Chapter 6

1K 121 11
                                    

🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀

Eunji kembali mengarahkan matanya menuju jam dinding. Pukul sembilan. Waktu yang sangat larut bagi anak seusianya—16 tahun. Tangannya tetap bekerja membersihkan piring- piring kotor yang masih setengah menumpuk di samping wastafel.

"Eunji~ya, sudahlah. Hentikan pekerjaanmu! Segera pulang dan beristirahat. Ini sudah sangat malam. Bagaimana jika kakakmu mencari?"

"Bibi tenang saja. Setelah ini selesai, Eunji akan pulang. Oppa tidak akan memarahiku. Bibi tidak usah khawatir." Gadis itu berkata santai. Hanya menyunggingkan senyum tipis yang membuat wanita paruh baya itu bertambah heran.

Langkah yang tidak seperti wanita sehat lainnya, berjalan tertatih menghampiri seseorang yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri.

"Sebenarnya apa yang membuatmu menjadi seperti ini? Katakan pada bibi!" Eunji menatap wanita itu secara dalam. Tangannya terkunci pada genggaman yang diciptakan sosok tersebut.

Sungguh, ia tidak ingin meninggalkan wanita baik hati ini. Tapi ucapan Kyuhyun yang menyuruhnya kembali melanjutkan sekolah tempo lalu, tidak bisa ia bantah sedikitpun.

"Sebenarnya... sebenarnya Kyuhyun oppa sudah mempunyai pekerjaan tetap Bi Lim."

Bibi Lim memandang Eunji dengan mata berbinar. Sangat kontras dengan praupan yang dipancarkan gadis kecil itu.

"Benarkah? Syukurlah."

"Tapi karena itu, aku harus meneruskan sekolahku Bi~"

"Bukankah itu hal yang baik?"

"Sepertinya aku lebih suka bekerja, ketimbang harus berkutat dengan banyak buku dan mengerjakan pr yang menguras pikiran."

Bibi Lim tersenyum. Tangannya membelai rambut Eunji lembut.

"Bersyukurlah mendapatkan kakak seperti Kyuhyun. Dia pria yang sangat baik."

"Tentu Bi. Tapi aku mempunyai keinginan mempertemukan Kyuhyun oppa pada keluarganya. Bibi tahu, 'kan? Kehidupanku sangat buruk seperti ini. Jika Kyuhyun oppa adalah orang yang berada, dia akan bahagia sekarang. Aku heran, kenapa hanya namanya yang dia ingat? Kenapa tidak dengan keluarganya, marganya, nama ayah, nama ibu, nama kekasih, atau teman-teman terdekatnya? Mungkin dengan begitu, bisa mempermudah mencari informasi yang bisa mendukung keinginanku." Eunji sedikit yakin Kyuhyun adalah orang kaya, melihat merk baju yang dikenakan pria tersebut malam itu adalah merk yang sering ia lihat di iklan televisi dan harganya nyaris mencapai langit.

Bibi Lim tersenyum. Tangannya tetap mengelus rambut hitam tersebut.

"Mungkin ada suatu hal yang penting berkaitan dengan nama itu. Kau anak yang baik, niat baik pasti dipermudah oleh Tuhan."

Eunji tersenyum tipis. Gadis itu tampak terharu. Ia kembali melihat jam. Pukul setengah sepuluh. Sepertinya dia harus segera pulang sebelum Kyuhyun sampai di rumah.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang