6. Konsultasi Kehidupan

31 0 0
                                    



Hari ini ku punya janji denga dosenku, Pak Malik Kusnadi. Aku ingin menanyakan beberpa hal mengenai skripsiku. Ada banyak sakali yang mengganjal di beberapa refernsi yang ku pakai. Aku tidak mau salah pilih referensi. Apalagi nanti berbau liberal dan sekuler, akan berbahaya dunia dan akhirat. Agama islam datang dengan kedamaian. Agam inilah yang menjadi penyelamat semua umat yang tesesat. Ku bersyukur masih memegang teguh agama ini. Insya Allah akan menjadi penyelamatku di dunia dan akhirat.

Ku sudah menunggu di sebuah kafe dekat kampus. Satu gelas penuh jus magga telah habis dimakan dahaga. Aku masih membuka dan membaca beberapa halaman skripsiku. Tinggal beberapa halaman lagi, dan ujian skripsi akan selesai. Wisuda yang sudah ku nanti-nanti akan tiba. Memakai toga dengan rasa senang dan bangga. Yap, menjadi seorang sarjana.

"Assalamualaikum...." Sapa seorang pria parubaya.

"Waalaikumsalam... masya Allah silakan, Pak."

"Iya. Maaf, aku terlambat, Ris."

"Nggak apa-apa. Kan yang butuh, saya, Pak."

"Ngomong-ngomong, mau minum apa, Pak? Saya yang traktir, deh."

"Teh hangat manis ajah boleh."

"Ya udah."

Tak butuh waktu lama, sang pelayan membawa pesanan Pak Malik. Suasana seperti ini pas kalau minum sesuatu yang hangat. Dan teh hangat manis sangat cocok untuk itu. Satu pelajaran penting di daerah sunda, ketika kita makan di warung makan pesan "Teh anget", maka yang keluar adalah teh anget hambar. Itu pernah terjadi ketika pertama kali ku berada di Bogor. Saat itu perutku sangat lapar setelah mendaftar di kampusku sekarang. Aku pergi ke warung makan dan pesan teh anget. Yang keluar malah teh anget hambar. Lalu ku komplain ke pemilik warung kenapa tidak ditambahi gula. Dia pun menjelaskan bahwa kalau mau pesan minuman itu yang lengkap. Karena kebiasaan orang Sunda itu minum teh tawar. Itu bagus untuk kesehatan.

Aku pun malu bukan main. Semenjak itu, aku selalu memesan sesuatu dengan lengkap. Dan karena sering makan di pinggir jalan, aku pun biasa minum teh tawar. Itu baik untuk kesehatan. Lagian teh tawar harganya sama kaya air putih. Gratis.

"Apa yang ingin kau tanyakan, Ris?"

"Begini, Pak. Ada beberapa referensi yang diberikan oleh salah satu dosen di kelas. Buku itu mengatakan bahwa memakai hijab itu tidak mesti harus menutup secara utuh. Karena banyak ulama dan Kiai yang istrinya hanya sekadar mengenakan sorban untuk menutupi sedikit kepalanya. Kalaulah memang makna menutup aurat itu full, maka bagaimana dengan para ulama ini. Bukankah mereka paham agama? Kenapa mereka malah membiarkan istri dan anak mereka melanggar perintah Alla?"

"Begini, Ris. Untuk buku seperti itu sebenarnya banyak sekali. Ya, kita memang tidak bisa lepas dari buku-buku liberal seperti itu. Dahulu ada seorang Alim yang luar biasa. Dia orang yang sangat getol dalam perkara hijab. Dia menjelaskan dengan detil kenapa seseorang harus berhijab. Makanya dia menulis buku tentang kewajiban wanita memakai hijab. Lalu dia mendapat beasiswa kuliah di barat. Bertemulah dia dengan orang-orang liberal dan sekuler. Ketika pulang, dia menulis buku "wanita tidak wajib memakai hijab". Dia menyerukan bahwa wanita tidak perlu dan tidak harus memakai hijab."

Dia melanjutkan, "Soal ulama, kita harus lihat dulu siapa dia? Apakah ulama itu memang memiliki kapasitas dan kualitas yang baik? Karena ada sebagian orang yang disebut ulama dan ahli agama, malah dialah penyebab hancurnya umat. Banyak orang yang menyamar menjadi ahli agama hanya ingin mencari popularitas. Atau malah ingin menjadi pemecah dan penghancur umat. Seperti Snouck Hurgronje asal Belanda. Dialah yang telah memecah umat dengan menyebarkan pemikiran-pemikiran aneh dan menyeleweng. Maka kita harus benar-benar tahu siap ulama yang merujuk kepadanya."

Cinta HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang