Joan menaiki selimut yang menutupi tubuh mungil Tiara, lalu dirinya ikut berbaring di samping Tiara. Mereka berdua tidur di kamar yang digunakan Joan sebelum memutuskan untuk tinggal sendiri.
Dengan perlahan Joan mengusap bekas luka lebam di pipi Tiara. "Papa berjanji mulai sekarang tidak akan ada lagi luka yang kamu rasakan." Lirihnya pelan. Joan mengecup kening Tiara, lalu memeluknya, dan memejamkan mata menyusul Tiara yang sudah terlelap.
...
Pagi harinya, begitu bangun Joan langsung menuju kamar mandi dan merapikan dirinya, karena hari ini ia sudah aka kembali bekerja. Saat keluar dari kamar mandi ia melihat Tiara yang sudah bangun sedang memainkan boneka yang semalam ia bawa saat tidur, masih berbalut celana selutut dan kaos putih polos Joan menghampiri Tiara, ia mengecup kening Tiara lalu mengelus pipinya.
"Selamat pagi anak papa." Ucapnya.
"Mau mandi?" Lanjutnya. Tiara pun mengangguk.
Joan menggendong Tiara dan membawanya ke kamar mandi yang berada di dalam kamar. Begitu selesai memandikan Tiara ia segera memakaikannya baju dan menyisir rambutnya yang hanya sebahu.
"Hari ini papa mau kerja, Tiara dirumah sama oma dan opa ya." Ucap Joan.
Wajah Tiara yang awalnya tersenyum berubah menjadi sendu, namun ia tetap mengangguk pelan.
"Jangan sedih, papa kerjanya cuma sebentar. Nanti sebelum malam papa janji sudah pulang." Lanjut Joan, lalu mengaitkan jari kelingkingnya dengan Tiara.
"Anak papa sudah cantik, senyum dong." Tambah Joan. Tiara mengulas senyum tipisnya.
"Nah, sekarang kita sarapan ya. Yang lain pasti sudah tunggu kita." Lanjut Joan, ia menuntun Tiara keluar kamar dan menuju ruang makan.
Di ruang makan sudah ada Jivia dan suaminya Ilion serta kedua anaknya Wegan dan Volen, mereka sudah menyatap sarapan yang tersaji lebih dulu.
Joan membantu Tiara duduk di bangku samping Wegan, kemudian ia duduk disebelahnya. "Mama sama papa kemana?" Tanyanya.
"Papa lari pagi sama teman-temenanya dan mama ikut." Sahut Ilion.
Joan yang sedang menyendokan nasi serta lauk kedalam piring Tiara hanya mengangguk.
"Jadi kamu Tiara?" Lanjut Ilion.
Tiara tidak merespon karena kebetulan ia sedang memperhatikan Joan menyendok sayur, Wegan yang duduk di samping Tiara menepuk pundak gadis cilik itu. Tiara menoleh dan menatap kearah Wegan.
Wegan menunjuk Ilion. "Itu papa aku". Tiara kemudian menoleh kearah Ilion lalu kembali menatap Wegan lagi.
"Papa aku tanya, nama kamu Tiara?" Ucap Wegan perlahan.
Tiara melihat kearah Ilion yang juga sedang menatapnya, lalu ia mengsngguk kecil. Sementara Ilion membalasnya dengan senyuman.
"Wegan pengertian sekali ya sama Tiara." Ucap Joan.
"Iya Om. Karena Wegan akan mendengar dan bicara untuk Tiara." Sahut Wegan bangga.
"Volen juga." Seru Volen.
Ketiga orang dewasa disana tersenyum mendengar ucapan dua jagoan kecil itu.
"Baiklah, sudah sekarang lanjutkan makannya." Ucap Jivia.
Mereka kembali menyantap sarapan mereka, begitu juga dengan Joan dan Tiara.
"Oiya kak, bantu aku cari guru privat bahasa isyarat untuk Tiara ya." Ucap Joan.
"Oke nanti coba kakak cari." Sahut Jivia.
"Apa mahasiswi boleh? Seingatku salah satu muridku mampu menggunakan bahasa isyarat." Tanya Ilion. Ilion adalah seorang Sikolog, dan ia juga mengsjar sebagai dosen di salah satu Universitas ternama di Jakarta.

KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD DADDY (END)
Genel KurguJoan Delion pria berusia 37 tahun selain jabatannya sebagai Presiden Direktur dari Delion's Group, ada status yang lebih berarti menurutnya yaitu sebagai seorang 'papa' dari putri kecilnya Tiara. Memiliki putri kecil yang sangat cantik membuat hari...