《9》 Author POV

34 6 0
                                    

"Halo, bagaimana? Rencana lancar?" Kata wanita tinggi ramping dengan rambut bergelombang, dan kulit putih itu.
  
"Lancar...semua sesuai rencana. Mace nggak usah khawatir. Mace tinggal lanjutin rencana lainnya aja. Di sini amann" kata lawan bicaranya.
  
"Oke, Mace harap, kamu bisa urus situasi apapun yang ada di sana ya sayang. Mace tutup telponnya" kata wanita anggun tersebut. Dengan gaun berwarna peach itu dia semakin terlihat anggun walaupun usianya sudah hampir menginjak kepala 5.
  
"Oke Mace" Jawab dari seberang.
  
Setelahnya, seorang wanita yang di panggil Mace tadi menuju mobil xenia putih. Dan pergi menuju arah alon-alon kota.
  
"Sudah lama menunggu saya?" Kata wanita bergaun peach itu.
  
"Tidak apa apa Bliziet"  kata perempuan berambut bergelombang sègi dengan semburat oren.
  
"Oke bagaimana soal anakmu itu? Sudah menyetujui tawaranmu?" Tanya Bliziet.
  
"Maafkan aku Zie, sampai sekarang dia tak kunjung menghubungiku untuk memberikan jawaban atas tawaranku." Jelas seseorang itu.
  
"Hmm. Berapa lama lagi aku harus menunggu? 1 minggu cukupkah?" Tawar Bliziet.
  
"Akan ku kabari segera jika dia telah memberi jawaban Zie."
  
"Baiklah terserah padamu. Yang pasti aku ingin kabar baik segera datang kepadaku. Silahkan pesan makanan." Kata Bliziet. Setelahnya wanita tersebut membuka tas berwarna silver miliknya dan mengeluarkan handphone I-Phone dengan jenis keluaran terbaru.
  
"Halo, iya pak?"
  
"Tolong ibu segera kembali ke kantor. Boss sudah sangat murka kepada ibu. Sekalian siapkan laporan keuangan proyek jembatan layang. Dalam 3 jam kalau laporan itu sampai tidak ada di meja kerja beliau. Wahh hati2 bu, pegawai sebelumnya sampai kalangkabut minta tidak dikeluarkan" celoteh orang dari seberang. Tapi Bliziet yang mendengar hanya tersenyum miring.
  
"Saya kesana dalam 20 menit." Kata si Blizent.
  
"Baik bu"
  
"Anda sudah pesan?" Tanya Bliziet pada lawan bicaranya tadi.
 
"Sudah, kamu tidak memesan makanan? Akan aku susulkan pesananmu nanti." Jawab wanita rambut pirang itu.
  
"Tidak usah. Saya masih ada urusan lain. Pesanan anda biar saya yang bayar. Saya tunggu kabar baiknya saja" kata Bliziet sembari berdiri dan bersiap meninggalkan meja bernomor 23 tersebut.
  
"Baik Zie..."
----------
'Kamu tidak akan pernah tau musuh sebenarnya jika kau tak tau kemana harus mencari lampu di tengah kegelapan teman masa lalu' batin Bliziet di dalam mobil yang dikendarai sopir pribadinya.
----------
"Berikan ini kepada Bos, jika beliau tidak ada letakkan saja di mejanya. Pesan beliau seperti itu." Kata Bliziet pada sekertaris pribadi bosnya.
  
"Baik bu, boss juga sudah mengatakannya. Apakah foto ibu sudah terlampir di dalamnya?" Tanya sekertaris.
  
"Foto apa maksudmu?" Tanya Bliziet heran.
  
"Lho, pak Samsul belum sampaikan ke ibu? Oh mungkin dia lupa. Begini bu, karena izin ibu keluar kantor untuk memeriksa tempat proyek secara langsung, jadi boss minta bukti bahwa ibu benar2 ke sana" jelas sekertaris
  
'Dasar perusuh!!' Batin Bliziet
  
"Oh itu, saya kira foto apa, sudah. Masih ada di galeri saya. Setelah ini saya print out dan saya berikan ke anda." Kata Bliziet.
  
"Baik bu. Segera saja." Kata sekertaris.
----------
'Tidak habis2nya kau menyusahkan pegawaimu. Lihat saja nanti.'
----------
"Saya minta buatkan foto, dengan latar proyek jembatan layang saat ini beserta diri saya di sana. 5 menit saya tunggu" kata Bliziet pada lawan bicara teleponnya.
----------
"Ini foto yang tadi diminta boss. Segera berikan ke meja beliau. Saya tidak ingin ada masalah dengan beliau." Terang wanita itu ke pada sekertaris.
  
"Baik bu."
----------
Di lain tempat, si boss tengah menunggu seseorang di sebuah Cafe terpencil di pojok kota.
  
"Wahh sudah lama tidak bertemu kawan." Kata bos itu.
  
"Ahh iya. Bagaimana kabar kota? Sudah lama saya dan Emily tidak mengunjungi kota ini. Itu semua hanya karna kamu Pieter." Kata orang yang ditemui oleh bos tersebut.
  
"Aku harap kau tidak memiliki dendam padaku karna hal itu. Bagaimana misi di sana?" Kata pria yang disebut2 bernama Pieter itu.

"Jelas tidak akan ada benci ke padamu. Hanya saja belakangan ini kami merindukannya. Ku harap misi ini segera berakhir. Karena telah menunjukkan tanda2 keberhasilan Bung," jawabnya
  
"Baiklah. Setelah kabar keberhasilan itu sampai kepadamu segera sampaikan padaku lalu kembalilah kemari. Tapi jangan menemuinya dulu. Akan sangat berbahaya jika kau melanggarnya." Jawab Pieter.
  
"Iya aku tahu itu. Jika aku tidak tau, aku tidak akan rela melakukan ini semua." Kata pria yang di temui Pieter.
  
"Sudah sudah kita akhiri pembicaraan ratap--maksudnya sedih-- ini. Segera pesan makanan atau minuman."
  
"Kau ini selalu. Apa kau masih sama menyebalkan?"
  
"Ahh sejak kapan aku menyebalkan" jawab pieter.
  
"Nah itu, kau menunjukkannya lagi"
  
"Ahahah kau bisa saja" lalu mereka berdua tertawa bersamaan.

Selamat malam semuaa🌃
Ketemu lagi sama partnya author. Xixixi.
Selamat membaca 📚📚📚
Jangan lupa menekan bintang🌟 dan mengetik sebuah komentar💬 untuk cerita ini ya.
            Selamat Malam Senin🌼
                                                 ~an🌈

WHO IS THE MURDERER -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang