09

52 5 0
                                    

Tak semua yang hilang harus dicari, dan tak semua yang pergi harus kembali.

*****

"Menurut lo, mana yang paling indah?"


"Lo"

Naya memutar bola mata malas sementara Angkasa terkekeh.

Ya. Setelah adegan manis tadi mereka masih ditempat yang sama dengan posisi yang berbeda. Kini mereka berbaring menatap hamparan bintang dilangit.

Tangan Angkasa terulur keatas menunjuk salah satu bintang yang paling terang.

"Katanya, bintang yang paling terang itu bisa menyampaikan sesuatu lewat hati kita."

Naya menatap Angkasa. "Kalimat dari mana itu."

"Coba sekarang tutup mata lo, terus minta sesuatu dalam hati."

Naya kembali menatap langit lalu memejamkan matanya dan berucap dalama hati. Bintang, semoga esok semuanya baik baik saja.

Angkasa memperhatikan Naya dari samping. Wajah tenang gadis itu ketika sedang memejamkan matanya, dia mempunyai pahatan wajah yang indah, alis tidak terlalu tebal dengan bulu mata yang lentik, hidung mancung, bibir kecil tipis dan pipinya yang sedikit berisi. Andai gadis ini sedikit kalem dan lembut. Tapi justru disanalah pesonanya, dia satu satunya gadis yang menolak kehadiran Angkasa, berkata kasar bahkan berani membentak Angkasa. Tidak tau kah seberapa banyak gadis yang bertekuk lutut pada seorang Angkasa Prabudi. Namun Angkasa tetap menyangkal bahwa dirinya sudah benar benar jatuh dalam pesona gadis disampingnya ini.

Naya membuka matanya lalu menatap ke samping karena merasa Angkasa memperhatikannya, dan benar ternyata Angkasa sedang menatap Naya dengan insten, terjadi kontak mata selama lima detik sampai akhirnya Naya berdehem menghilangkan rasa gugup.

"Biasa aja liatinnya." Kata Naya sambil memalingkan wajah.

"Siapa juga yang liatin lo." Angkasa mendadak gugup.

"Elo lah."

"Dih apaan, gue liatin lo tuh karena itu-"

"Itu apa huh?"

"Itu mata lo ada beleknya iya mata lo ada beleknya tuh."

Naya membulatkan matanya lalu merubah posisi menjadi duduk, menatap Angkasa garang. "Enak aja mana ada belek."

Angkasa juga ikutan duduk. "Iya tau, itu ih ada beleknya."

"Apaan si, mana gaada tau." Kata Naya sambil mengucek matanya sambil membuang muka ke sembarang arah. Sialan dia sangat malu.

"Wah beneran dicari tuh belek BHAHAHA." Angkasa tertawa ngakak.

"Heh kurang ajar ya lo."

Dan terjadilah acara kejar kejaran, Naya terus mengejar Angkasa sambil membawa sebelah sendalnya sebagai senjata dengan mulut yang tidak ada hentinya meneriaki nama Angkasa agar berhenti, sedangkan Angkasa terus tertawa meledek Naya.

"Nah, rasain udah gabisa kabur lagi." Naya menarik baju belakang Angkasa, tanpa menunggu lama dia langsung memukul dengan sendalnya.

"Aw, ampun ampun."

"Gaada ampun ampunan."

"Heh ini sakit tau, beneran."

"Bodoamat."

"Sakit woy, gue cuma boongan tadi."

Naya melepaskan tangannya dari baju Angkasa, sudah lumayan cukup segitu juga karena sudah membuat Naya malu walaupun hanya boongan katanya, tapi kan tetep saja malu.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang