"Eh Lennn aku lupaa aku ada janji sama Olive mau bahas dana drama sekolahh sorri yaa aku pergi dulu." Udah biasa sih gue kaya gini waktu mana sama Erlen. Dia gue tinggal. Maklum lupaan akutu.
"Iya deh" setelah itu aku pergi dari meja kantin ini.
----------
"Oii Liv, udah lama nunggu ya? Sorri ya. Hehe kelupaan" kataku seraya menepuk pundak Olive yang sedang fokus dengan beberapa tumpukan kertas di depannya.
"Oh ngga papa Ven. Langsung aja ya." Katanya.
"Okey"
"Jadi gini, acara drama skolah kita, kayanya kita butuh dana tambahan deh. Drama itu kan rencananya mau ngundang kepala pendidikan daerah. Jadi, anggarannya pasti tambah Ven. Nah, kamu bisa ngga cariin sponsor atau donatur?" Jelas Olive.
"Oo gitu. Ngomong-ngomong sponsor atau donaturnya ada saran nggak? Nanti biar aku yang konfirm."
"Kalau pikirku, lebih baik kita ambil dari lingkungan sekolah dulu. Dari beberapa orangtua murid. Nah kalau masih kurang baru kita cari diluar sekolah. Gimana?"
"Emm boleh. Kalau gitu aku minta data2nya di sekertaris. Minta surat izinnya."
"Oke nanti aku buatin."
"Okey. Ada lagi?" Tanyaku. Ya, karena aku juga butuh makan kalau emang pembicaraan ini udah kelar.
"Emm oiya sebentar. Dana untuk ruang rapat osis yang baru udah tercukupi kan?"
"Oh udah. Seingatku, dana terakhir dari Papanya Enji. Dan dana itu cukup. Jadi ngga perlu cari dana lagi." Seperti yang ada di chapter sebelumnya. Author udah jelasin kalau ruang kelas XI IPA 4 bakal di buat ruang rapat osis. Dan asal kalian tau, untuk bisa resmi dan fix untuk dibangun ruang osis ini, butuh kurang lebih 5 bulan karena banyak huru hara bertebaran yang bertujuan untuk membatalkannya. Ya, huru hara itu datang dari si Sandra. Anggota osis dan ketua ekstra tari di sekolah ini. Dia satu2nya orang yang ga setuju kalau ruangan itu dibangun ruang osis. Why? Because dia, ingin ruang itu di bangun untuk ekstra tari sebagai tempat latian. Dan yang perlu kalian tau kenapa masalah ini butuh waktu 5 bulan untuk terang benderang, karena Ayah Sandra adalah donatur terbesar sekolah ini. Yang pasti membuat kepala sekolah berpikir keras. But, Osis yang menang dong hahaha. Okee balikk deh.
"Oh oke," kali ini wajah Olive berubah muram. Atau mungkin karena? Enji?
"Kamu ingat Enji ya Liv?" Tanyaku
"Emm iya. Aku ingat sekarang. Dia sendiri yang semangat buat nyetujui rencana pembangunan ini dan memberikan surat permohonan dana kepada ayahnya. Nggak nyangka dia bisa hilang. Entah ada di mana dia sekarang. Aku jadi rindu."
"Emm iya sih. Eh liv. Tadi, aku dengar si Sandra marah2 entah sama siapa bahas soal Enji. Dia bilang sama lawan bicaranya kalau dia yang ngapa-ngapain si Enji. Kata Sandra, Enji terakhir ada kabar sama orang yang di marahin itu. Dia siapa sih? Tahu nggak?" Tanyaku. Ya asal kalian tau. Aku kepo gitu orangnya. Apa lagi kasus Enji salah satu donatur sekolah.
"Iya, Ira. Mereka bertiga temenan"
"Bertiga?"
"Iya. Enji, Sandra, dan Ira. Mereka sohib. Maksudku sohib tapi sering bentrok. Ya masalah apa aja. Tapi kalau lagi baik. Gue salut sama persahabatan mereka."
"Tapi? Kenapa Sandra nyalain Ira atas hilanhnya Enji? Emang Ira yang culik Enji?"
"Aku nggak tau Ven. Yang aku tahu. Kemarin lusa aku ketemu Enji dan Ira pulang barengan waktu di acara ulang tahun Kak Brandon. Waktu itu, mereka bertiga masih tertawa bareng. Tapi ga tau kenapa bisa kaya gini jadinya."
"Kak Brandon mantan ketua Club Fiksi?"
"Iya. Eh Ven. Aku mau ketemu Kepsek dulu. Aku tinggal ya. Nanti aku kirim softfile buat izin minta datanya ya."
"Okey Liv. Aku balik ke kelas juga ya. Makasih. Aku tunggu filenya."
----------
"Haii Lennnn" sapaku pada Erlen yang asik corat-coret buku di mejanya.
"Oii udah selesai?"
"Sudahh. Eh Len aku tau dong sekarang. Siapa yang berantem tadi."
"Berantem? Siapa? Berantem yang maana?"
"Yaampun Len, yang tadi sebelum kita ke kantin yang soal Enji."
"Ohh kenapa emang?"
"Jadi gini 'bla bla bla bla bla' " oke gitu aja. Kasian authornya ngetik kepanjangan ahahah.
"Oow eh Ven. Gue mau bikin sebuat misi nihh. Kayanya asik kalau loe ikut gabung juga. Gue pikir2 loe anaknya mudah banget dapet info kaya gini"
"Eh misi apa Len?"
"Nahh kalau mau tau nanti gue kasih tau, tapi ga sekarang dan ga di sini. So, lihat nanti ya"
"Ihhh Len. Selalu deh. Bikin orang kepo :("
"Nah, kalau udah tau. Seharusnya udah kebal dong ahahah." Temenku satu ini emang gitu ngeselin tapi aku sayang banget sama dia. Kadang kasian kalau jadi dia. Yang udah lama banget ngga ketemu orangtuanya. Aku tau dia pasti sering kesepian. Maka dari itu, aku pengen banget jadi teman yang bisa menghempas jauh tinggi ke langit yang biru--kog nyanyi-- kesepian dia. Xixixi. Kog jadi gini sih. Thorrr :(
"Iya deh..." jawabku pasrah.Cuma sedikit huhuhu
Jangan lupa vote and comment ya!
Selamat membaca :)
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO IS THE MURDERER -END-
Mystère / ThrillerMasa SMA merupakan masa-masa terindah. Katanya. Cara seseorang menyelesaikan masalah akan bisa di lihat dari tingkahnya yang semakin dewasa pada masa ini. Hal itu sama dirasa oleh Erlen, Velen, Vektor, dan Guntur pada awalnya. Mereka yang hanya muri...