Acara seminar sudah dimulai. Bu Ira sudah duduk manis ditemani oleh Sovia kakak kelasku. Seminar bertema wanita muslimah ini sangat meriah dan memukau para audien. Aku hanya bisa mendengarkan dari jarak jauh karena sebanarnya acara ini hanya untuk para akhwat. Tapi aku sebagai ketua organisasi harus mengikuti semua kegiatan yang ada. Apalagi Bella sudah beraksi dengan kameranya bersama teman-teman sedivisi.
Fokusku malah bukan ke pemateri, malah ke gadis berkacamata itu. Bella benar-benar sudah menusuk jantungku dengan panah cinta. Aku tidak bisa mengingkarinya. Entahlah apa yang sebenarnya membuatku tertarik padanya. Wanita cantik banyak. Wanita pintar banyak. Wanita salihah banyak. Tapi kenapa hatiku lebih condong kepadnya.
Astaghfirullah....
Ini tidak boleh dalam islam. Jangan pernah sampai mencintai seseorang yang belum halal. Itu adalah zina hati. Sekali lagi itu adalah zina hati. Dulu di pesantren Kiai mengajarkan macam-macam zina, diantarnya ada zina mata dan hati di mana keduanya tidak bisa dihindari oleh manusia. Maka ketika mengatahui hal itu, ku lupakan rasaku pada seorang santriwati. Dia adik kelasku setahun, meski kalau soal umur mungkin agak jauh. Maryam. Sosok yang membuatku tidak bisa tidur. Aku selalu menghayal ke mana-mana ketika malam tiba. Sorot mata dan senyumannya seperti anak panah asmara yang menusuk hati terdalamku.
Tapi itu dulu. Sudah ku lupakan dia karena agama melarangnya. Ku menghindar dan membiarkan ingatan itu pergi dan terbang ke angkasa. Aku selalu bersujud dan berdoa agar terhindar dari perbuatan maksiat dan zina. Aku tidak ingin membuat hidupku dipenuhi catatan merah. Sudah cukplah itu di masa SMA. Ku tak ingin mengulanginya. Biarlah yang lau tetap berlalu. Yang sekarang menjadi prioritas. Yang nanti masih direncanakan.
Acara selesai. Orang-orang pada bertepuk tangan dan bersorak. Memang materi yang disampaikan sangat luar biasa menggugah. Meski ku tak memperhatikan meteri dengan serius dan sungguh-sungguh gara-gara lamunanku tentang Bella, tapi ku bisa menyimpulkan apa yang telah disampaikan oleh pemateri. Aku bisa menangkap hal-hal penting yang menjadi pembahasan di acara seminar ini.
Dari kejauhan Bella berjalan mendatangiku. Hatiku berdetak kencang. Dan semakin dekat dia, semakin kencang hatiku berdetak. Perangainya sungguh mempesona setiap lelaki yang melihatnya. Aku tidak percaya ada orang seperti dia di dunia. Ku kira dia adalah bidadari yang turun dari langit. Membuat setiap mata tertuju ke arahnya tuk mendapatkan kenikmatan batin dan jiwa. Ya Allah, bantulah aku dalam menangani hal ini.
"Assalamualaikum..." Suaranya begitu lembut dan merdu tuk didengar.
"Waalaikumsalam.. eh, Bella. Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Kemarin kan saya pinjem buku. Apa Kak Faris bawa buku itu?" oh, iya. Aku lupa bawa. Mungkin karena terlalu banyak kegiatan dan tugas yang perlu ku pikirkan. Padahal aku sendiri yang menjanjikannya dua hari yang lalu.
"Emm... aku lupa, Bella. Tapi hari ini akan ku ambilkan untukmu."
"Eh, nggak usah, Kak. Kayaknya Kak Faris terlalu sibuk. Aku nggak mau nyusahin Kakak." Ucapnya sambil manyun. Aku jadi nggak enak sama dia.
"Insya Allah nggak ngerepotin, Kok."
"Sesempatnya ajah, ya."
***
Siang ini hujan lagi. Aku segera mengambil motorku dari parkiran dan pulang ke kos-kosan. Motor ku laju tidak terlalu kencang. Karena jalan begitu becek. Aku takut roda motorku mencipratkan air ke orang-orang yang ada di sampingku. Aku berjalan dengan santai dan tidak terburu-buru. Jarak dua puluh meter di depan seorang gadis berhijab merah mengenakan payung hijau sedang berjalan di pinggir jalan. Motorku hampir mendekati gadis itu. Aku takut motorku mencipratkan air ke arahnya. Aku pelankan motor. Ketika tepat berada di sampingnya, datang mobil dari belakang dengan kencang dan mencipratkan air jalan ke arah tubuhku.
Tidaakk.... Bajuku kotor. Aku berniat baik untuk tidak mengotori dan menyipratkan air ke orang lain. Malah aku sendiri yang tersemprot. Aku berhenti sejenak mengusap pakaianku yang kotor. Gadis itu masih berdiri di tempat. Dia hanya melihat dengan rasa heran dan iba. Dia mengenakan masker hijau seperti para suster di rumah sakit.
"Faris?" suara itu terdengar tidak asing. Dia pun membuka masker. Ya, Kak Sovia Fauziyyah.
"Kak Sovia? Jalan kaki ajah?"
"Iya."
"Kamu kasihan sekali kena cipratan air jalan. Gara-gara kamu aku nggak kena air itu. Makasih, Ris."
"Ah, itu kan nggak sengaja, Kak."
"Ya, Allah, Kasihan banget, sih. Yaudah kamu cepat pulang dan ganti baju. Sebelum ada mobil lagi yang nyipratin air ke arahmu. Hehehee.."
"Kak Sovia nggak naik kendaraan?"
"Enggak, aku lagi menikmati hujan. Pulanglah, Ris." Aku manggut dan menggas motorku secepat kilat. Ku tak ingin ada yang menyemprotku lagi.
Sesampainya di kos-kosan, ku cuci semua pakaian. Sebenarnya lagi malas ngapa-ngapain, tapi mau bagaimana lagi. Daripada nanti numpuk nggak kecuci, mending sekarang ajah ku cuci mumpung ada waktu luang. Biasanya terlalu sibuk dengan kegiatan dan organisasi sehingga lupa kepentingan sendiri.
Dua puluh menit sudah ku bersihkan pakaian dan tubuhku. Ya, singkat dan padat khas seorang laki-laki. Ku rebahkan tubuhku di atas ranjang yang empuk sambil terbayang senyuman dan sorot mata Bella. Andai aku bisa memilikinya dan menjadikannya ibu dari anak-anakku nanti. Betapa indahnya hidup ini. Seakan kenikmatan dunia telah ku raih separohnya.
Tak beberapa lama ku terbawa kembali ke masa-masa ku di pesantren. Sosok Maryam yang sangat mirip sekali dengan Bella. Tentu saja mereka berdua adalah orang yang berbeda. Dari segi wajah dan asal juga berbeda. Namun aurah mereka sama. Ketika melihat Bella seakan ku melihat Maryam. Lagian Maryam kan sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Dia sudah bahagia dengan suaminya. Tapi Bella, aku masih punya kesempatan untuk memilikinya.
Astaghfirullah... kenapa pikiran seperti ini kembali lagi. Berhentilah memikirkan Bella, Faris!
Aku bangun dari tidurku dan mengambil buku bacaan tuk memuaskan hati dan pikiran. Aku sendiri lebih memilih memuaskan hati dan pikiran dengan buku daripada dengan makanan. Sepertinya buku "Kenangan" dari Buya Hamka bisa membantuku melepaskan dahaga ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Hujan
RomansHujan menghantarkan dua orang merasakan cinta yang hakiki dan sejati.