Tahun ajaran baru telah tiba. Di semester kelima ini ku harus lebih sungguh-sungguh lagi dalam berorganisasi. Karena tahun depan pasti fokus mengerjakan skripsi dan tugas akhir yang tak tahu apa itu. Perekrutkan anggota baru dibantu oleh junior-juniorku. Di pojok ruangan Bella sedang berbincang dengan teman-teman yang lain. Dia nampak aktif dan cakap. Semua ide dan gagasannya sangat luar biasa. Aku jadi tambah salut dengannya.
Setiap divisi bekerja dengan keras. Aku hanya mengontrol saja dari belakang. "Bud, gimana perkembangannya?"
"Tenang aja, Bos. Untuk tahun ini insya Allah aman terkendali."
"Kira-kira ada yang minat nggak dengan organisasi keislaman kita?"
"Jangan khawatir, Ris. Aku yakin tim Sosial Media berjuang dengan keras. Mereka ku perhatikan sering posting di dunia maya dan dunia kenyataan. Apalagi Bella. Dia paling aktif dalam bekerja. Padahal masih muda."
"Iya, ku heran dengannya."
"Eh, heran? Jangan-jangan kamu naksir sama dia?"
"Ih, apaan sih, Ris. Enggaklah, masa naksir sama adek kelas sendiri."
"Emang apanya yang salah? Emang nggak boleh kalau kakak kelas naksir adik kelas?"
"Ya, terserahlah, Bud. Aku males ngomongin soal itu."
"Kamu itu sudah waktunya, boy."
"Sudahlah, Bud. Jangan pancing-pancing, deh."
"Iya-iya. Hehe.."
Ku kembali sibuk dengan kertas-kertas di depan meja. Beberapa artikel yang diberikan oleh dosenku cukup keren juga. Tulisan tentang hokum-hukum fikih yang menarik ku lahap habis dalam waktu beberapa menit saja. Ustaz Malik Kusnadi memang hebat. Dari dulu ku memang terkesan dengan dosenku yang satu ini. Dia mendapat gelar S1 dari Mesir dan S2 dari Maroko. Tak heran kalau ilmu Bahasa dan agamanya sudah ngelontok.
Aku pun belajar menulis darinya. Sering sekali saya konsultasi soal tulis menulis kepadanya. Dan itu sangat berpengaruh sekali kepada hasil tulisan yang ku buat. Kalaulah ku tak bertanya dan berdiskusi seputar literasi kepadanya, mungkin saat ini ku belum punya buku. Aku mungkin hanya menjadi konsumen saja.
Sekarang alhamdulillah ku bisa menyumbang sedikit apa yang ku punya kepada orang lain. Tulisanku sering dimuat di koran dan majalah yang bergengsi. Maka pemasukanku sudah lumayan untuk mengurus diri sendiri. Kalau orang di luar bekerja dengan keras dengan otot, ku hanya butuh duduk beberapa menit di depan laptop. Beberapa hari kemudian uang cair.
Maka bacaanku harus banyak. Aku juga harus mengikuti kabar terbaru di media. Tak heran jika ada orang yang menyebutku si kutu buku. Selalu di perpustakaan atau di ruang meeting oraganisasi. Kalau nggak gitu ya di toku buku. Walupun demikian, penampilanku tidak sama dengan kutu buku yang lain. Aku sangat menjaga penampilan. Walau wajahku biasa-biasa saja, tapi aku tahu kapan pakai kaos, kemeja, jaket, jas, dan pakaian yang lain. Saku juga tidak memakai kacamata sebagaimana kutu buku di luar sana. Ya, pokoknya penampilan pentinglah bagiku.
***
Waktu kosong seperti ini ku sempatkan untuk pergi ke toko buku. Ku biasanya pergi ke sana bersama Budi. Tapi dia lagi sibuk. Maka ku berangkat sendiri. Sore hari memang waktu yang sangat pas untuk berada di jalanan. Selain tidak panas, pemandangan juga lumayan. Jarak toko buku dengan kos-kosanku tidak terlalu jauh. Paling hanya tujuh kilo saja. Beberapa menit juga sampai.
Ku berjalan dengan santai sambil menimati keadaan sekitar yang asri dan indah. Ini kota hujan, Bogor. Kota yang selalu ku cintai. Walau ku berasal dari Rembang Jawa Tengah, tapi suasana di Bogor jauh bikin rindu dari pada kampung halaman. Ketika pulang kampung hati ini selalu dibuat rindu olehnya. Apalagi sekarang ada tambatan hati, Bella. Selalu saja yang ada di pikiran itu dia.
Mall Botani Square sudah terpampang dengan jelas di depanku. Aku masuk dengan perasaan senang dan gembira. Di dalam banyak sekali anak-anak muda yang bersenang-senang dan hura-hura. Ya, biasa anak ABG yang masih labil, sok-sokan keren dan cakep dengan pakaian yang jauh dari syariat. Terbuka mengumbar aurat. Aku agak muak melihat anak-anak seperti mereka. Semoga saja mendapatkan hidayah segera.
Pakaian memenuhi mall. Tapi aku tidak tertarik dengan hal itu. Aku lebih suka beli di luar dari pada beli di mall. Harga selangit dengan kualitas yang tidak bagus. Tujuanku hanya toko buku. Dan hanya ada Gramedia. Mataku melihat satu persatu buku yang ada di sana. Banyak sekali buku sampai ku bingung memilih.
Tiba-tiba mataku tertuju kepada buku yang berjudul "Sejarah Umat Islam" karya Buya Hamka. Buku sejarah islam yang mungkin orang tidak tahu. Sepertinya lumayan seru. Aku sangat tertarik. Tapi ketika melihat harganya, jadi piker dua kali. Masalahnya uang yang ku bawa tidak cukup. Aku harus memilih buku yang agak lebih murah lagi. Hingga mataku tertuju pada sebuah buku bersampul hitam dengan judul berwana merah. Ya, buku "Jas Mewah" karya Tiar Bactiar.
Aku sudah yakin dengan pilihanku. Aku ambil buku itu dan membawanya ke kasir. Tiba-tiba berdiri di sampingku seseorang yang tak asing. Bella. Ya, wajah cantik dengan kacamata itu sedang membayar buku yang dia beli. Sepertinya dia sedang membeli novel. Dia tidak akan mengenaliku karena aku memakai masker.
Tidak sangka bertemu di sini. Kenapa jantungku berdetak lagi?
"Kak Faris, ya?" tiba-tiba Bella bertanya. Kenapa dia tahu?
"Eh, Bella. Kok di sini?"
"Iya, biasanya aku di sini kalau libur. Biasa refreshing. Hehe.."
"Sendirian?"
"Enggak, sama kakakku."
"Di mana dia sekarang?"
"Masih sibuk hunting buku. Biasa, dia itu kutu buku."
"Berarti sebelas dua belaslah sama kamu."
"Iya, benar banget. Yaudah, aku pergi dulu. Udah mau maghrib. Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.." Bella pergi mencari kakaknya.
Satu buku untuk hari ini sepertnya cukup. Menambah koleksi buku sejarah islam di rakku. Aku sangat hobi mengoleksi buku. Kalau rak sudah penuh tinggal dibawa pulang dan diganti dengan buku-buku baru. Daripada pakaian, bukuku lebih banyak.
Sepertinya hujan lagi. Aku memilih untuk berhenti di warung makan. Nasi goreng sepertinya bisa menghangatku tubuhku. Hujannya terlalu deras. Aku takut kedinginan dan meriang di kos-kosan kalau dipaksakan. Lagian sudah seminggu aku nggak mencicipi nasi gorengnya Cak Aji. Tempat langganan kalau rindu masakan Ibu di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Hujan
RomanceHujan menghantarkan dua orang merasakan cinta yang hakiki dan sejati.