Ku jadi teringat obrolanku dengan Pak Malik beberapa hari yang lalu. Khitbah? Aku jadi berpikir ulang tentang hal itu. Siapkah aku melakukannya? Tapi aku begitu mengaguminya. Sudah terlanjur cinta, tidak bisa ditahan. Tidak ada wanita lain yang bisa membuatku jatuh hati. Hanya dia seorang. Bella. Sekarang dia sudah semester 6. Apa dia mau diajak nikah nggak ya?
Ku buka sajadah biru. Shalat istikhara sebentar untuk meminta petunjuk. Apa yang seharusnya ku lakukan, apakah lanjut kepada keinginan hati atau mengundurkannya tuk sementara. Aku masih bingung dan pusing memimikirkannya. Apalagi skripsi selalu menghantui hidupku setiap hari. Ingin cepat selesai dan wisuda. Namun syahwat begitu menyala-nyala.
Pagi itu ku sudah janji dengan Bella di perpustakaan. Aku ingin meyakinkan bahwa tidak ada orang yang sedang mengkhitbahnya. Aku sudah duduk di kursi sambil membaca skripsiku. Ku ingin mengoreksi, siapa tahu ada yang salah dan perlu direvisi. Daripada nanti revisinya ketika sidang di hadapan para dosen.
Ku punya jadwal kuliah jam 10. Tapi sekarang masih jam 7.30. Sengaja ku ingin habiskan waktuku di perpustakaan. Yang penting ku sudah isi perut ini. Kalau tidak, bisa tepar karena kelaparan. Tak berselang lama, si gadis berkacamata itu datang menghampiriku. Penampilannya tidak seperti biasanya. Sangat menarik dan islami.
"Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.."
"Sudah lama nunggu, Kak?"
"Enggak. Barusan nyampek."
"Oh, gitu. Kira-kira Kak Faris ingin ketemu Bella ada keperluan apa, ya?"
"Ada beberapa pertanyaan yang ingin ku ajukan, Bella. Kamu jawab dengan jujur, ya?"
"Apa itu, Kak?"
"Apakah Bella siap menikah jika ada ikhwan yang mengkhitbah?"
"Kalau aku sih mau-mau ajah. Yang penting dia mau datang ke rumah dan bilang ke Abah. Semua keputusan ku serahin Abah."
"Apakah ada orang yang sedang mengkhitbah Bella?"
"Tidak ada, Kak."
"Oke, sekarang tolong minta alamat rumahmu. Boleh?"
"Jalan Arga Nirwan nomor 5. Rumah dekat Nonamcafe & Foodcourt."
"Terima kasih."
"Kak, memang siapa yang mau melamar?"
"Adalah. Pokoknya nanti akan ada orang yang datang ke rumahmu."
"Semoga dia adalah imam terbaik buatku."
"Amin." Ku hanya bisa tersenyum ke arahnya.
Harapanku masih terbuka lebar. Aku yakin dengan keputusanku untuk menikah secepatnya. Aku tidak mau menunda-nundanya. Mungkin ujian skripsi tinggal sebulan lagi. Setalah ujian, akan ku datangi orang tuanya. Dan mengungkapkan isi hati yang terdalam. Makanya skripsi ini harus selesai dengan cepat.
***
Semua orang deg-degan hatinya. Beberapa orang menunggu di luar ruangan. Menanti giliran untuk dihabisi oleh dosen. Aku juga begitu. Hatiku bergetar tak karuan. Satu persatu telah mendapat giliran. Kini waktu bagiku untuk berperang, melawan para pakar pendidikan dan agama. Bukan untuk mencari kemenangan, tapi hanya sebagai pembuktian kalau ku bisa.
Ku duduk di kursi yang sudah disediakan. Ku jelaskan satu persatu isi dari skripsi yang sudah ku buat beberapa bulan ke belakang. Ku sudah konsultasi dengan para pakar dan ahli pendidikan. Ku tak takut tuk salah. Malah ku ingin belajar dari kesalahan yang ku lakukan. Tidak sederhana memang menghadapi mereka semua. Selalu saja ada pertanyaan kritis dan sukar tuk dijawab. Namun ku bisa melewatinya dengan susah dan payah.
Tak ku sangka keringat menetes bercucuran di kening dan kepala. Keringat dingin memenuhi kening dan membasahi pakaian. Perasaan ruangan ber-AC dan terasa dingin. Mungkin karena rasa cemas dan khawatir akan nilai skripsi.
Alhamdulilah semua sudah ku lewati. Aku yakin bisa wisuda secepatnya. Mungkin proses khitbahku harus dipercepat. Ku sudah bilang ke orang tua dan respon mereka bagus menganai lamaran ini. Ku tak mau memberitahu Bella kalua aku akan melamarnya. Hal ini sengaja ku sembunyikan untuk menjaga hatinya. Aku juga ingin memberikan surprise kepadanya. Akan ku buktikan bahwa ku bukanlah lelaki pengecut.
Ku kirim pesan ke Pak Malik.
Aku:
Assalamualaikum, Pak.
Malik:
Waalaikumsalam...
Aku:
Pak, saya mau melamar seseorang besok. Mohon doa dan wajangannya.
Malik:
Perbaiki niatmu, Ris. Apa sebenarnya tujuan dari menikah. Terus sandingkan semua itu dengan Allah. Dia belum tentu jodohmu. Walaupun kamu hendak melamarnya, tapi dia belum jadi mahrammu. Maka sebagai seorang muslim, jangan pernah buat senang setan dengan dekat-dekatan dengannya. Jaga jarak sejauh-jauhnya hingga waktu akad tiba. Dan ingat, jodoh yang dipilihkan Allah jauh lebih baik dari jodoh yang kamu pilih. Allah mengatakan, 'sesuatu yang kamu benci bisa jadi itu baik bagi kamu. Dan sesuatu yang kamu suka bisa jadi buruk bagi kamu. Sesungguhnya Allah maha Tahu dan kamu sekalian tidak tahu.' Kalau kamu nanti mendapatkan sesuatu yang tidak kamu inginkan, ingat takdir Allah jauh labih baik dari apa yang kamu harapkan.
Aku:
Terima kasih, Pak.
Malik:
Sama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Hujan
RomanceHujan menghantarkan dua orang merasakan cinta yang hakiki dan sejati.