《6》 Velencya Wijianto

37 7 0
                                    

Aku nggak tahu Erlen mau ngasih tau apa. Kata Vektor dia mau bikin something big. Apa ya? Mana sampai sekarang dia belum ngabari apa-apa. Masa iya aku harus nunggu sampai besuk buat tahu yang dia rencanain?
Ini semua semakin membingungkan. Memang nggak sepenuhnya. Tapi karena ada masalah lain juga. Mama kemarin datang. Saat Papa nggak ada di rumah tentunya. Mama kasih pilihan yang sulit banget buatku. Aku nggak mungkin bisa jawab dengan satu kali mikir. Terkadang aku bingung. Kenapa sikap mama begitu dingin sejak kejadian 2 tahun lalu.
Lamunanku di pecahkan oleh suara dering telpon berantai oleh Erlen, Vektor, dan Guntur.
  
"Halo?"
  
"Haii Vel, emm nunggu mereka berdua jawab telponnya ya. Nanti aku jelasin."
  
"Oke." Selang 35 detik Guntur menganggkat telpon berantai ini dan tak lama kemudian disusul Vektor.
  
"Oii ada apa nii? Gue ketinggalan ya?" Sapa Vektor setelah tanda berdering berubah menyambungkan.
  
"Okey. Udah lengkap. Gue mulai ya. Ini soal yang di kantin tadi. Yang kepotong sama bel masuk. Hehe maafin ya" kata Erlen dari seberang.
  
"Iya udah mau bilang apa"kata Guntur
  
"Jadi, gue sebenarnya pengen jadi detektif gitu sejak smp. But, gue ga bisa sendiri guys. So, can you join with me?-Maaf Authornya ngga bisa bahasa Inggris."
  
"Ahahaha. Detektif? Parah lu Len. Sama darah aja takut. Sok berlaga jadi detektif segala." Ejek Vektor.
  
"Eh Tor.. jangan kaya gitu. Seharusnya kita sebagai temennya Erlen bantu dia. Nah peran kita juga sebagai penutup kelemahan dia." Kataku yang sok bijak hahaha.
  
"Ahahahaha. Nahh tuhh Velen aja tau" gurau Erlen.
  
"Iya dehh" serah Vektor
  
"Jadi? Kalian ikutkann?" Tanya Erlen dengan raut muka sangat antusias.
  
"Iya" jawabku dan Vektor bersamaan.
  
"Eh tunggu dari tadi Guntur kog diam aja. Loe mau gak Tur?"
  
"Eh bentar. Kalau ngga ada yang perlu di detektif in gabut ah. Lagian sekolah kita itu sekolah yang tenang. Detektif di sana bakal ngangkrak doang kali." Jelas Guntur. Sebenarnya benar juga yang disampaikan Guntur. Emang seharusnya ada sebuah kasus atau masalah yang bisa dipecahkan.
  
"Nahh, dari tadi gue tunggu pertanyaan yang kaya gini. Eh Gunturr yangg bisa ahaha. Calon Detektif Perfect xixixi" kata Erlen sambil tertawa halus di kalimat terakhir.
  
"Iya juga ya? Trus apa?" Jawab Vektor.
  
"Kalian dateng ke rumah gue ya. Nanti jam 7 malam. Ada seseorang juga dari kelas gue yang bakal ikut rencana ini. xixixi. Gue tunggu kalian semua." Setelahnya, Erlen mematikan telepom diikuti Vektor, Guntur, lalu aku.
----------
Jam menunjukkan pukul 18.40 aku segera bergegas menuju rumah Erlen. Kali ini aku sengaja nggak minta pak Rundi buat nganterin aku. Jadi, aku mengeluarkan motor scoopy merahku dengan helm hitam scoopy juga mwehehehe.
  
"Dek V mau kemana?" Sapa seseorang dari belakang. Ketika aku berniat duduk di jok motorku.
  
"Eh Papa. Hehe. V mau ke rumah temen V Pa. Namanya Erlen. Tadi V mau bilang ke Papa, tapi Papa kunci pintu ruang kerja. Jadi V kira Papa nggak mau diganggu. Maaf ya Pa. V boleh keluarkan Pa?" Jelasku panjang lebar yang sebenarnya takut Papa marah karna aku belum izin beliau.
  
"Ooh yaudah pulang jangan malam-malam. Nanti sharelock dimana rumah teman kamu itu."
  
"Siap Pa. V berangkat dulu ya."
  
"Hati hati Nak."
----------
"Jadi mana yang loe bilang mau ikut?" Kata Vektor yang udah mulai kesal karena nunggu orang itu kurang lebih 20 menit.
  
"Siapa sih Len anaknya?" Tanyaku yang juga mulai lelah menunggu.
  
"Sebentar gue telpon dulu."
-----
"Hoyy kok lama bangett."
  
"..."
  
"Yaamponnn lupa!!! VENNN!!!"
  
"..."
-----
"Emm maaf ya..."
  
"Nggak usah di jelasin gue tau dia lupa." Kata Vektor sambil meminum teh yang disuguhkan Bi ijah.
  
"Emm aku jelasin dulu atau gimana?" Tawar Erlen. Yang terlihat mulai sungkan karena kami menunggu.
  
"Nggak usah. Tunggu aja dia sekalian. Jelasin aja siapa si Ven tadi" kata Guntur.
  
"Okey. Jadi gini. Dia satu2nya temen akrab yang sekelas sama gue namanya Ventur. Bendahara osis. Emang suka pelupa gitu. Tapi soal kasus ini gue yakin dia punya banyak informan"jelas Erlen.
  
"Ventur? Laki-laki?" Respon cepat oleh Vektor yang kelihatan julid. Ihihi.
  
"Perempuan taukk. Tunggu deh"
  
Kurang lebih 15 menit menunggu. Akhirnya si Ventur datang dan kami saling berkenalan..
  
"Nunggu apa lagi? Udah jelasin" kata Guntur yang sudah mulai nggak sabaran.
  
"Jadi, kalian tau soal kasus Enji yang hilang kan? Nah. Ini setelah gue denger beberapa tentang Enji dari si Ventur, gue tau kalau ini ngga mungkin dia yang bolos. Karena, dia anak donatur pembangunan kelas kita itu. Bahkan dia sendiri yang mintain uang donasi ke bokapnya. Kebayang ga sih baikknya minta ampun masa bolos?"
  
"Bener juga sih, trus misi kita nyariin dia gitu?" Tanya Ventur.
  
"Kalau misal dia diculik? Sama musuh bokapnya? Kan dia anak orang berada." Komentar Vektor.
  
"Ihhh. Bisa juga sih. Lah kok jadi buntu gini sih." Balas Erlen muram
  
"Nggak. Ini bukan penculikan dengan motif musuh kerja atau meminta bayaran. Jika memang iya, seharusnya penculik udah ngirim surat, pesan, telegram atau apalah itu supaya si keluarga korban segera menuruti keinginannya." Kali ini Guntur mengungkap sedikit titik terang.
  
"Bener juga tuh, ngomong2 gimana kalau si Enji punya musuh? Jadi musuhnya bukan soal keluarga dia. Tapi dia sendiri." Terang Vektor.
  
"Menurut gue, itu yang memungkinkan. Tapi kita perlu tau siapa yang paling terakhir ditemui Enji." Papar Guntur.
  
"Dia terakhir ada di acara Kak Brandon. Mantan ketua club fiksi. Dan terakhir dia pulang bersamaan dengan Ira. Itu info yang gue dapet dari Olive."
  
"Kak Brandon? Apa hubungannya dengan Enji dan Ira?" Kali ini aku angkat bicara.
  
"Iya, tapi mereka dateng ke acara kak Brandon karena Sandra." Jawab Ventur.
  
"Sandra si ketua club Tari?" Jawab Guntur.
  
"Lohh Ven. Loe ga ceritaa tadi yang ini sama gue." Kesal Erlen.
  
"Hehe, maap kelupaan." Jawab Ventur.
  
"Trus?"
  
"Katanya, yang diundang ke acara Kak Brandon itu si Sandra. Tapi karena mereka bertiga sohib dan kalian semua taukan kalau Sandra anak donatur terbesar di sekolah kita? Jadi dia dapat undangan bebas yang bisa ajak siapa aja. Karena Sandra ngga punya cowo kayanya, makanya dia ajak Ira sama Enji. Dan waktu pulang, mereka sempat ngedumel buat anterin Enji pulang. Dan ya, waktu itu Enji pilih dianter Ira sih. Makanya, yang terakhir tau itu Ira." Jelas Ventur.
  
"Emang ada apa kog mereka ngedumel? Emang Enji habis ngapain?" Komentar Guntur.
  
"Nahh itu yang aku ga tau. Gimanaa kalau kita tanya ke Ira atau Sandra?" Tawar Ventur.
  
"Eh eh jangan. Kita nggak mungkin tanya soal mereka. Masa kita tanya langsung ke mereka? Yang ada, kita dipikir nuduh yang nggak nggak" jelasku.
  
"Iya juga ya Vel. Kalau gitu kita tanya ke Brandon. Seharusnya dia tau apa aja yang terjadi di acara dia" lagi lagi Guntur memberikan titik terang.
  
"Ide bagus tuh. Tapi siapa yang kenal sama Kak Brandon? Maksud gue bukan sekedar adek kelas." Tanya Vektor.
  
"Aku aja." Jawabku.
  
"Apa? Vel, kamu kenal sama Brandon?" Kata Guntur.
  
"Iya..." jawabku.

Happy reading...
Jangan lupa vote and comment ya :)
                       Selamat hari Senin

WHO IS THE MURDERER -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang