16

56 5 0
                                    

Tidak. Jatuh cinta itu hanya untuk orang bodoh. Dan sekarang, aku sedang bosan jadi orang pintar.

*****

Waktu sudah masuk jam pelajaran ketiga. Dan kebetulan sekarang kelas Naya jamkos, karena malas harus menghadapi kelas yang sudah seperti pasar minggu lebih baik dia menunggu bel istirahat di perpustakaan. Lebih berfaedah.

Naya sudah sempat mengajak Salsa, dan gadis itu malah pura-pura mengantuk. Padahal Salsa itu paling semangat di ajak keluar kelas. Terkecuali perpustakaan memang. Katanya, liat tumpukan buku itu bikin dia pusing. Dasar aneh.

Gadis itu terus melangkah melewati koridor kelas 11. Namun saat di dekat lorong kamar mandi, tiba-tiba ada yang menariknya dan menghempaskan tubuhnya pada dinding lorong kamar mandi yang kebetulan sepi. Naya meringis merasa sakit dibagian bahu dan punggung. Dia mendongak melihat tiga orang perempuan yang menatapnya tajam.

Naya melirik name tag orang dihadapannya ini. Maurin Angelin.

"Naya Valeriya. Jadi lo cewe mainan nya Angkasa sekarang?" Katanya dengan nada sinis. Maurin.

Naya tidak mengerti dengan si Maurin Maurin ini. Dia juga merasa tidak kenal. Dan apa tadi katanya? Angkasa?

Maurin tertawa remeh menatap penampilan Naya dari atas sampai bawah.

"Gak ada bagus-bagusnya buat di pandang. Gue heran, Angkasa deketin lo liat apanya."

Kurang ajar! Naya menatap orang dihadapannya dengan tajam. Mulut-mulut seperti ini tuh harus di babat habis.

"Jangan songong lo natap Maurin kaya gitu. Baru adik kelas gak usah belagu." Kata salah satu antek-anteknya Maurin.

Ohh kaka kelas rupanya.

"Sorry, gue gak ada urusan sama kalian." Kata Naya lalu hendak pergi tapi bahunya langsung di dorong keras.

Maurin mencengkram kuat kedua pipi Naya menggunakan satu tangannya. "Lo emang gak ada urusan sama gue. Tapi gue yang ada urusan sama lo!"

Naya benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa dia sedang di labrak ceritanya?

Maurin melepas kasar tangannya membuat kepala Naya tergesar kesamping.

"Gue peringatin sama lo. Jauhin Angkasa kalo lo masih mau tenang sekolah di sini. karena lo gak ada apa-apanya dibanding gue." Kata Maurin sambil menunjuk muka Naya dengan jari telunjuknya.

Naya menepis tangan Maurin. "Peduli amat."

"Uuuuu takut." Kedua antek-anteknya berseru dengan nada mengejek.

Maurin tersenyum miring. Berani juga ni cewek. Maurin lalu mengode kepada keduanya. Mereka berdua langsung paham lalu mereka masing-masing memegang tangan Naya. Menahan agar Naya tidak bisa berbuat apa-apa.

"Gue kasih tau ya adek manis. Lo tuh cuma mainan Angkasa sementara dia bosen aja. Karena cepat atau lambat lo juga pasti akan di buang, dan Angkasa bakal balik lagi ke gue." Nadanya memang terdengar lembut, tapi tersirat arti merendahkan.

"Berapa yang udah Angkasa kasih buat lo?" Celetuk salah satu dari mereka.

"Pasti menang banyak ya semalem." Kata yang satunya lagi. Lalu mereka tertawa ngejek.

Sumpah demi apapun ini pertama kalinya Naya merasakan situasi seperti ini. Mata gadis itu mengkilat marah, dia tidak terima. Kakinya menginjak kedua orang yang memegang tangan Naya kuat. Dan berhasil, Naya lepas dari keduanya.

Tangannya bergerak ke atas berniat hendak menampar mulut kurang ajar kaka kelasnya ini, tapi ingatan sebuah kalimat menghentikan niatnya.

"Mulai sekarang, stop jadi cewe kasar dan jangan suka bully orang lagi. Hadapi setiap masalah dengan tenang tanpa kekerasan. Kalo ngga, gue marah. Ngerti?"

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang