Chanyeol.

Namun bukannya memberikan tas itu, Chanyeol malah menyingkirkan tubuh Wendy dengan kasar, sehingga Wendy sedikit terpental mundur.

"Pergilah, aku sedang tidak ingin melihatmu!" Serunya, kemudian Chanyeol tetap melangkah menuju lantai atas, dan segera masuk ke dalam kamarnya.

"Dia mabuk lagi" gumam Wendy yang terlihat meremat kedua tangannya, ia melihat ke arah kamar Chanyeol yang kini sudah tertutup rapat.

Lagi dan lagi, Chanyeol selalu pulang dengan keadaan mabuk, hari ini tidak seberapa. Ya tidak seberapa, karena biasanya pria berbadan besar itu memukul Wendy, dan melemparkan tubuhnya ke lantai ketika ia marah saat mabuk. Mungkin hari ini mabuknya hanya sedikit, jadi Chanyeol masih bisa mengendalikan emosi dirinya. Wendy tahu, Chanyeol mungkin masih frustasi dengan semua ini, ia masih belum bisa menerima, atau mungkin tidak akan pernah bisa menerima.

Wendy membereskan kembali makanannya, ia tahu, Chanyeol tak akan pernah memakan masakannya malam ini, dan Wendy tahu akan hal itu. Tapi meski dia tahu Wendy tetap saja memasak, ia selalu berharap suatu saat sang suami akan menyapanya dan duduk bersama di meja makan untuk makan malam bersamanya.

.

.

.

Wendy yang sudah merasa lelah langsung menuju kamarnya yang berada di ujung lorong lantai dua, sebenarnya ini salah satu kamar tamu, tapi kini menjadi kamar Wendy karena Chanyeol tak pernah mau sekamar dengannya.

Wendy terlihat mencari sesuatu di lacinya, tak lama ia menemukan sesuatu yang ia cari itu. Wendy membuka benda itu dan langsung mengambil beberapa butir beda bulat berwarna putih yang terdapat di dalamnya, kemudian ia langsung menenggaknya dan menelannya dengan cepat sebelum beberapa teguk air putih membantu obat itu untuk pergi lebih jauh kedalam tubuh Wendy.

Sebuah obat penenang, Wendy selalu mengkonsumsinya sebelum tidur, agar ia bisa memejamkan matanya dengan damai. Karena jika ia tidak meminum obat itu Wendy akan susah tidur dan selalu mendapat mimpi buruk. Walaupun Wendy tahu pasti bahaya yang akan menghampirinya jika ia mengkonsumsi obat itu secara terus menerus, tapi Wendy tak punya pilihan lain, karena hanya tablet itu yang bisa membuat dirinya sedikit tenang.

"Kau tahu apa yang paling menyenangkan ketika kau lelah seharian? Yaitu berbaring, dan beristirahat lalu perlahan tertidur. Dan tahukah kamu apa yang aku inginkan setelah berhasil tertidur, yaitu tidak bangun kembali" gumam Wendy, kemudian ia perlahan menutup matanya yang mulai terasa berat.

.

.

.

Di kamar lain, terlihat Chanyeol yang tengah tidur tengkurap sambil memegangi bingkai foto yang terdapat gambaran seseorang. Jika di dengarkan dengan seksama, terdengar sebuah isakan kecil yang berasal dari pria tinggi itu.

"Naeun-ah, kau dimana hiks, aku merindukan mu"

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Son Naeun (Apink) As kakak Wendy.

Warn - Cerita ini akan lebih membingungkan kedepannya dan memiliki kisah yang sangat rumit.

whats should we do - (Wenyeol Ver) - [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang