《3》 Velencya Wijianto

64 7 0
                                    

"Pak Run, tolong anterin saya ke sekolah sekarang ya," kataku pada Pak Rundi sopir keluargaku.
  
"Loh Non, tumben kok pagi-pagi sudah minta dianter ke sekolah. Ada apa tho Non?" Tanya beliau.
  
"Iya Pak, buku bahasa Inggris saya ketinggalan di sekolah..saya nggak enak kepikiran terus."
  
"Oalah Non... yaudah kalau gitu bapak panasin mobilnya sebentar."
  
"Iya pak" semoga buku itu bener-bener ada di sana. Aku ngga tahu harus gimana kalau buku itu sampai nggak ada di laci meja lamaku.
  
"Sudah sampai Non..hati hati ya,, semoga bukunya ketemu ya Non,, nanti kalau sudah waktunya pulang Non misscall saya, nanti saya segera jemput Non.." pak Run memang begitu orangnya. Kepercayaan yang udah diberikan sama papa buat antar jemput aku nggak pernah beliau lalai-in sedikitpun.
  
"Aamiin,, iya pak. Biasanya sebelum saya misscall bapak juga sudah jemput...yaudah pak saya duluan.."
  
"Iya Non hati hati." Setelahnya aku masuk ke gerbang sekolah.
  
"Mari Pak Otong" sapaku pada penjaga sekolah. Nggak nyangka jam segini beliau sudah siap di posnya.
  
"Iya,,"
  
Datang sepagi ini ke sekolah memang asik, tapi rada-rada dingin kabut masih banyak..tapi suasana sekolah sepertinya udah mulai ramai. Memang bukan kebiasaanku datang pukul 6 pagi seperti ini. Kalau bukan karena buku Bahasa Inggrisku yang tertinggal di kelas lama dan membuatku kebingungan, aku ngga mungkin datang jam segini.
  
Memang jarak antarkelas lama dan kelas baru ngga akan menghabiskan waktu 15 menit, tapi ngga enak rasanya kalau ngga segera menemukannya.

Bruakk
  
"Aduh,," rintihku
  
"Eh Nak Velen, maaf bapak buru-buru, maaf ya Nak.."
  
"Ee iya pak nggak papa" pagi pagi gini kenapa Pak Rusdi buru-buru gitu? Kaya ketauhan bertindak buruk saja.
  
Untung saja jatuhnya di paving, coba kalau di tanah sudah pasti akan lebih sulit membersihkan seragam ini.

Itu siapa? Kok berdiri sambil celingukan ngeliatin belakang kelas lama? Tapi,, itu kaya ...
  
"Tur?" Sapaku.
  
"Eh Vel, ngagetin aja. Ada apa? Kok kesini?" Kenapa Guntur sampai kaget gitu? Aku kan cuma manggil...
  
"Ehh? Aku mau ambil buku, kamu sendiri? Kok celingukan gitu? Nyari apa?"
  
"Ooh ga papa... cuma lagi mau liat liat aja."
  
"Ooh oke..aku masuk dulu ya,," Setelahnya aku segera masuk ke dalam kelas. Dan ya, syukurlah bukunya ada. Nggak sia sia aku datang pagi-pagi begini.
  
Eh Guntur masih diem di depan kelas?"Guntur ngga balik ke kelas?" Tanyaku seraya mengambil posisi duduk sederet dengannya dengan jarak kurang lebih 1,5 meter.

"Oh, belum. Masih pengen di sini. Kamu sendiri? Udah ketemu bukunya?"
  
"Udah, udah ketemu. Lagian kenapa masih mau di sini? Kan di sini sepi, mau lihat apa di sini?"tanyaku
  
"Emm nggak tau. Enak aja di sini, ngliatin taman kecil sama pohon beringin kecil bikin seneng aja. Oiya sejak kapan tembok belakang di bongkar? Ga nyangka kelas ini udah mau dirubuhin." Katanya sambil menundukkan kepala.
  
"Oh iya ngga nyadar kalau udah di bongkar, kayanya baru mulai kemarin siang deh,, emangnya kelas ini mau dibuat tempat apa sih?"  Aku memang nggak terlalu ngurusin mau buat apa kelas ini dirubuhkan. Tapi ngga ada salahnya kan nanya?
  
"Ooh kayanya buat ruangan rapat OSIS yang baru. Soalnya denger denger ruangan lama udah penuh barang gitu."
  
"Oo gitu, emm Tur ngga pengen balik ke kelas sekarang? Kayanya bentar lagi bel masuk nih."
  
"Yaudah yuk.." kita jalan bareng ke kelas. Rasanya aneh, baru kali ini aku jalan bareng sama Guntur. Aku tau dia anaknya lebih pilih sendiri walaupun bukan tipe antisosial. Tapi ternyata asik juga.

"Wahh wahh tadi berangkatnya sendiriann sekarang kok bersama Velen sih?" Yaampun Vektor ini ngomong apa sihh
  
"Iya tadi ketemu di kelas lama waktu aku ambil buku." Jelasku.
  
"Ooww ketemu di kelas lama? Oow"
  
"Apa sih Tor, ngga usah mulai" kata Guntur. Lucu lihat dua sahabat karib ini bercanda kaya gini.
  
"Aku permisi masuk dulu ya"
  
"Ohh iya iya silahkan" jawab Vektor tengil.
----------  
"Baru datang apa udah dari tadi Rin?" Tanyaku pada Arini yang sedang asik dengan handphonenya.
  
"Oh Vel, barusan. Kenapa?"
  
"Nggak papa." Aku memutuskan untuk kembali ke bangku dan mulai mengeluarkan beberapa buku pelajaran. Sampai akhirnya ...

"Vel...kamu tadi baru jatuh? Kok rok kamu kotor?" Eh, rokku kotor? Masa iya? Perasaan tadi udah aku bersihin..
  
"Eh iya Tur, tadi sebelum ke kelas lama aku sempat jatuh tabrakan sama Pak Rusdi. Kayanya beliau lagi buru-buru."
  
"Pak Rusdi? Buru-buru?" Aneh, kenapa Guntur nanyanya kaya gitu ya?
  
"Emang kalau pak Rusdi buru-buru kenapa?" Kata Vektor yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
  
"Oh ngga papa sih.. aneh aja. Tadi gue ketemu pak Rusdi dari kelas belakang bajunya lusuh banget kaya habis gali tanah. Waktu gue sapa lah dia lari gitu aja."
  
"Oh mungkin pak Rusdi lagi bantuin ngerubuhin kelas kita..tapi trus ada kerjaan lainnya yang belum beres mungkin makanya dia buru-buru..."
   "Bisa jadi" kata Vektor dan Guntur juga mengiyakan.
----------
"Permisi, eh Vel Vel.."
  
"Eh Len, cari siapa?" Itu Erlen, anak kelas sebelah..sahabat SMPku hingga sekarang. Waktu kelas 9 kami sekelas dulu juga bareng sama si Vektor.
  
"Emm Vektor ada nggak?"
  
"Vektor...lagi ke kantin kayanya Len. Mau ada yang di titipin atau nanti kamu ke sini lagi?"
  
"Emm gue tunggu sambil gue mau cerita nih, longgar ga?" Baru hari ini si Erlen cerita serius..
  
"Bisa kok duduk di situ aja yuk" ajakku sambil berjalan ke jamur depan kelas.
  
"Ooh oke"
  
"Jadi mau cerita soal apa nih?" Tanyaku karna ya sudah lumayan lama kami ngga buka forum seperti ini.
  
"Gue harap kamu percaya Vel sama gue.,," ha? Emang aku keliatan nggak percaya sama Erlen ya?
  
"Ada apa sih?"
  
"Jadi, tadi pagi gue niatnya ke kantin trus gue putusin buat mampir ke kamar mandi dekat ruang olahraga. Tapi gue lihat ada darah keseret gitu di depan kamar mandi perempuan"
  
"Seriuss Len? Darah gimana? Masa iya ada darahh?"
  
"Iya Vel,,darah itu banyak banget..tapi waktu gue ke sana lagi sama Vektor darah itu udah ga ada... lantainya udah bersih...tapi gue berani jamin 100% gue nggak halu!!" Kok jadi merinding begini sih dengernya?
  
"Eh Kok bisa ngilang? Emang kamu ngga lihat ada apa gituu siapa tau bukan darah.."
  
"Vell,, gue tau kali mana bau darah mana bukan bau darah..gue benerann itu di sana tadi ada darahh..tapi gue ga habis pikir itu darah pergi kemana."
   
"Hayoloo kalian bahass apaaa" kata Vektor yang datang tiba-tiba bebarengan sama Guntur.
  
"Yaampun Tor kamu bikin aku kaget"
  
"Lagian ngapain sih dateng kaya gitu suka bangett ngagetin orang." Jawab Erlen yang kesel dikagetin Vektor.
  
"Iya, iya maaf. Pasti lagi bahas tadi pagi ya?"
  
"Tadi pagi? Soal darah?" Kali ini Guntur ikut buka mulut.
  
"Loh Tur, lo kok tau sih. Apa lo juga lihat darah itu??" Tanya Erlen dengan muka penuh selidik.
  
"Enggak, gue dikasih tau sama Vektor tadi pagi habis dia ke kelas loe." Ternyata kabar ini udah kesebar ya,
  
"Eh dasarr ember loe" jawab Erlen kesal.
  
"Hehe ya maaf siapa tau si Guntur tau." Jawab Vektor yang aku pikir itu pasti cuma ngeles.
  
"Ah lagian kenapa bahas hal kaya gini sih? Kaya ga ada hal penting lainnya?" Kata Vektor.
  
"Lagian siapa yang mau crita ke loe,, di sini tu loe gak diundang tauk"
----------
Setelah itu bel berbunyi, pelajaran di mulai lagi. Seperti biasa B.Inggris terasa amat sunyi. Tak lama kemudian bel pulang sekolah berbunyi disertai suara riuh siswa-siswi yang sangat merindukan bel tersebut.
  
Belum sampai aku menelpon, Pak Rundi sudah siap dengan mobil avanza hitam di sebelah warung gudeg samping sekolah.
  
"Tuh kan,, sebelum saya telpon bapak selalu sudah jemput saya. Saya yakin pulsa saya nggak bakal berkurang. Hahaha" candaku.
  
"Ah...Non bisa saja.. mari Non kita pulang. Nyonya sudah menunggu."
  
"Mama?" Tanyaku. Hal ini terdengar begitu aneh. Karena belakangan ini sikap Mama banyak berubah. Aku harap Mama benar-benar sudah menungguku dan sudah kembali seperti dulu. Mama yang lembut dan penyayang.
  
"Iya Non.."

Hallo!
Selamat membaca kawan
Jangan lupa comment and vote yaa :)

WHO IS THE MURDERER -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang