Gadis cilik itu mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Mata sayu itu mulai terbuka sempurna dan menatap ke sekeliling ruangan.
Joan yang duduk di samping Tiara, segera mendekat kearah putrinya. "Sayang kamu sudah sadar."
Tiara mengangguk pelan, namun ia terlihat tidak nyaman dengan alat pernapasan yang melekat dan menutupi sebagian pipi serta mulut dan hidungnya.
Joan segera menekan tombol bel yang ada di samping ranjang Tiara. Dan seperti biasa, seorang dokter memasuki ruang rawat itu.
Dengan sigap dokter itu memeriksa keadaan Tiara.
"Keadaanya sudah mulai membaik, namun tetap seperti saran saya sebelumnya, sebaiknya kita fokuskan pada penyembuhan meningitisnya." Uca dokter itu.
Joan mengangguk. "Baik dok."
Dokter itu pun berpamitan lalu keluar kamar rawat Tiara.
Joan kembali duduk di samping Tiara. "Tiara butuh sesuatu."
Tiara mengangguk. Joan semakin memperhatikan Tiara, dan menggengam tangan Tiara yang tidak di pasang infus.
Tiara terlihat menggerak-gerakan jemarinya. Joan mengernyit, ia tidak memahami maksud Tiara.
"Bisa ulangi sayang, Papa kurang paham."
Tiara mengangguk, lalu ia mengulangi gerakan tangannya yang tidak terlalu leluasa karena masih merasa lemas.
Meskipun Tiara sudah mengulangi sekali lagi, Joan tetap tidak paham maksud dari Tiara.
Gadis cilik itu terlihat semakin murung karena ia bisa melihat jika Papanya tidak mengerti maksudnya.
"Maaf sayang." Lirih Joan.
Tiara diam, ia merasa sangat kecewa, bukan pada papanya, namun pada dirinya sendiri, ia sendiri frustasi karena tidak mampu menyampaikan keinginannya.
Klek...
"Tiaraa..." Teriak seorang anak laki-laki.
"Volen, kan mama bilang jangan teriak-teriak." Ucap Jivia.
Volen cengengesan. "Maaf Ma."
"Tau nih, mending tadi kamu tidak usah ikut aja." Ucap anak lainnya, yang sudah pasti adalah Wegan kakak dari Volen.
"Iishhh,, Kakak!!"
"Udah-udah jangan berantem." Lerai Jivia.
Ketiganya memasuki kamar rawat Tiara.
"Tumben kesini sama mereka?" Tanya Joan.
"Iya, mereka kangen Tiara katanya." Balas Jivia.
"Gimana Tiara?"
Mendengar pertanyaan Jivia, wajah Joan berubah pias. Jivia tahu pasti ada sesuatu dengan Tiara.
"Halo Tiara." Sapa Volen pada Tiara.
Tiara terlihat sumringah melihat kehadiran kedua kakaknya.
"Tiara cepet sembuh ya, nanti main lagi sama kak Volen." Ucap Volen.
"Tiara mau apa?" Tanya Wegan.
Tiara menggerakan kembali tangannya, persis seperti yang ia lakukan tadi.
Joan dan Jivia pun tak luput memperhatikan gerakan tangan Tiara, namun tetap saja melihat lagi pun Joan masih tidak memahami maksud Tiara.
"Tiara mau minum?" Ucap Wegan dan Volen bersamaan.
Tiara mengangguk pelan, senyumnya mengembang karena berhasil menyampaikan keinginannya.
"Kalian ngerti?" Tanya Joan.

KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD DADDY (END)
General FictionJoan Delion pria berusia 37 tahun selain jabatannya sebagai Presiden Direktur dari Delion's Group, ada status yang lebih berarti menurutnya yaitu sebagai seorang 'papa' dari putri kecilnya Tiara. Memiliki putri kecil yang sangat cantik membuat hari...