"Dalam cinta, menyerah tak selalu berarti kamu lemah. Kadang itu hanya berarti kamu cukup kuat tuk melepaskannya."
***Sedari tadi Lara hanya menatap kosong sepiring nasi yang dibuat oleh mama mertuanya.
"Lara sayang, makan yah nak" ucap Miranti lembut ia sangat khawatir dengan kondisi Lara sekarang
"Lara masih kenyang kok mah" ucap Lara dengan senyuman.
"Lara syg, mama ada kok deket lara, Lara Nggak usah sedih" Miranti memeluk tubuh mungil Lara yang sekarang pastilah sangat rapuh.
Dengan senang hati Lara menerima pelukan dari ibu mertuanya. "Iya mah. Lara seneng punya mama"
"Pokoknya Lara harus kuat yah, mama sama papa akan bicara sama Aska"
"Iya mah. Mah Lara mau pulang yahh" ucapnya melepaskan pelukannya.
"Sayang kamu tinggal disini aja dulu untuk sementara waktu" ucap Miranti dengan lembut.
"Nggak usah mah, mama nggak usah khawatir Lara bisa kok ngadepin Aska"
"Lara. mama tau persis bagaimana kalo Aska marah, dia nggak mau diusik" Lara menganggukan kepalanya
"Mahh yakin deh sma Lara" ucap Lara memegang tangan Miranti. Yang diterima Miranti hanya menghela nafasnya.
"Yaudah Lara pergi yah mah, salam buat papa"
"Hati-hati yah sayang kalo Aska ngapa-ngapain kamu langsung telfon mama yahh"
"Iya mah aku pergi, assalamualaikum" ucapnya sambil mencium tangan Miranti
"Waalaikumsalam"
Lara berdiri di pintu apartemen Aska, entah ia harus masuk atau pergi jauh-jauh dari sosok lelaki yang berstatus sebagai suaminya.
Sejujurnya hati Lara sangat sakit menerima penuturan Aska. Tapi mau bagaimana lagi semuanya adalah fakta yang tidak dapat disembunyikan selamanya, cepat atau lambat pasti akan terungkap.
Lara mengkat tangannya ingin menekankan digit angka untuk membuka apartemen Aska. Belum sempat ia menekannya pintu apartemen itu sudah dibuka oleh seorang. Lara menelan salivernya saat melihat wajah Aska yang memerah, seperti ingin menerkamnya.
"A-aska" ucap Lara terbata-bata.
Aska tidak menggubrisnya. Ia malah berlalu meninggalkan Lara yang masih diam mematung.
"Askaaaa mau kemana" teriak Lara mengumpulkan keberaniannya.
"Bukan urusan Lo" ucap Aska tidak berbalik badan.
Lara merutuki dirinya padahal baru saja kemarin Aska mulai peduli pada dirinya, lah sekarang malah dibuang mentah-mentah.
Ia melangkahkan kakinya memasuki apartemen Aska. Membaringkan tubuhnya di sofa entah musibah dari mana ini membuatnya semakin tak kuasa menahan segala.
Air matanya mengalir tampa diminta, ia menangis tampa bersuara. Menatap kosong langit-langit apartemen. Begitu banyak musibah yang dialaminya, masalah datang silih berganti kapan semua ini berakhir, kapan semua ini menjadi indah. Akankah ia merasakan keindahan itu. Ia memejamkan matanya merasakan sesak di dadanya ia harus kuat dengan semua ini.
"Mah bantu Lala ngadepin semua ini" suara batinya.
Hari ini sudah menunjukkan pukul 02:30. Sosok lelaki pulang dengan kondisi yang brutal, rambut yang acak-acakan serta mata yang sedikit memerah.
Ia melihat seorang gadis yang tertidur di sofa. Lalu membuang pandangannya ke lain arah, ia melangkah kakinya ke dapur untuk sekedar meminum air putih tampa mempedulikan gadis itu, yang bisa saja punggungnya sakit karena tertidur di sofa yang sedikit keras. Ia sama sekali tidak peduli sekarang.
Lara mengerjakan matanya sesaat setelah mendengar suara pintu yang tertutup. Matanya menyesuaikan dengan cahaya ruangan. Sudah berapa lama ia tertidur menghilangkan seluruh penatnya untuk hari ini. Matanya tertuju ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 02:30 sudah hampir subuh. Matanya menangkap sosok Aska yang berada di dapur.
"Segitu bencinya lo sama gue, buat bangunin gue aja lo nggak peduli sama sekali" batin Lara
Lara menepis egonya, jika antara dirinya atau pun Aska tidak ada yang mengalah semuanya pasti akan berakhir.
"Aska kenapa baru pulang, padahalkan udah malem banget" ucap Lara membuka percakapan.
"Nggak usah sok manis" ucap Aska dingin" berlalu ingin memasuki kamarnya tapi terurung saat mendengar teriakkan Lara.
"Askaaa lo nggak tau apa yg gue rasain" teriaknya menhan tangisnya yang hampir pecah.
Setika itu Aska berbalik mencengkeram dagu Lara, yang membuat gadis itu meringis.
"Dan lo juga nggak tau apa yang gue rasa" ucap Aska datar. Lara meronta agar Aska melepaskan tangannya.
Deruman nafas Aska terdengar sangat jelas ditelinga Lara.
"Sampai lo ngungkit-ngungkit lagi gue nggak segan-segan ngabisin Lo" mata Lara melot kenapa Aska sekejam ini. Aska melepaskan tangannya lalu berjalan menuju kamarnya.
Isakan demi isakan terdengar ditempat Lara. Begitu kejam kah Aska disaat ia punya masalah. Lara bangkit dari sofa menuju kamarnya lalu memberikan tubuhnya dengan isakan-isakan tangis yang masih belum Redah hingga ia terlelap dengan sendirinya.
***
Jangan lupa vote
Coment
🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
LARASKA
ChickLit"Jangan mancing-mancing gue" ucap Aska berlalu pergi keluar kamarnya. Lara masih mematung lalu kembali membuka suara "Lah siapa yang mancing disini nggak ada kolam ikan" Lara terkekeh sendiri dengan ucapannya. WELCOME TO STORY 😘