Chapter 7

955 121 13
                                    

🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀

Seohyun tetap berjalan menelusuri jalanan setapak yang ia lewati. Membiarkan raga itu bergerak tanpa arah tujuan. Mungkin saja, ia bisa tahu salah satu jalan yang dapat mengantarkannya sampai di rumah susun.

Setelah Kyuhyun dinyatakan benar-benar menghilang, Seohyun merasa tidak lagi mempunyai tujuan hidup. Ia nyaris kembali ke rumahnya dan melakukan apapun perintah sang ayah. Tanpa paksaan, tanpa penolakan. Ia akan menerimanya dengan lapang dada. Mulai menjalani hidup penuh aturan, penuh tuntutan. Menyanggupi perilaku sang ayah yang selalu mendikte kehidupannya. Dengan begitu ia tidak perlu bersusah payah memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang dan nanti.

Namun Donghae menolaknya mentah-mentah. Pria itu malah membawanya ke suatu tempat. Membelikannya sebuah rumah susun sederhana, karena ia bersikeras tidak ingin merepotkan Bibi Lim–adik ipar dari Bibi Nam.

Dia tidak tahu apa yang membuat Donghae melakukan hal ini. Memisahkan ayah dengan putrinya. Seseorang yang telah mencampakkannya, memperlakukannya seperti boneka, menyiksanya secara jiwa dan raga hingga harus mengonsumsi obat penenang.

Bibi Nam adalah orang yang merawatnya sedari kecil, tapi sekarang beliau tidak lagi bekerja di rumah mewah itu. Donghae juga memilih keluar dan mencari pekerjaan lain. Sebisa mungkin menutup diri untuk berhubungan dengan presdir yang mempunyai sebagian besar saham Coral Grup–perusahan terkemuka di Korea.

Seohyun menatap biasa pemandangan-pemandangan yang ia lewati. Ia tidak tahu kenapa dengan perasaannya. Jika dirinya merupakan orang normal, pasti akan berjingkrak kegirangan mengetahui gambaran sang pencipta yang begitu indah. Matahari mulai menyingsing, ditemani oleh biasan cahayanya yang jatuh di permukaan pantai. Desiran ombak kian memekakkan telinga ketika menghantam batu karang. Menemani kicauan burung yang berlalu lalang menyambut hari.

Langkah itu semakin pelan saat melihat sebuah bangunan yang familiar. Semakin dekat, ia semakin yakin jika bangunan di seberang sana pernah ia sambangi beberapa hari terakhir. Dan keyakinan itu bertambah ketika seorang wanita paruh baya keluar dari kediamannya. Membawa selang kecil untuk menyiram tanaman di halaman.

Seohyun menghentikan laku tersebut. Kepalanya berbalik. Menoleh ke belakang. Mengamati jalanan yang sedari tadi ia lalui. Dan benar saja. Jalan itu adalah jalan menuju rumah Bibi Lim. Senyuman lebar segera terpeta pada bibir ramun tersebut. Sedikit mengaduh ketika darah yang kering membuka kembali sobekan kecil di bagian tersebut.

"Biii...!!" Seohyun berteriak nyaring. Langkahnya semakin ia percepat hingga membentuk larian ringan yang bergerak mendekati bangunan.

Bibi Lim menoleh cepat saat mengenali suara yang memanggil dirinya. Senyum lebar segera tersuguh di praupan ramah itu. Dengan gerakan sigap, ia lepas selang penyiram bunga. Segera beranjak menuju pagar tumbuhan di bibir halaman.

"Seohyun?"

Seohyun tersenyum. Gadis itu berhambur dengan segera memeluk Bibi Lim. Wanita itu mengelus rambutnya lembut. Membelai sisi tersebut penuh kasih sayang.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang