Suasana hati Joan tidak kunjung membaik setelah kejadian di mall siang tadi. Ayah mana yang bisa terima begitu saja saat melihat anaknya dituduh tanpa bukti, apalagi orang itu dengan sampai hati membuat anaknya menangis ketakutan.
Dan setelah kejadian tadi, Tiara jadi terlihat murung. Gadis cilik itu hanya duduk di kursi kecil yang baru di sediakan Joan, sambil memandangi gedung-gedung pencakar langit lain ataupun jalan raya yang berada di bawah.
Tok..Tok..Tok..
"Masuk." Ucap Joan, begitu mendengar pintu ruangannya di ketuk dari luar.
Pintu ruangannya terbuka, dan menampilkan sosok sekertarisnya, - Silva.
"Maaf pak, ada ibu bapak." Ucap Silva.
"Langsung masuk saja." Balas Joan.
Tak lama setelah itu Silva keluar, dan Yilia masuk kedalam ruang kerja anaknya itu.
Joan menghampiri Yilia. "Mama, kenapa kesini?"
"Mau jemput Tiara, pasti dia bosan disini." Sahut Yilia, ia menghampiri Tiara.
"Tiara mau pulang sama oma?" Tanya Yilia. Tiara mengangguk pelan.
"Yasudah, kita pulang ya." Sambung Yilia.
Sepeninggalan Tiara dan ibunya, Joan kembali mencoba untuk melanjutkan pekerjaannya.
***
Sore harinya, sepulang dari kantor Joan langsung melajukan mobilnya ke mall tempat ia dan Tiara makan siang tadi. Rencananya ia akan kembali membeli boneka kelinci yang di inginkan Tiara. Joan baru sadar, karena kejadian siang tadi mereka melupakan boneka milik Tiara di arena bermain itu.
Begitu sampai di depan pelataran rumah orang tuanya, Joan langsung turun sambil membawa boneka yang dibelinya tadi. Untung saja boneka kelinci itu, walau ukurannya sedikit berbeda, yang ia bawa sekarang lebih kecil dari pada boneka pertama.
"Kamu sudah pulang?" Tanya Yilia.
"Iya. Tiara dimana mah?" Balas Joan.
"Dikamar Wegan sama Volen, mungkin mereka lagi main." Sahut Yilia.
Joan menganggukan kepalanya. "Kalau gitu aku ke kamar dulu."
Yilia membalas mengangguk, lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda karena kehadirian Joan tadi.
Joan meletakan goodie bag berisi boneka itu di atas tempat tidurnya dan Tiara, ia mengambil baju ganti dan handuk lalu memasuki kamar mandi.
Berbalut piyama berwarna hitam dengan garis putih, Joan keluar dari kamar mandi. Selesai mengeringkan rambutnya, Joan keluar kamar dan menuju kamar Wegan dan Volen di samping kamarnya. Begitu masuk Joan tidak menemukan siapa-siapa di kamar itu. Lalu Joan menuju ruang tv.
Wegan dan Volen sibuk memperhatikan kakeknya yang sedang menenangkan Tiara di pangkuannya. Joan mengernyit bingung melihat Tiara menangis seperti itu.
"Sayang, kenapa kamu menangis?" Tanya Joan. Ia berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan Tiara yang berada di pangkuan ayahnya.
"Tadi tiba-tiba saja dia menangis, papa juga bingung." Sahut Harvey.
"Ini cemila-- Loh, kenapa Tiara menangis? Apa Wegan dan Volen menjahili Tiara?" Ucap Yilia sambil meletakan sepiring penuh buah-buahan di meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD DADDY (END)
Narrativa generaleJoan Delion pria berusia 37 tahun selain jabatannya sebagai Presiden Direktur dari Delion's Group, ada status yang lebih berarti menurutnya yaitu sebagai seorang 'papa' dari putri kecilnya Tiara. Memiliki putri kecil yang sangat cantik membuat hari...