11

145 9 2
                                    

"Cinta mungkin hadir karena takdir tapi tak ada salahnya kita saling memperjuangkan."

***


Teriakan sorak semua murid mengema dikoridor sekolah, bagaimana tidak beberapa menit lalu baru saja terdengar suara bel istirahat.

"Dewiii" ucap Gea

"Kenapa sih ge"

"Temenin gue ke toilet bentar"

"Yaellah lo mah kebiasaan" ucap Dewi bankit dari kursinya

"Lara lo Nggak mau ikut" tanya Gea

"Dihh ngapain juga gue ikut-ikutan"

"Yah siapa tau aja lo mau juga"

"Hahaha, gue masih nyatat nih"

"Yaudah deh dulunya"

"Iya hati-hati"

"Yaellah tinggal ketoilet doang"

Lara hanya terkekeh mendengar tuturan Dewi, lalu melanjutkan catatannya.

"Lala" Lara sempat tertegun karena Gio memanggil nama kecilnya seperti biasanya Gio memanggilnya.

"Iya kenapa?" Tanyanya

"Kantin yuk sekalian gue mau ngomong" Lara menundukkan kepalanya sejenak lalu mengangguk.

Lara dan Gio berjalan keluar kelas beriringan. Mengapa sangat canggu berdekatan dengan gio. Gio merangkulkan tangganya dipundak Lara lalu tersenyum manis kearah Lara.

"Lo mau pesen apa?" tanya Gio

"Batagor pake bumbu kacang"

"Selera lo Nggak berubah suka kacang, yaudah tunggu sini yah" Lara hanya mengangguk. Lalu duduk dikursi kantin yang tersedia.

"Makan datang" ucap Gio yang membawa napan

"Makasih" ujar Lara. Gio hanya mengangguk

"Jadi lo mau bicara apa Gii" Gio yang semula memakan makanannya mendongak.

"Makan aja dulu"

Selang beberapa menit makanan yang mereka santap telah habis.

"Mmm la" ucap Gio. Lara hanya menaikkan alisnya menunggu kelanjutan ucapan Gio. "Ikut gue" lanjut Gio menarik tangan Lara. Membawanya ketaman belakang sekolah

Sesama ditanam belakang sekolah gio langsung memeluk tubuh mungil Lara.

"Sorry. tapi gue kangen banget sama lo" ucap Gio memeluk Lara. Saat mereka duduk dikursi taman.

"Gii" lirih Lara

"Gue nggak tau apa yang buat lo berubah ke gue Lara, gue mohon maafin gue" ucapnya yang masih memeluk Lara. Lara bingung apakah ia harus membalas pelukan Gio.

"Gii gue yang salah, lo nggak usah minta maaf" ucap Lara membalas pelukan Gio.

"La gue nggak bisa jauh dari elo, tolong jangan cuekin gue" ucap Gio melepaskan pelukannya. Lara hanya mengangguk membalas ucapan Gio.

Dari kejauhan teryata seorang lelaki melihat mereka. Nampaknya leleki itu sedang menahan emosi terlihat kepalan tangannya hingga urat-urat tangannya terlihat.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

"Lala mau nggak pulang bareng gue" ucap Gio

"Haa ehh anu gue dijemput nyokap mau mampir ke toko kue soalnya" ucap Lara mencari alasan yang tepat pasalnya Aska telah mengajaknya kerumah mamanya.

"Yaudah gue duluan" ucap gio berlalu pergi. Lara hanya bisa menghela nafasnya.

"Udah akur lo" tanya Dewi

"Ya gitu"

"Terus Aska lo kemanain hayo" ucap Gea.

"Iss apaan sih Gea, gue duluan deh" ucap Lara berjalan keluar dari kelasnya menuju ke parkiran.

Didalam mobil terlihat Aska yang menunggunya. Buru-buru ia membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya.

"Udah nunggu lama yah" ucap Lara memasang sabuk pengamannya.

"Nggak usah sok manis" ucap Aska dengan nada dinginnya

"Kok nyolot" ucap Lara yang tidak tau apa-apa.

"Ke belakang sekolah bareng siapa" Lara membulatkan matanya jadi itu penyebabnya Aska marah.

"Itu di-diaa" ucap Lara terbata-bata

"JAWABB" Teriak Aska dengan penuh penekanan untung saja sekolah sudah terlihat sepi.

"Gi-gio" ucap Lara menundukkan kepalanya mengapa Aska menjadi menakutkan.

"Ck, murahan" ucap Aska

Ucapan Aska sukses menembus uluh hatinya. Satu tetes air matanya jatuh tampa diminta. Ujian apa lagi ini yang menimpa Lara.

Aska tidak memperdulikan Lara sama sekali. Ia melajukan mobilnya meninggalkan halaman sekolah.

Setelah sampai di kediaman Wilson Aska dan lara turun dari mobil. Aska menaikan keningnya seperti ada orang yang berbicara ditanam samping rumahnya.

"Masuk" Lara hanya mengangguk dan berjalan masuk ke kediaman Wilson.

Dirasanya Lara sudah berada didalam rumah, Aska berjalan Aska berjalan kearah taman disamping rumahnya.

"Pah pokonya Aska Nggak boleh tau kalau Lara itu cuma anak angkat Rehan dan Celina"

"Tapi mah, cepat atau lambat Aska akan tau semuanya"

Ehemmm

Deheman Aska sukses membuat sepasang suami istri itu menghentikan perdebatannya.

"Aska kenapa nggak telfon mama dulu"

"Aska baru tau kalo dia itu cuma anak angkat" wajahnya terlihat memerah serta rahangnya yang mengeras

"Aska kamu cuma salah paham nak"

"Aska tu nerima dia karena Aska udah ngangep tante Celina sama om Rehan itu sebagai keluarga Aska sendiri"

"Aska mama mohon tenag dulu"

"Apa mama sama papa tau betapa susahnya Aska nerima dia. yang taunya cuma anak angkat dan kerjanya cuma nyusahin orang"

"Aska jaga bicaramu!"

"Pah aska kesiksa pah, Aska harus kerja disela-sela masa SMA Aska. Pokoknya Aska mau mutusin buat ceraiin Lara."

Plakkkk Lara terpekik saat satu tamparan meluncur keras dipipi Aska. Semua mata tertuju padanya. Ternyata gadis itu menyaksikan semuanya.

"Bahkan papa lebih milih gadis itu dibanding Aska" tunjuk Aska kepada Lara yang mematung ditempatnya.

"Aska pergi" ucap Aska pergi dari tempat itu.

"Aska Askaaaa" teriak papa Aska.

"Udah pah udah" ucap Miranti Kepada suaminya.

Miranti lalu menghampiri Lara, yang menangis tampa bersuara dan tampa ekspresi.

"Masuk yuk sayang" ucap Miranti kepada Lara. Gadis cantik itu hanya mengangguk, lalu berdiri menerima rangkulan mama mertuanya itu.

***

Typo bertebaran
Dimana-mana

Bantu vote
LARASKA
BULSHIT
🧡🧡🧡

LARASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang