Sejatinya yang di pegang dari laki-laki adalah ucapannya.
*****
Sudah satu minggu berjalan setelah kejadian dimana Kanaya berbicara cukup pedas pada Angkasa, begitu pula dengan gosip hangat yang semakin membicarakannya soal hal itu. Dan dirinya tidak perduli dengan ucapan orang lain, selagi harga dirinya masih dipertimbangkan dalam gosip itu.
Naya kira setelah kejadian di kantin saat itu, Angkasa akan berhenti mengganggu. Tapi ternyata pemuda itu justru makin gencar mendekati Naya, mengirimi pesan setiap pagi, siang, sore sampai malam. Tidak pernah absen selama seminggu itu Angkasa menghubunginya, hanya pesan singkat yang dia kirim seperti, mengingatkan makan atau menanya Naya sedang apa, bahkan tiap malam Angkasa selalu mengucapkan ucapan selamat tidur.
Seperti sekarang, Naya dengan teman sekelasnya sedang belajar di perpustakaan dimana kebetulan ruangan itu juga di isi oleh kelas Angkasa. Naya mencoba untuk tidak terlihat sedikitpun dari jangkauan mata pemuda itu.
"Ka Angkasa merhatiin lo aja tuh. Ciee." Goda Salsa sembari menyenggol bahu Naya.
Naya mendongak. Benar saja, Angkasa tengah memperhatikan Naya sambil bersandar pada rak buku.
Posisi seperti ini memudahkan Angkasa untuk menatap gadis yang selama seminggu ini mencoba menjauh dari dia. Mana bisa, Angkasa baru mulai berjuang masa mau pergi gitu aja. Ingat kata Ozy. Sebelum janur kuning melengkung, masih ada kesempatan untuk nikung!
"Udah, nanti lagi natap-natapnya, di tegor butet tau rasa lo." Butet, Salah satu guru hits di SMA Pelita, guru bahasa Indonesia yang mempunyai nama asli Bu Tetti ini memang selalu menjadi bahan olok-olok siswa, karena gayanya yang paling mencolok dari guru lain padahal umur sudah kepala empat.
"Cantik banget Sat." Kata Angkasa dengan pandangan yang tidak lepas dari Naya.
"Butet maksud lo?" Bibirnya berkedut menahan tawa, sampai akhirnya tawa itu meledak dari bibir Satria.
"SATRIA!" Tegur Butet.
"Maaf bu, Angkasa nih."
"Dih apaan." Elaknya.
"Merasa sudah pintar kalian, berani ngobrol saat saya sedang menerangkan." Tegasnya.
"Ngga bu, maaf." Satria memang nyeleneh, tapi dia selalu bersikap sopan terhadap para guru. Terlepas dari karena guru memang harus di hormati, Itung-itung untuk membantu memperbaiki nilai itu katanya. Berbeda jika kata Ozy, gue udah sering mengharumkan nama sekolah. Gausa kebanyakan caper Sat, nilai kita aman ditangan mereka.
"Ga mau sombong gue. Jelasin Sat seberapa pinter otak kita." Kata Angkasa membuat Satria mendelik.
"Udah diem lo."
Kini gantian Angkasa yang mendelik. "Dih caper banget."
"Males gue liatin butet, mending Naya. Aduhh, kalo salting lucu banget." Angkasa menghiraukan guru yang masih setia menjelaskan materi, matanya fokus pada Naya yang sesekali mendongak menatap Angkasa.
Angkasa terkekeh, lucu sekali melihat gadis galak jadi malu-malu seperti itu. Astaga! Kalau rasanya jatuh cinta semenyenangkan ini, kenapa Angkasa tidak dipertemukan oleh Naya dari dulu saja sih.
"Pelajaran ibu sudah habis, kalian boleh ke kelas untuk pelajaran selanjutnya. Sampai disini pembelajaran kita hari ini, Assalamualaikum."
"Jadi, alasan lo seminggu ini menghindar dari ka Angkasa kenapa, hm?" Kata Salsa. Jurus keponya keluar!
"Apaansi Sa." Jawab Naya malas sambil membereskan peralatan alat tulisnya dengan tergesa, untung karena pelajarannya selesai jadi tidak mengharuskan Naya berdiam lama di satu ruangan yang sama dengan Angkasa, walau tempatnya ber jarak.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
RomanceKetika takdir mempermainkan perasaan seseorang. - - - - - JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA!