《11》 Velencya Wijianto

25 5 0
                                    

Sesampai di kantor polisi, aku dan Guntur segera menemui AKP Dewa. Beliau yang menangani kasus di sekolah kami beberapa waktu terakhir. Beliau selalu menampakkan dirinya yang tinggi tegap dengan postur tubuh yang sangat ideal menambah kegagahannya saat memakai seragam kepolisian.
  
"Selamat siang, bolehkah kami bertemu dengan AKP Dewa? Kami sahabat dari korban terakhir SMA Barilya." Tanya Guntur pada salah satu petugas di sana.
  
"Mohon maaf, AKP Dewa sedang mengadakan pertemuan dengan tim forensik guna menelusuri kasus ini. Jika kalian tetap ingin menemui beliau, silahkan menunggu." Jawab petugas tersebut.
  
Tak lama setelahnya, AKP Dewa keluar bersama seseorang yang mungkin disebut anggota tim forensik oleh petugas tadi. Lalu seseorang tersebut pergi meninggalkan kantor ini.

"Selamat siang AKP Dewa,," sapa Guntur pada beliau.
 
"Selamat siang. Bukankah kalian yang tadi ada di TKP? Ada perlu apa kalian kemari? " tanya beliau.

"Mohon maaf sebelumnya, kami sahabat dari Ventur korban yang di temukan kurang lebih 45 menit yang lalu. Kami ke sini ingin mengetahui bagaimana kejadian ini bisa terjadi dari sudut pandang kepolisian." Sahutku.

"Kami mohon agar kami diterima bekerja sama dengan pihak kepolisian. Kami sangat ingin menangkap pelaku yang telah merenggut nyawa sahabat kami." Jelas Guntur

Bukan mudah membujuk seorang agen kepolisian yang loyalitasnya sangat tinggi kepada pekerjaannya. Seperti yang diketahui tidak mudah mendapat informasi dari pihak kepolisian langsung karena pasti akan sangat dirahasiakan.

Setelah beberapa kali memohon untuk bisa mendapat informasi serta ikut dalam proses penyelidikan ini--yang tentu tidak mudah mendapatkannya. Karena tentu aparat kepolisian tidak akan memberikan informasi2 penting pada anak sekolah seperti kami--, akhirnya AKP Dewa menyetujui dan mempersilahkan kami berdua untuk masuk ke ruangan beliau.

"Jadi mulai dari mana yang ingin kalian ketahui?" Kata AKP Dewa memulai pembicaraan.

"Apakah ada bukti atau semacamnya yang bisa mengarahkan kasus ini pada pelaku?" Tanya Guntur to the point

"Sejauh ini belum ada bukti yang bisa kami temukan. Pengakuan dari saksi mata juga tidak sepenuhnya memberi petunjuk. Untuk saat ini kami masih menunggu kabar dari tim forensik untuk mengetahui bagaimana korban meninggal dan perkiraan waktunya." Jelas beliau.

"Siapa saksi mata yang berada di TKP? Apa yang disampaikan saksi kepada pihak kepolisian?" Tanya Guntur seperti sedang mengintrogasi pihak kepolisian.

"Saksi bernama Veni. Satu tingkat di bawah kalian. Dari informasi yang kami dapat dia berasal dari kelas X Ipa 6 dengan keluarga menengah. Dia mengatakan bahwa saat pertama mendatangi TKP dia melihat 2 orang yang di sebutnya sebagai petugas kebersihan sekolah dan seseorang perempuan yang tak ia kenali sedang berbicara di sudut lorong TKP, lalu mereka berpisah dan satu diantaranya segera mengambil telepon genggam dari saku seragam sekolah." Ungkap beliau.

"Petugas kebersihan? Apa kita bisa mendapat informasi rekan siswi yang di temuinya dari dia?" Tanyaku

"Jangan bertindak bodoh. Tindakan yang anda rencanakan tadi akan membuat pelaku bersikap lebih hati2 daripada sebelumnya. Bantu saya saja untuk mencari siapa siswi yang bersamanya tanpa bertanya pada tersangka." Kata AKP Dewa.

"Baiklah, terimakasih atas kerjasama yang di berikan. Kami akan membantu menemukan pelaku sebaik-baiknya." Kata Guntur diikuti pamitan dariku.

Akhirnya kami putuskan untuk kembali ke sekolah guna menemui Vertor dan Erlen untuk membicarakan rencana ke depannya.
----------
Sesampai di sekolah, kami menghampiri Erlen dan Vektor di tempat terakhir kami bertemu. Ternyata tidak ada. Begitu juga di kelas, kantin bahkan TKP. Suasana sekolah sudah sepi saat ini. Pasti pihak sekolah memilih untuk menyelesaikan kasus pembunuhan ini terlebih dahulu daripada nantinya mengganggu proses belajar mengajar.

WHO IS THE MURDERER -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang