13

46 6 0
                                    

Aku tidak mengerti, kenapa kamu selalu hadir setelah aku menumpahkan air mataku karenanya.

#Kanaya Valeriya

*****

"Naya?"


Naya mendongak, menatap laki-laki yang baru saja memanggilnya. Matanya membola kaget saat tau ternyata itu Angga. Dengan hati senang Naya menghampiri Angga, menghiraukan seseorang yang berdiri membelakanginya.

"Kamu ngapain disini?" Kata Naya dihadapan Angga.

Angga tersenyum, mengusap kepala Naya lembut. "Jemput kamu."

Angkasa mengerjap. Ini maksudnya apa, drama live didepan Angkasa begitu? Enak saja. Dia yang duluan berdiri disini menunggu Naya.

Angkasa segera menarik tangan Naya. "Dia pulang sama gue."

"Ka apaansi, lepas ih sakit." Angkasa tidak melepaskan cekalannya tapi hanya melonggarkan sedikit agar tidak sakit.

"Kan tadi udah janji balik sama gue, gimanasi lo." Kata Angkasa kesal.

"Naya, ini siapa, pacar kamu?" Tanya Panca.

"Bukan."

"Iyah."

Mereka menjawab bersamaan dengan kata yang berbeda. Naya memukul tangan Angkasa. "Enak aja."

"Kan bentar lagi." Kata Angkasa malas.

Angga tersenyum, kejadian seperti ini memang sering terjadi dulu. Dan Naya tidak akan semudah itu jatuh hati pada seorang laki-laki. Karena cuma kehadiran Angga yang Naya mau bukan yang lain, itu kata Naya dulu.

"Gue cowonya, bisa tolong lepas."

Naya menatap Angga, kalimat itu lagi yang selalu menyelamatkan Naya dari urusan seperti ini. Tapi sekarang situasinya sudah beda. Tiba-tiba Angkasa melepas cekalan tangan Naya perlahan.

"Masih jadi cowonya aja belagu banget. Liat aja, bentar lagi juga putus." Setelah mengucapkan kalimat sarkas itu, Angkasa pergi dengan perasaan kesal setengah mati.

Angga mengedikan bahu tak peduli. "Ayo pulang."

Sedangkan Naya yang melihat kepergian Angkasa merasa aneh, biasanya dia senang tapi ko... ah sudah lah.

"Naya?"

Naya membuang muka, lalu menatap Angga. "Hm? Kenapa?"

Angga terkekeh. "Ayo pulang."

"Eh, iyah." Jawab Naya sambil tersenyum kaku.

Hari ini hari pertamanya dia bekerja, apa tidak apa-apa kalau Angga tau lalu mengantarnya? "Mmm, tapi Ga, aku harus kerja."

Kening Angga mengernyit. "Kerja? Kamu kerja?"

Naya mengangguk.

"Kenapa kerja, semalem keluarga kamu bangkrut?"

Naya memukul bahu Angga keras. "Sembarangan kalo ngomong."

"Terus kenapa kerja?"

Masa Naya harus bilang alasan utamanya sih. "Cuma mau kerja aja, ngisi waktu luang."

Jawaban Naya tidak memuaskan untuk Angga.

"Udah ayo, nanti aku telat. Ini hari pertama aku tau."

Angga tersenyum, dia menggandeng tangan Naya dan itu sudah hal biasa. Angga membukakan pintu mobil untuk Naya. Sebelum dia masuk mobil, Angga menyempatkan untuk mengetik sesuatu pada ponselnya.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang