《17》 Vektor Skalar

19 4 0
                                    

Dasar bocah bawel, bocah tomboi, bocahh aarrrgghhh. Seenaknya ninggalin gue di rumah sakit sendiri. Padahal gue kan ga lama offnya--maksudnya pingsan-- nungguin gue bentar aja kog ga mau. Padahal kan gara-gara dia ga dateng ke cafe gue harus nunggu dan berakhir makan seafood di rumahnya. Tadi aja keliatan banget ga mau ninggalin waktu gue sekarat. Ehh sekarang di tinggal sendiri.

Akhirnya gue naik taxi untuk balik ke rumah sendiri. Yayaya. Siapa juga yang mau di rumah sakit berminggu-minggu.

"Assalamualaikum...Bu Vektor pulang." Kataku setelah membukan pintu rumah.

"Waalaikumsalam..nak..kamu nggak papa? Baru aja Ibu mau ke rumah sakit tadi." Terang Nyokap.

"Rumah sakit?" Tanyaku pura-pura bego sambil menggaruk rambut kepala yang sedikit basah terkena air hujan saat turun dan naik taxi tadi

"Nggak usah pura-pura Vektor. Erlen sudah telpon Ibu tadi. Dia juga sekalian minta maaf." Terang ibu.

Dasarrrr Bawelll!!

"Nggak usah nggeram gitu tho Tor. Untung saja pikiran Erlen nggak buthek kaya kamu Tor..Tor..masa' ibunya sendiri nggak tau anaknya masuk rumah sakit. Udah ah. Sana cuci muka ganti baju rambutnya itu di keringkan. Ibu buatkan sup dan jeruk hangat."

"Hehe ibu tau aja. Maafin Vektor ya bu. Vektor ga mau ibu khawatir." Jawabku seadanya.

"Yang namanya ibu akan merasa lebih baik tau kondisi anaknya daripada nggak dapet kabar. Besuk ajak Erlen makan malam ke sini ya."

Hahhh. Barusann guee niat berantem sama dia. Dann? Wahhh gaa sejalan ini namanya.

"Lihat besuk ya Bu." Jawabku lalu lari menaiki tangga.
----------
Hari ini sehari setelah beberapa jam menginap di kamar inap rumah sakit, gue tentu milih buat ke sekolah aja. Daripada di rumah ngangkrak. Ya ga?
Hari ini pasti gue ketemu si Erlen.

Koridor yang sudah lumayan ramai kulewati sendiri dan menyebabkan beberapa siswi memandangiku sampai tubuh tinggiku--eak--menghilang di ujung koridor. Sesaat aku melintas kelas XI IPA 8 tapi, kenapa tas si Bawel ga ada di bangkunya? Apa sesuatu buruk menimpanya? Ku mohon jangan.
Satu dua tiga empat lima--gue ga belajar ngitung--menit gue tunggu di depan kelasnya dengan posisi tas yang masih tercangklong dengan kerennya di punggungku.

"Ngapain Tor?" Tanya seseorang yang terakhir gue tau dia bernama Ge teman sekelas Erlen.
Rupanya Erlen cerita tentang namaku padanya.

"Loe siapa? Tanya-tanya" jawabku miring.

"Oiya, kenalin gue Gerandi Abas anak kelas ini lebih tepatnya wakil ketua kelas XI IPA 8" jelasnya.

"Oh. Ge temennya Erlen?" Tanyaku. Ya sok aja. Biar dia ga krik.

"Yap betul. Mau cari siapa? Mau dibantu dipanggilin?" Tanya cowo berkacamata dan berkulit putih jangkung tersebut.

"Ooh. Lagi nunggu cewek gue. Gausah di panggilin dia emang belum dateng."

"Oow. Siapa?"

Ternyata bocah ini kepo juga. Dari kejauhan nampak seorang berambut cekak dan pakaian serba tomboi berjalan cepat ke arah kami berdua.

"Vekkktorr. Loe kemana aja sih?? Di cariin di sana ga ada! Loe ga papa kann?" Kata Erlen sambil menggoyang-goyangkan bahuku.

"Ga papaa udah deh ga usah lebay. Nanti malem nyokap gue undang loe makan malam di rumah. Gue jemput atau?" Terangku.

"Gausah. Aku ke sana sendiri." Jawabnya. si Ge hanya bisa terdiam dan melongo melihat tingkah kami tadi.

"Oke gue balik dulu Wel. Ge. Yuk"

WHO IS THE MURDERER -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang