9. Menikah

24 0 0
                                    



Dua bulan sudah ku menunggu. Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan. Aku akan menjalin ikatan suci dengan Bella. Hari akad nikah yang sangat bersejarah. Keluargaku datang ke Bogor. Kini kami sedang berjalan menuju kediaman Bella dengan mengendarai mobil mewah. Hatiku dag-dig-dug nggak jelas. Ini lebih dari ujian skripsi dan prosese khitbah.

Ku lihat Bella sudah mengenakan baju khas acara pengantin denga bedak yang tidak terlalu tebal. Dia datang menghampiriku. "Kak Faris?"

"Bella. Apa kabar?"

"Baik. Jadi Kak Faris benar-benar serius dengan pernikahan ini?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu jangan pernah menyikiti istrimu nanti, Kak." Tiba-tiba air matanya meleleh dari keopak mata. Aku kira itu adalah air mata bahagia.

"Kalau kamu bahagia, nggak?"

"Kalau Kak Faris bahagia, aku pun ikut bahagia." Dia pergi meninggalkanku sambil meneteskan air mata.

Aku pun digiring untuk menuju tempat akad. Di situ sudah ada Abahnya Bella dengan pakaian resmi dengan jas hitam dan songkok nasional. Aku begitu grogi dan serba salah. Ku lihat Bella sedang duduk di area penonton. Yang ada di depan hanya aku dan abahnya saja. Dia pun mengambil telapak tanganku.

"Sebelum akad dimulai. Faris, ingatlah degang janjimu."

"Insya Allah, Bah."

"Saya nikahkan Muhammad Al-Farisi dengan anak saya Bella Sovia Fauziyyah dengan mas kawin uang lima juta rupiah diabayar tunai." Oh, ternyata nama lengkapnya adalah Bella Sovia Fauziyyah.

"Saya terima nikahnya Bella Sovia Fauziyyah dengan mas kawin uang lima juta rupiah diayar tunia."

"Sah.."

"Alhamdulillah..."

Akhirnya aku sah menjadi seorang suami orang yang benar-benar ku kagumi dan cintai sejak lama. Lega rasanya bisa menjadi suami Bella yang ternyata sudah lama mengagumiku juga. Dan gara-gar pernikahan ini, berarti adinya Bella bisa menikah dengan orang yang sudah mengkhitbahnya. Karena pernikahan mereka tergantung degan pernikahanku dengan Bella.

Ku berjalan mendatangi kamar pengantin. Aku yakin dia sudah menungguku di sana. Ruangan itu berada di tengah. Kamar yang spesial dengan hiasan bunga dan aroma parfum yang wangi sekali. Menambah hati bergetar lebih kencang. Ku lihat seseorang duduk di ranjang dengan membelakangiku. Dia mengenakan baju khas seperti yang dikenakan Bella. Tapi bajunya berbeda dengan baju yang dikenakan tadi. Coraknya berbeda.

"Bella?" sosok itu pun menoleh ke arahku. Dan ternyata dia bukan Bella.

"Kak Sovia? Kenapa Kakak di sini? Di mana Bella?"

"Mas Faris, aku adalah Bella Sovia Fauziyyah." What????????? Jadi selama ini orang yang ku nantikan adalah Sovia kakak kelasku. Tidaaaakkkkk.......

"Kenapa hal ini bisa terjadi?"

"Bukankah kamu yang datang ke sini untuk melamarku, Mas?"

"Tapi bukan Kak Sovia..."

"Lalu siapa, Mas?"

Aku tidak percaya dengan ini semua. Ku kira Bella itu Si Mata Tajam. Tapi kenapa aku malah salah khitbah? Atau mungkin aku salah alamat? Tidak mungkin, Bella ada di sini. Otomatis aku tidak salah alamat. Atau jangan-jangan...

"Kak Sovia, adik Kakak namanya siapa?"

"Mas, aku ini istrimu. Kenapa panggil aku Kakak?"

"Kan kakak kelas."

Cinta HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang