Hari ini sudah memasuki hari ketiga sejak Tiara dirawat, dan Joan tetap setia menemani Tiara bahkan ia rela mengesampingkan urusan pekerjaannya. Joan juga sudah memberi tahu kedua orang tuanya mengenai Tiara serta kesalahan yang pernah di lakukannya dulu. Pada awalnya ibu Joan terlihat sangat terkejut apalagi melihat kondisi Tiara yang penuh luka, sementara ayahnya sudah jelas sangat kecewa pada Joan. Tapi untunglah kini keduanya sudah mulai bisa menerima kehadiran Tiara. Meskipun hasil tes DNA baru akan keluar malam ini, Joan tidak memperdulikannya lagi karena ia amat yakin jika Tiara memang anaknya.
Dan untuk kondisi Tiara yang terlahir spesial berbeda dari anak atau orang lain karena tidak mampu mendengar ataupun berbicara. Karena itu Joan berniat untuk mencari tutor privat yang akan mengajarinya serta Tiara bahasa isyarat agar mereka berdua dapat berkomunikasi dengan lancar. Sementara untuk saat ini mereka hanya menggunakan gerakan biasa untuk berkomunikasi. Joan pun cukup terkejut karena ternyata Tiara merupakan anak yang ceria dan cukup aktif, hanya saja kadang-kadang Tiara bisa mendadak menangis dan ketakutan, menurut dokter itu wajar karena Tiara mengalami trauma akibat penyiksaan yang ia terima selama ini.
Joan memperhatikan ibunya yang sedang menemani Tiara bermain boneka. Sementara untuk pasangan hidup Joan belum memilikinya, sebelumnya ia hanya fokus pada pekerjaan dan tidak terlalu mementingkan masalah percintaan meskipun umurnya sudah tidak muda lagi. Ibunya bahkan sudah ratusan kali menjodohkan Joan dengan anak-anak kenalannya, namun Joan terlalu cuek sehingga selalu berakhir dengan kegagalan. Apalagi saat ini sudah ada Tiara yang menjadi tanggung jawabnya membuat Joan semakin tidak memperdulikan masalah wanita, sekalipun ada ia hanya ingin wanita yang bisa menerima Tiara karena wanita itu akan menjadi ibu bagi Tiaranya.
Tok..Tok..Tok..
Setelah ketukan pintu, masuklah seorang petugas yang membawa nampan berisi makan siang untuk Tiara.
"Permisi." Sapa petugas itu, ia berjalan menuju nakas disamping tempat tidur Tiara dan menukar nampan di atas nakas dengan nampan yang baru ia bawa.
Begitu petugas itu keluar kamar, Joan menghampiri Tiara ia mengambil nampan itu dan membuka penutupnya. Joan duduk di tempat tidur Tiara, tangan kanannya menepuk lengan Tiara yang asik dengan mainannya. Saat Tiara menatapnya Joan menujuk kearah nampan makanan untuk meminta Tiara makan, tapi Tiara menggeleng lalu kembali asik dengan mainannya.
Tidak tahu bagaimana sebelumnya cara Diska membuat Tiara makan, tapi yang pasti satu hal ini membuat Joan amat kebingungan karena setiap kali diminta untuk makan Tiara selalu menolak bahkan kadang sampai menangis ketakutan.
Joan mengelus pipi Tiara. "Makan ya." Ucapnya. Satu kemajuan dari Tiara yang Joan sadari, Tiara mulai bisa memahami gerakan bibir orang yang mengajaknya bicara, walau belum seratus persen.
"Tiara makan ya, sedikit aja. 5 suap ya, mau?" Ucap Yilia-ibu Joan.
Tiara yang sedang menatap Yilia, terlihat sangat muram.
"Kalau Tiara mau makan nanti oma ajak Tiara ketaman, gimana?" Sambung Yilia.
Karena mengetahui tawaran Yilia, Tiara mengangguk lesu. Dan sesuai janjinya, setelah makan Yilia mengajak Tiara ke taman.
Kini mereka telah kembali dari taman, Yilia dan Joan sedang berbincang, sementara Tiara sudah tertidur pulas.
Klekk..
"Loh, mama belum pulang?" Ucap Jivia yang baru memasuki kamar dengan amplop coklat ditangannya.
"Apa itu hasilnya?" Tanya Yilia, Jivia pun mengangguk lalu menyerahkan amplop coklat itu pada Joan.
"Thanks." Ucap Joan, ia membuka amplop itu dan mengeluarkan kertas di dalamnya. Begitu membaca hasil tes DNA dirinya dengan Tiara yang 99.999% cocok sebagai ayah dan anak, Joan sudah tidak kaget lagi tapi ia tidak tahu kenapa saat ini ia malah menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD DADDY (END)
Fiksi UmumJoan Delion pria berusia 37 tahun selain jabatannya sebagai Presiden Direktur dari Delion's Group, ada status yang lebih berarti menurutnya yaitu sebagai seorang 'papa' dari putri kecilnya Tiara. Memiliki putri kecil yang sangat cantik membuat hari...