02

145 12 5
                                    

Aku tidak berharap pada siapapun lagi, yang aku harapkan saat ini adalah sembuh dari patah hati.

#Kanaya Valeriya.

*****

Bel pulang sekolah telah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu, namun gadis dengan rambut sebahu itu masih berada di dalam kelas dengan ditemani satu orang yang sedang piket.

Sambil menunggu Salsa piket, Naya mencatat materi yang saat tadi selama guru sejarahnya mengajar dia tidak menulis sama sekali dan katanya harus dikumpulkan sekarang juga kalau tidak maka tidak dapat nilai. Dan sialnya cuma dia yang tidak mencatat bahkan teman laki lakinya pun semuanya mencatat.

"Gue udah selesai, jemputan gue juga udah datang, lo gapapa sendiri?" Tanya Salsa sambil menyimpan sapu di pojok kelas.

"Hmm" Naya yang terburu buru mencatat agar cepat selesai tidak peduli dengan apa yang diucapkan Salsa.

Setelah Salsa keluar dari kelas tanpa disadari Naya. Beberapa menit kemudian Naya bernafas lega akhirnya selesai juga mencatat, sekarang tinggal dikumpulkan di kantor kemudian dia bisa pulang.

Naya menoleh kanan kiri mencari keberadaan Salsa. "Loh, tuh anak kemana?" Seakan ingat sesuatu, Naya menepuk jidatnya sendiri karena sepertinya tadi saat dirinya fokus mencatat Salsa pamit pulang dan dia hanya menjawab dengan bergumam.

Perasaan Naya mendadak tidak enak, dengan terburu buru dia membereskan peralatan tulisnya dan segera beranjak keluar kelas. Bayangkan saja didalam kelas seorang diri padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi mungkin hampir tiga puluh menit yang lalu.

Setelah keluar dari kelas Naya melihat beberapa siswa yang masih pada nongkrong didepan kelasnya, dan ada juga beberapa kumpulan pria dipinggir lapangan basket. "Untung masih banyak orang." Naya melanjutkan langkahnya dengan tenang ke ruang guru untuk menaruh buku catatan miliknya.

Pergerakan Naya tidak lepas sedikitpun dari pandangan pria dengan hodie putih yang melekat ditubuhnya. Naya tidak sadar bahwa kumpulan laki laki yang sedang bersantai dipinggir lapangan basket itu ada dirinya.

"Sa balik yu". Ajak Satria yang sudah merasa bosan karena sudah setengah jam mereka hanya berdiam diri disini.

Ya, kumpulan pria itu adalah Angkasa Ozy Satria Panca dan teman teman yang lainnya. kebiasaan mereka yang tidak pernah langsung pulang pasti akan menyempatkan diri untuk bermain basket atau hanya duduk seperti ini walau sebentar.

"Iya nih, bosen gue". Tambah ozy dan yang lainnya setuju.

"Kalian aja duluan, gue nanti." Jawab Angkasa membuat yang lainnya bingung terutama Ozy, pasalnya Angkasa ini tipe orang yang iya iya aja apa kata teman temannya kecuali kalo emang ada hal lain. Ozy menatap Angkasa penuh selidik Hmmm jangan jangan...

Baru saja Ozy ingin mengeluarkan jurus keponya tapi Panca sudah menyela. "Angkasa ada urusan, udah ayo balik." Panca beranjak dari duduknya sambil menarik Ozy dan diikuti dengan yang lainnya.

Sekarang tinggal tersisa Angkasa sendiri ditempat ini, mata Angkasa terus tertuju pada koridor yang nanti pasti akan dilewati oleh gadis itu. Setelah beberapa menit kemudian Angkasa tersenyum ketika melihat gadis yang dia tunggu sedang berjalan dengan mata yang terus fokus pada handphone ditangannya.

Angkasa berdiri dan berniat menghampiri gadis yang terus berjalan dan berhenti didepan gerbang sekolah, sepertinya gadis itu lupa kalau Angkasa menyuruhnya untuk menunggu diparkiran atau memang ia sengaja? Baiklah kalau begitu akan Angkasa ingatkan. Angkasa berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang