10

62 4 0
                                    

Aku susah payah untuk sembuh.
Setelah sembuh, kamu datang buat kambuh.


#Kanaya Valeriya

*****

Angkasa mengendarai motornya pelan, pikirannya terus berputar pada kejadian tadi saat dirinya mengantar Naya pulang. Diteras rumah Naya ada seorang laki laki yang seakan menunggu kedatangan Naya, belum lagi matanya yanng terus menatap Angkasa tajam saat Angkasa mengantar Naya sampai depan rumahnya. Tapi saat melihat Naya berubah menjadi lembut. Heran.

Dia menggelengkan kepalanya, menghilangkan perasaan kepo itu. Lagi pula apa masalahnya?

Drtt drtt

Getaran disaku celana Angkasa membuatnya menepikan motor sebentar lalu mengangkat telpon tersebut. Belum sempat Angkasa bilang halo, suara disebrang sana sudah lebih dulu menyela.

"WOY LO DIMANA ANJIR, JANJI JAM 7 INI UDAH MAU JAM 10 LO BELUM DATENG, JADI IKUT GA?" Itu suara Satria sudah pasti.

Astaga! Angkasa lupa kalau malam ini dia dan ketiga temannya berencana untuk kumpul dirumah Panca, tapi karena saat dijalan tadi tidak sengaja melihat gadis yang seorang diri ditaman dan Angkasa merasa kenal dengan gadis itu jadi dia berniat menghampiri hanya untuk meyakinkan saja, tapi ternyata tebakannya benar. Naya, gadis itu sedang meringkuk bersamaan dengan isak tangisnya. Entah kenapa Angkasa justru malah duduk disebelahnya dan tidak ingin meninggalkan Naya sendirian.

"Bentar lagi gue sampe rumah Panca"

"Lo kelamaan, si Ozy berulah."

"Kenapa?"

"Dia ngerengek pengen batagor depan komplek, cape gue dengernya, lo kesini aja langsung, jangan ke rumah Panca"

Angkasa mendengus. "Oke"

Angkasa mematikan panggilannya, dia kembali melanjutkan perjalannya menuju tukang batagor yang diberitahu Satria barusan. Entah kerasukan apa malem malem begini minta tukang batagor.

Tukang batagor itu terlihat lumayan ramai, tempatnya juga cukup lega dan nyaman untuk mereka yang ingin makan ditempat, seperti keinginan Ozy saat ini.

"Eh mas Panca sama temen temennya, mau berapa mas? Makan disini atau dibungkus?" Kata Bang roy, tukang batagor. Mantap keren kali namanya.

Panca tersenyum sebagai balasan, "Dibungkus aja."

"Ngga, makan disini." Jawab Ozy

"Dibungkus."

"Dih apaan, kita makan disini pokonya, Angkasa juga pasti setuju." Yaiyalah Angkasa mah apa kata temen nya hayu hayu aja.

Panca berdecak, susah jika Ozy sedang dalam masa masa seperti ini tuh. Berasa ngasuh anak balita yang apa apa harus dituruti kalo tidak pasti merajuk satu minggu. Pasalnya Panca bukan tipe orang yang suka menjadi pusat perhatian walau memang setiap hari disekolah juga selalu jadi pusat. Panca menatap tajam beberapa wanita yang secara terang terangan menatapnya kagum.

Beda hal nya dengan Satria, dia mah santai santai aja gimana situasi tempatnya mau dipandang kagum, terpesona, atau bahkan tatapan tak suka pun, Satria mah bodoamat.

"Dari mana aja lo? Nganjang dulu?" Kata Satria pada Angkasa yang baru saja datang.

"Apaan deh."

"Halah ngaku lo." Angkasa tidak menjawab, dia lebih memilih menghampiri Panca dan Ozy yang masih debat.

"Udah si Ca tibang makan doang, gausa hirauin mereka lah." Kata Angkasa yang sempat mendengar pembicaraan terakhir Ozy dan Panca. Angkasa tau alasan apa yang bikin Panca gamau makan disini.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang