05

64 10 0
                                    

Aku tidak berobsesi untuk bisa melupakan, aku hanya ingin baik baik saja ketika mengingat.

#Kanaya Valeriya

*****

Satria yang keheranan dengan tingkah Ozy kini bertanya. "Nanti dulu deh Zy, emang Salsa anak musik?"

Pertanyaan Satria membuat semuanya mengangguk setuju.

"Tadi gue liat diformulir pendaftaran, ada nama Salsa dikelas X IPS2, nah si Naya X IPS 2 kan Sa?" Kata Ozy.

"Gue gatau." Jawab Angkasa membuat Ozy mendengus kesal. Niat hati ingin pdkt tapi gatau apa apa tentang doi.

"Terus apa hubungannya Salsa sama Panca?" Tanya Satria.

"Nih ya cewek kaya Naya tuh ga gampang di pinta nomernya cuma cuma, nah kita minta lewat Salsa karena secara logika ga mungkin dong Salsa ga punya nomer nya Naya" Jelas Ozy.

"Terus?"

"Salsa juga ga bakal sembarang ngasih nomer Naya ke orang kan? Tapi kalo yang mintanya Panca pasti bakal dikasih ama Salsa."

"Lo seyakin itu Zy?" Tanya Angkasa.

"Gue sering mergokin tuh cewek merhatiin Panca, dia juga suka diem diem naro sesuatu di loker Panca. So? Kebetulan yang menguntungkan bukan?" Jelas Ozy lagi dan kini membuat Angkasa tambah yakin dengan rencana Ozy.

"Gue ga ngerti sumpah, lo terlalu berbelit belit." Kata Satria prustasi.

Ozy merangkul bahu Satria. "Udah lo diem aja kasian otak lo ga akan nyampe."

"Pokonya percaya sama gue semuanya akan berjalan dengan lancar." Kata Ozy dengan nada dibuat buat.

Kini matanya bearlih pada Panca yang hanya diam entah mikirin apa dan sepertinya tidak mendengarkan obrolan ketiga sahabatnya, emang manusia model Panca tuh langka. Katanya ocehan sahabatnya itu tidak bermutu dan tidak berfaedah untuk didengar. Tapi ada untungnya si kalem ga ngedenger penjelasan Ozy.

"Lo mikir beginian doang lama bener sih Ca, sekarang gimana?"

"Ck. Iya, yaudah mana sini hp gue."

Panca hendak merebut ponselnya tapi segera dihalang oleh Ozy. "Sebelum dapet tuh nomer si Salsa, hp lo gue sita."

"Mampus. Puasa game tuh." Kata Satria.

Rasanya Panca ingin memusnahkan makhluk aneh yang berujud jadi sahabatnya ini.

"Terus gue minta nomernya gimana kalo gada hp." Panca berusaha sesabar mungkin.

Ozy menatap Angkasa. "Sa pinjemin hp lo."

"Gue minta nomer Naya bukan Salsa, kenapa harus pake hp gue?"

"Udah lo diem aja, sekarang kasih hp lo ke Panca."

"Ini pertama dan terakhir lo berani merintah gue ya zy." Kata Angkasa sambil memberikan hp nya pada Panca.

Ozy menatap Angkasa sambil nyengir tidak jelas.

Bel pulang sekolah berbunyi sebelum waktunya jam pulang sekolah, terdengar pengumuman untuk seluruh calon anggota eskul murid kelas X.

MISI DIMULAI!

***

Pukul 05:00. Naya menghela nafas lelah, baru pertemuan awal sudah menguras banyak energi apalagi kalau dia sudah resmi menjadi anggota seni musik.

Naya berjalan memasuki rumah dan pertama yang dirinya lihat hanya sepi. Orang tuanya masih diluar Kota, Naya tidak mempermasalahkan soal itu walau kadang dirinya juga merindukan sosok mereka. Naya selalu mengerti kalau orang tuanya bekerja keras untuk keluarganya, terutama untuk Naya dan kakanya.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang