《22》 Author POV

16 4 0
                                    

Seorang bernama Bliziet itu tengah duduk di sebuah balkon apartemen dengan majalah trend yang berada di tangannya dan jus avocado di meja lengkap dengan kripik kentang ala noru.

Tak lama setelah ia duduk di sana datanglah seorang perempuan yang terlihat begitu girang melompat-lompat kearahnya.

"Macee!" Kata seseorang itu.

"Ada apa sayang?" Kata Bliziet.

"Tawanan sudahh ada di markas bersama Nirla. Gimana Mace? Aku bisa dapat uang saku tambahann kann? Rencana udah berhasil loh Macee..." katanya

"Iya sayang nanti Mace kirimkan ke kamu."

Mace adalah sebutan untuk Mama. Diambil dari ragam bahasa suku yang ada di Indonesia.

'Akhirnya, rencana ini sudah menunjukkan ke-exsistensiannya' Batin Bliziet.

Bunyi handphone menggema di dalam kamar kedap suara milik Bliziet itu. Dengan segera ia mengambil dan menganggakat telpon itu.

"Halo, selamat siang, ada yang bisa saya bantu Pak?" Kata Bliziet memulai pembicaraan.

"Temui saya di Kantor sesegera mungkin" kata seseorang dalam telepon itu.

Mendengar perintah itu, muka bahagia Bliziet berubah seketika menjadi masam. Ia sepertinya sangat tidak menyukai bertemu seorang penelpon itu.

Sesampainya di Kantor...

"Saya minta kamu segera mengembalikan semua kerugian perusahaan. Saya benar-benar tidak mengira akan bertemu denganmu lagi. Aku akui aku berhasil tertipu dengan segala gelagat busukmu itu Zie. Mulai setelah kau keluar ruanganku ini, tak perlu kau menampakkan diri lagi kemari Zie. Aku akan tempatkan kau di balik jeruji besi seperti semua tikus-tikus berdasi itu. Semua bentuk korupsimu sudah terekam. Entah apa yang ingin kau balaskan kepada ku, lakukan saja setelah hukum mu selesai" kata Pieter tanpa jeda. Lalu mempersilahkan Bliziet keluar.

Wajah Bliziet semakin geram dan murka. Sebelum keluar dari ruangan Pieter ia sempat berkata.

Tunggu saja pembalas terbesarku Pieter. Jaga saja putrimu itu. Nyawanya dalam bahaya!

Setelahnya Bliziet keluar dan di hadapkan dengan pihak kepolisian yang siap menangkapnya itu.

----------

Di lain sisi,

Seorang perempuan dengan rambut cokelat bergelombang sedang berada di sebuah gedung tua yang di penuhi banyak lumut dan tumbuhan liar.

"Jangan khawatir Guntur. Aku ngga bakal nyakitin kamu kog. Kamu tenang aja." Katanya.

"Stop bicara denganku kalau kau tak bisa mengeluarkanku dari tempat ini! Dan berhenti mengingatkanku pada sosok sahabat bambu itu katakan saja siapa dirimu.!" Jawab Guntur yang nampak sudah lelah berusaha melepaskan diri.

"Maaf Guntur. Jika kemarin aku terlalu kasar padamu. Itu semua karena sesuatu yang diluar kendaliku. Ku mohon jangan pernah minta aku untuk menjauh lagi darimu." Katanya lagi.

"Nggak usah ngluarin air mata palsumu itu. Memang sedari awal kau hanya ingin mengambil simpati dariku saja kan? Tak usah lah mengarang tentang masa laluku" bentak Guntur.

"Apa kau benar-benar tak mengingatku? Aku seorang anak kecil yang sangat ingin mengunjungi desa sebrang tapi tak punya uang untuk menyewa perahu. Lalu seorang anak kecil lain juga menginginkan pergi kesana. Mereka berdua membuat perahu ala genter dari bambu yang di rakit. Lalu setiap minggu mereka pergi ke desa sebrang untuk membeli makanan kesukaan mereka. Mereka terlihat sangat bahagia. Saat kepedihan datang dan memisahkan dua anak itu. Anak perempuan kecil itu diadopsi, dan pergi jauh entah kemana di tempat yang tak di ketahui oleh kawannya itu. Mereka menyebutnya. Perpisahan terberat Sahabat Bambu." Jelasnya.

Cerita perempuam itu membuat Guntur menekan kepalanya kuat-kuat walau dengan keadaan terikat. Ia seperti kembali mengingat sesuatu hal di masa lalunya.

"Ni, Nirly?" Rintih Guntur pelan.

"Kamu Nirly?" Kata Guntur di ikuti anggukan dari seseorang bernama Nirly itu.

"Tapi kenapa kamu ngelakuin ini semua? Kenapa kamu berubah jadi jahat?" Kata Guntur penuh rasa tak percaya.

"Aku hanya berlaku kasar saat ada Ibuku, maupun kawanannya. Ini semua terpaksa aku lakuin. Seandainya kamu benar-benar nurutin perkataanku waktu itu..ibuku nggak akan paksa aku tangkap kamu seperti ini. Tapi aku janji sama kamu. Aku akan tetap lindungi kamu dan menghubungi teman-temanmu untuk terus melakukan penyelidikan itu." Jelas Nirly.

"Ibumu? Bukankah?"

"Dia memang bukan ibu kandungku. Sewaktu aku meninggalkanmu bersama ibu angkatku, beberapa tahun setelahnya ibu angkatku meninggal dan aku di titipkan kepadanya. Aku dihidupi Tur. Jika tidak ada dia mungkin aku tidak bisa hidup."

"Hentikan ucapanmu Nir. Tapi, kenapa kau tega nglakuin semua ini? Apa hati kecilmu itu sudah terisi kejahatan ibu baru mu?" Kata Guntur.

"Aku diancam. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Selama ini aku tidak pernah memiliki sosok pembela. Tidak ada yang membelaku saat ibu menindasku. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk mengurangi penindasannya padaku."

"Jangan kau lakukan hal itu lagi. Aku yang akan bantu kamu. Trust me." Kata Guntur.

Vote and comment💕

Malam Sabtu🌺

WHO IS THE MURDERER -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang