Chapter 5

309 19 8
                                    

Hiro dan Tari tiba di satu rumah sederhana, yang entah kenapa mengingatkan Hiro akan sesuatu.

' Kenapa gua gak asing ya dengan rumah ini?'

Keduanya kemudian mengetuk pintu rumah tersebut. Awalnya tidak ada respon atau tanggapan, hingga keduanya terus mengetuk pintu rumah tersebut sampai akhirnya pintu terbuka dan...

" Gino?"

" Lho, Hiro?"

Pria tampan dengan rambut terikat tampak membuka pintu, membuat Hiro sangat terkejut ketika mengetahui pria tersebut adalah pemilik rumah yang ia dan Tari datangi. Dia adalah Giorgino Abraham, sahabat dekat Hiro dan sang kakak sejak mereka masih balita.

Gino lantas mempersilahkan Hiro dan Tari masuk ke dalam rumah sederhana milik mendiang orang tuanya itu. Hiro masih tak percaya dengan apa yang ia ketahui hari ini. Apa benar Gino yang sudah mendonorkan ginjalnya untuk Tari? Pertanyaan itu terus berputar di otak Hiro, sampai - sampai Tari harus menyadarkan dirinya karena diam terus sejak tadi.

" Pantesan gua kayak gak asing dengan rumah ini. Ternyata lo yang tinggal di sini? Astaga..." ucap Hiro seraya tertawa pelan, sementara Gino tersenyum lebar.

" Ada apa nih lo kesini? Tumben banget. Gila.. Udah 10 tahun aja waktu berlalu sejak pertemuan terakhir kita..." ucap Gino pada Hiro.

" Iya. Udah lama juga ya ternyata. Oh ya, tujuan gua datang jauh - jauh ke Singapore ini adalah untuk bertemu dengan orang yang sudah mendonorkan ginjalnya pada Tari, calon istri gua. Gua di bantu sama kakak gua untuk mencari tahu siapa orang tersebut, dan..  ternyata orang itu adalah lo? Sumpah, gua masih bingung banget ini..." jelas Hiro panjang lebar, sementara Gino hanya tersenyum mendengarkannya.

" Maaf... Apa benar orang yang sudah mendonorkan ginjalnya pada saya itu adalah kamu?" tanya Tari penasaran.

Gino tersenyum lalu menatap Hiro dan Tari.

" Iya, orang itu adalah gua.." ucap Gino.

" Gino, gua serius tanya sama lo. Apa benar orang itu adalah lo? Kalau iya, apa alasan lo mendonorkan ginjal lo pada Tari?" tanya Hiro dengan raut wajah serius.

" Iya, Ro. Orang itu adalah gua. Dan alasan gua mendonorkan ginjal gua ke calon istri lo adalah karena keinginan gua sendiri. Awalnya, kakak lo cerita banyak hal tentang hubungan lo dan Tari yang penuh dengan cobaan dan halangan, sampai akhirnya lo tiga kali di putusin sama Tari. Terus, kakak lo cerita kalau Tari membutuhkan ginjal baru, karena salah satu ginjalnya rusak akibat racun yang di berikan oleh musuh lo. Gua terenyuh dengarnya. Apalagi ketika kakak lo bilang kalau lo sangat mencintai Tari dan lo gak bisa kehilangan Tari. Dari situ, gua memikirkan beberapa hal sebelum akhirnya gua memutuskan untuk mendonorkan ginjal gua ke Tari, calon istri lo. Gua pengen liat lo hidup bahagia dengan wanita yang lo cintai, bro. Dan ketika kakak lo bilang kalau ada orang lain yang mengaku - ngaku sebagai pendonor ginjal ke Tari, gua marah. Gua marah banget dan akhirnya gua menyuruh kakak lo untuk memberi tahu lo tentang hal ini..." jelas Gino panjang lebar pada Hiro juga Tari.

Hiro terdiam, mencoba mencerna semua yang di katakan oleh Gino.

" Gino... Gua gak tahu lagi harus bicara apa, yang jelas gua benar - benar berterima kasih banget sama lo. Lo terlalu baik, Gin.." ucap Hiro dengan mata berkaca - kaca.

" Iya, Gino. Lo terlalu baik, dan gua jadi gak enak sama lo. Apa yang bisa gua lakuin untuk membalas kebaikan lo?" tanya Tari.

" Udah, santai aja lah lo berdua. Gua hanya ingin berbuat kebaikan, sebelum Allah mencabut nyawa gua suatu hari nanti. Dan gua hanya meminta satu hal sama lo, Tari. Tolong lo jaga baik - baik ginjal gua yang ada di dalam tubuh lo. Jangan sampai ginjal itu terluka lagi, atau gua akan benar - benar marah sama lo..." ucap Gino pada keduanya.

Pembuktian Cinta (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang