Khawatir(2)

158 4 0
                                    

Reihan melajukan mobil dengan kecepatan diatas rata rata,ia takut terjadi apa apa pada ayasa Calon istrinya.

Sekitar hampir 1 jam,akhirnya reihan sampai dirumah mewah itu tempat ayasa tinggal,reihan keluar dari mobil dan melangkah ke rumah ayasa dengan perasaan yang takut.

Hingga ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu dan memencat bel yang berada di sebelah kanan pintu putih besar itu,terlihat rumahnya sudah gelap,hanya lampu diruang tamu saja yang menyala,mungkin semuanya sudah tidur.

Tidak lama,pintu itupun akhirnya terbuka dan menampakkan sosok wanita paruh baya yang tengah tersenyum meski dengan mata yang sembab dan sesengukkan.
Mamanya mengajak reihan untuk langsung ke kamar ayasa,terlihat wajah pucat ayasa yang tengah terbaring lemah dibawah selimut tebalnya.

"Kita harus bawa ayasa ke rumah sakit sekarang tante,ayasa sudah lemah tak berdaya seperti ini"ucap reihan dengan tatapan khawatir

"Iya nak,tapi siapa yang akan membawa ayasa masuk kedalam mobil,sedangkan kamu masih belum sah menjadi suami ayasa"Mama ayasa masih menangis sesengukkan disamping ranjang ayasa.

Mama ayasa benar,ia belum sah menyentuh ayasa,tapi harus bagaimana lagi,sekarang hanya ada reihan dirumah itu sebagai lelaki,sedangkan papa ayasa masih ada diluar kota,dengan ucapan bismillah reihan harus menolong ayasa,bagaimanapun itu menyangkut nyawa seseorang .

"Tidak apa tan,ini dalam keadaan darurat,saya sudah izin abi,dan abi mengerti,bolehkan saya mengendong ayasa ke dalam mobil?"ucap reihan meyakinkan calon mertuanya itu.

Mama ayasa seketika tersenyum,"silahkan,tante mau mengemasi baju yang dibutuhkan ayasa nanti,kamu tunggu dibawah"

Dengan kehati hatian reihan berjalan mendekati ayasa,dan memandang lekat wajah calon istrinya itu,ia meminta maaf telah menyentuh ayasa tanpa sepengetahuannya.
Reihan mulai mengangkat ayasa kemudian berjalan terburu buru menuruni tangga,mama ayasa yang sudah siap dibawah,langsung menyusul reihan dan reihanpun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Ia melihat sesekali wajah ayasa yang pucat dari spion depan hanya untuk memastikan bahwa ia baik baik saja.
Sesampai dirumah sakit ia langsung membawa ayasa ke tempat UGD,para dokter dan para perawat dengan sigap menangani pasien yang baru datang,reihan ikut mendorong bankar sampai didepan ruang ugd,dengan perasaan cemas,setelah ayasa masuk di ruang ugd reihan tidak diperbolehkan untuk masuk oleh para perawat dan menyuruhnya untuk menunggu diluar.

Reihan duduk diruang tunggu dengan ucapan istighfar berkali kali,ia tau ini salah,tapi bagaimanapun juga keselamatan ayasa adalah prioritas utamanya saat ini.

Mama ayasa yang menyadari reihan sangat khawatir pada anaknya itu,ia mendekat dan duduk disebelah reihan,dengan tatapan teduh dan masih berusa tersenyum ia menenangkan reihan.
"Dia akan baik baik saja han,kamu harus percaya,dan kita berdoa supaya ayasa tidak papa"
"Iya tante,saya percaya"reihan berusaha untuk tersenyum tulus.

Hingga beberapa menit dokter keluar,dan dengan cepat reihan menghampiri untuk bertanya bagaimana keadaan ayasa.
"Dok bagaimana keadaan ayasa?ucapnya dengan nada khawatir
Dokter itu tersenyum lantas menepuk bahu reihan pelan"dia tidak papa,hanya kecapekan dan tifusnya kambuh,tapi tenang panasnya sudah sedikit turun,sebentar lagi kami akan bawa ke ruang rawat inap untuk sementara"

"Baik dokter terima kasih"ucap reihan sopan
"Sama sama saya permisi".

Reihan dan mama ayasa,segera masuk dan menemukan ayasa yang masih pingsan dengan jarum infus yang menancap di tangannya,hati reihan begitu teriris melihat ayasa pucat tak berdaya seperti itu.

Reihan mulai mendekati ranjang ayasa dan menatap mata yang tertutup itu dengan lekat
"Kamu harus sadar sa,jangan bikin aku khawatir"ucap reihan dengan senyum simpulnya

Tak lama terlihat pergerakan dari tangan ayasa dan dengan perlahan matanya terbuka,matanya terlihat sayu dan lemas,untuk berbicara oun masih keluh.
Reihan tersenyum dan memanggil mama ayasa untuk mendekat.

"Alhamdulillah akhirnya kamu sudah sadar nak"ucap mamanya dengan memegang tangan ayasa dan mengecupnya singkat
Ayasa hanya tersenyum kemudian menatap reihan"terima kasih".

"Sama sama kamu harus jaga kesehatan,aku pulang dulu,ummi dari tadi telfon terus tanya keadaan kamu,nanti aku kembali"ucap reihan lembut.

Ayasa hanya menganggukkan kepalanya
"Reihan pulang tan,assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"

Reihan keluar dari ruangan ayasa untuk kembali ke pesantren.

Caraku Mencintaimu Disetiap Doa KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang