Joan melirik kearah Tiara yang sedang terlelap dengan kepalanya bersandar pada pangkuan Netta, ia tidak menyangka wanita yang di anggapnya menyebalkan itu ternyata memiliki sisi baik juga. Apa mungkin selama ini ia terlalu cepat menilai orang?
Sementara itu Stev sudah pergi sejak sejam yang lalu karena ada pemotretan, tentunya ia bertugas sebagai fotografernya.
Setelah merapikan berkasnya, Joan menghampiri Netta dan Tiara, ternyata wanita itu juga ikut tertidur dengan wajah membelakangi Joan pantas saja tadi ia tidak menyadarinya. Joan mengguncang pelan pundak Netta, hingga wanita itu melenguh dan mengerjapakan matanya beberapa kali.
"Kenapa?" Ucap Netta dengan suara paraunya, khas sekali orang bangun tidur.
"Apa kamu tidak lapar?" Tanya Joan.
Netta melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, ternyata sudah jam setengah dua siang.
"Ternyata sudah siang ya." Sahut Netta, kemudian ia menguap kecil sambil mencoba menghilangkan kantuknya.
Joan, pria itu memindahkan Tiara kepangkuannya dan mencoba membangunkan gadis kecil itu. Karena tidak ingin Tiara melewatkan makan siangnya.
....
Restoran kenamaan asal negeri ginseng ini, menjadi pilihan Joan untuk makan siangnya bersama Tiara dan juga Netta. Walau masih sedikit canggung Joan terpaksa mengajak Netta makan siang sebagai ucapan terima kasihnya, sedangkan Netta sendiri merasa sangat senang karena Joan mulai mau menerimanya hanya karena perhatian-perhatian kecil yang ia berikan pada anak kecil itu.
"Kamu ingin pesan apa?" Tanya Joan sambil menggeser-geser layar tablet yang berisi menu makanan.
"Aku Set Bulgogi saja." Sahut Netta.
Joan mulai memesan beberapa menu dengan menekan gambar pada table itu. Tidak lama setelahnya, pesanan mereka pun tiba.
Satu Set Bulgogi dengan nasi dan minum pesanan Netta, Nasi Goreng Kimchi milik Joan, serta Nasi, Japche dan Sup Oden yang Joan pesan untuk Tiara sudah tersaji hingga memenuhi meja.
"Silahkan makan." Ucap Joan.
Ketiganya menyantap makan siang mereka dengan lahap. Sesekali Joan membantu Tiara merapikan makngkuk nasinya yang berantakan.
"Kalau aku boleh tau, siapa dia?" Tanya Netta sambil menatap Tiara, dirinya sudah tidak bisa lagi menahan rasa penasaran yang sejak tadi mengganggu dirinya.
"Tiara anakku." Sahut Joan santai, tapi berbeda dengan Netta. Mata wanita itu sukses membulat sempurna dan jika ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya bisa saja ia tersedak karena saat ini ia sedang mengunyah makanannya.
"Aku tidak sesempurna yang kamu kira. Aku juga masih ingin fokus mengurus Tiara dan tidak berniat untuk mencari pendamping hidup, karena itu aku harap kamu tidak membuang-buang waktumu lagi dengan terus mendatangiku, karena tidak akan ada yang berubah." Lanjut Joan.
Netta tersenyum sinis pada Joan, jika pria itu mengira Netta adalah perempuan yang mudah menyerah, maka Joan salah. "Kita lihat saja nanti, apa benar tidak akan ada yang berubah." Balas Netta.
Joan tertegun sesaat begitu mendengar jawaban Netta, namun ia memilih tidak perduli.
"Selesai makan, aku harus kesuatu tempat dengan Tiara, kalau mau aku bisa memesankan taksi untukmu pulang." Ucap Joan.
Netta semakin mendengus kesal, ternyata pria di depannya ini menang benar-benar sulit untuk di dapat. Tapi ia juga harus mempertahankan harga dirinya. "Tidak perlu, aku masih mampu untuk membayar ongkos taksiku sendiri." Sahut Netta, dan Joan hanya mengangguk saja lalu kembali fokus menunggu Tiara menyelesaikan makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD DADDY (END)
General FictionJoan Delion pria berusia 37 tahun selain jabatannya sebagai Presiden Direktur dari Delion's Group, ada status yang lebih berarti menurutnya yaitu sebagai seorang 'papa' dari putri kecilnya Tiara. Memiliki putri kecil yang sangat cantik membuat hari...