15

71 3 0
                                    

Sebelum janur kuning melengkung. Masih ada kesempatan untuk nikung.

#fauzy Ramadhan (Ozy)

*****

Gadis yang tengah berbaring itu membuka matanya perlahan, mengubah posisi menjadi duduk. Pandangannya mengedar ke seluruh sudut kamar. Keningnya berkerut saat tau dia berada didalam kamarnya sendiri, seingatnya dia pergi jalan-jalan terus dalam perjalanan pulang kalau ga salah dia ketiduran, terus? YA AMPUN JANGAN BILANG DIA DIGENDONG ANGKASA KE KAMARNYA?!

Naya menggeleng, tidak mungkin orang seperti Angkasa mau repot-repot menggendong dia. Mungkin saja kaka nya minta bantuan bibi atau mungkin papahnya yang semalam pulang terus menggendong Naya. Yah bisa jadi seperti itu. Lagian kenapa jadi memikirkan soal Angkasa sih, Naya mengedik bahu tidak peduli.

Gadis itu melirik jam yang menggantung di dinding kamar. Pukul 06:15, seketika matanya membelelak. Naya menyibak selimutnya dengan kasar, lalu bergegas menuju kamar mandi. Masih ada waktu untuk bersiap.

Merasa sudah rapi, Naya menatap sekali lagi pantulan dirinya dicermin, rambutnya sengaja dia gerai. Agar tidak terlalu polos, dia mengambil sepasang jepit rambut dengan motif ulat bulu, memakainya dibagian poni sisi sebelah kanan sambil berjalan menuruni anak tangga menuju ruang makan.

"Selamat pagi." Kata Naya sambil mengambil duduk dipinggir Ayla. Mereka yang ada di meja makan membalas sapaan Naya.

"Berangkat bareng ga." Kata Ayla sambil melirik Naya yang sedang mengoles roti dengan selai stawberry favoritnya.

"Ga deh. Gue mau pake angkot aja." Jawab Naya lalu menggigit roti buatannya. Bukan cuma sekali kakanya itu menawarkan untuk berangkat bersama. Cukup awal masuk sekolah saja Naya berangkat dan pulang bersama Ayla, entahlah Naya merasa lebih asik sendiri saja.

"Kenapa ga bareng kaka aja, sekalian pake mobil kan irit ongkos juga." Usul Fery-papahnya.

"Naya mau menikmati semilir angin yang berhembus dipagi dan siang hari pah." Kata Naya diakhiri dengan senyuman yang menunjukan deretan giginya.

"Kamu ini." Fery terkekeh menanggapi si anak bungsu.

Lena yang sedang mengaduk susu cokelat pun ikut tertawa pelan. Dia memberikan susu itu pada Naya yang langsung diterima senang hati.

"Kemarin sore waktu Angga mau kembali ke Bandung, kamu ga nemenin dia sayang?" Kata Lena membuat senyum yang tadinya terbit kini hilang perlahan.

Naya mencoba se akan tidak terjadi apa-apa. "Lho? Emang mau nemenin apa, kan cuma beda Kota mah. Lagian Angga juga kesananya pake mobil sendiri. Kalo ke luar negeri tuh baru Naya ikut nemenin ke bandara."

Naya mengelap bibir nya dengan tisue. Menandakan sarapan selesai. Kalau dilanjut yang ada Naya bisa kelepasan.

"Takut telat nih, Naya berangkat dulu yah. Assalamualaikum." Kata Naya buru-buru.

"Kenapa kmu selalu menghindar setiap kali mamah bahas Angga." Suara mamahnya terdengar membuat Naya terpaksa menghentikan langkahnya. Ga baik mengabaikan ucapan orang tua.

Naya membalikan tubuhnya, menatap sang mamah dengan senyum paksa. "Naya ga menghindar ko, cuma emang seharusnya ga bahas ini aja."

"Dulu kamu selalu seneng setiap kali Angga main kesini. Kamu kaya beda, semenjak perpisahan itu kamu jadi kaya gini? Jangan mentang-mentang kalian beda Kota terus kamu jadi lupa sama Angga."

Angga udah beda mah, semenjak perpisahan itu semuanya berubah. Ingin sekali Naya mengucapkan kalimat itu.

"Mamah ga tau aja apa yang udah Angga lakuin sama Naya." Kata Naya pelan.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang