06

71 8 0
                                    

Untuk sementara biarlah seperti ini, pasti ada saatnya dimana semuanya berjalan semesti seharusnya.

*****

Naya tidak habis pikir dengan sifat menyebalkan Salsa. Berani beraninya dia memberi nomer Naya pada laki laki lain yang bahkan tidak dia kenal sama sekali.

Tadi sesampainya dikelas, Naya tiba tiba diserbu beberapa pertanyaan dari Salsa. Dia mempertanyakan "kenapa Panca minta nomer Naya melalui Salsa? lalu ada hubungan apa diantara mereka dan beberapa pertanyaan lainnya". Dan Naya bisa menyimpulkan bahwa Salsa lah yang memberi nomernya pada laki laki yang semalam mengirimi dia sms.

"Gue ga suka ya lo kaya gitu." Kesal Naya.

"Maaf dong Nay, abisan gue gakuat ditatap insten kaya gitu sama Kak Panca, lo bisa bayangin kan gimana perasaan gue waktu itu, yaampun Nay jantung gue mau copot rasanya." Jawab Salsa dengan nada dibuat sedramatis mungkin.

Naya memutar bola mata malas. "Emang dasar lo nya aja."

Salsa mencabik bibir kesal. "Eh, tapi nanti deh, semalem ada yang sms lo? Masa sih Kak Pan-Huaaaaa." Salsa menjerit hiteris.

"Ih apaansi udah ah malu diliat orang." Naya dengan segera membekap mulut lebar Salsa.

Naya menunjukan layar ponselnya yang menampilkan room chat. "Ini bukan nomernya?"

Salsa segera melepas tangan Naya dimulutnya secara paksa lalu mengecek ponselnya dan mencocokan deretan nomer yang ditunjukan Naya. Seketika Salsa bernafas lega karena nomernya beda dan bearti bukan Panca lah yang mengirim pesan singkat pada Naya semalam. "Bukan Kak Panca ternyata."

Naya mengernyit, jika bukan Panca lalu siapa?

"Tau ah, males gue sama lo." Naya beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Salsa didalam kelas. Dari bel masuk kelas sampai jam istirahat tidak ada guru, dan sekarang lebih baik dia pergi ke perpustakaan karena sudah terlalu lama berdiam diri dikelas.

"Eh eh Nay Naya Naya."

Naya menyumpal telinganya dengan earphone menggunakan tangan kanannya sedangkan tangan sebelahnya memegang novel yang akan dikembalikan ke perpustakaan, menurut Naya lebih baik mendengar musik favoritnya dan membaca buku diperpustakaan dari pada harus mendengar celoteh Salsa.

Naya berjalan menyusuri koridor kelas, rambutnya terayun mengikuti langkah kakinya,bibirnya sesekali bergerak megikuti alur musik, pergerakan sederhana yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya terpesona termasuk Angkasa kini yang sudah bersiap untuk mendekati gadis itu lagi.

Angkasa mensejajarkan langkah kakinya dengan Naya, tiba tiba dia mencabut sebelah earphone Naya membuat sang empu melirik sekilas lalu melanjut kembali perjalanannya dan memasang kembali earphone yang tadi terlepas. Ńaya berusaha sabar karena jika dia meladeni Angkasa pasti akan semakin jadi, tapi Angkasa justru geram karena diabaikan oleh Naya jadi dirinya mencabut lagi earphone gadis itu, dan berhasil, Naya berhenti berjalan dan melirik Angkasa tajam.

Sedangkan yang ditatap hanya senyum tidak jelas.

Naya memejamkan matanya sebentar dan menghela nafas, sekarang Naya tidak ingin marah marah karena sudah memarahi Salsa barusan dan tidak mungkin kan dia memarahi dua orang bergantian. sabar sabar sabar itulah yang terus Naya lontarkan dalam hati.

Naya menatap Angkasa dan tersenyum semanis mungkin. "Kaka bisa tolong berhenti ganggu saya?"

Dengan tingkah menyebalkan Angkasa mencondongkan tubuhnya dengan memposisikan telinganya tepat didepan wajah Naya. "Apa? lo manggil gue kaka barusan? Wow Suatu keajaiban, tapi sayangnya gue gamau."

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang