tiga belas

836 49 5
                                    

Chapter kali ini mungkin sedikit rumit jadi mohon dibaca dengan teliti.

Happy reading.
.
.
.
.
.
.
.

Obsidian sepasang insan yang baru saja saling melepaskan tautan bibir mereka itu masih saling mengunci satu sama lain. Alana bahkan tanpa sadar telah menitikan air mata membasahi kedua pipinya sementara tangan Namjoon yang semula ada di tengkuk belakangnya kini menutupi telinga dan sebagian pipi sang wanita.

"Kenapa kau lakukan ini, Namjoon?" tanya Alana dengan suara lirih karena sejatinya ia sangat takut. Meski hatinya menginginkan semua itu tapi tak dapat ia pungkiri bahwa itu juga menjadi ketakutan terbesarnya. Takut jika seandainya Namjoon melakukannya hanya karena mengikuti insting bawah sadarnya bukan karena mengingatnya. Takut jika bayangan samar akan dirinya hilang maka Namjoon akan kembali pada Yuri.

"Entahlah, Alana. Aku hanya merasa kau adalah milikku, kau kekasihku, kau bagian hidupku yang telah hilang. Kau adalah wanita yang dipertanyakan Jimin padaku." mendengar jawaban Namjoon, Alana pun hanya bisa bungkam. Ternyata benar hati pria itu masih begitu kacau dalam menemukan kebenaran tentang dirinya.

"Namjo..."

"Izinkan aku." potong pria itu "Izinkan aku untuk lebih mengenalmu, izinkan aku untuk mencari jawaban atas dirimu. Tolong putuskan hubunganmu dengan Hoseok, Alana. Beri aku kesempatan. Sekali saja... Hanya sekali, akan ku buktikan kalau apa yang aku katakan tadi itu benar."

"Namjoon..." lirih Alana dengan  setetes air mata yang kembali jatuh menyapa pipi kanannya "Lalu bagaimana dengan Yuri?"

"Alana, aku sudah pernah bilang kalau aku dan Yuri tak ada ikatan apa-apa. Aku bersikap baik padanya karena menghargai perasaannya itu saja."

"Tapi...bukankah akan lebih baik jika kau bersikap tegas terhadapnya."

"Tentu, sayang. Akan aku lakukan. Berjanjilah kau akan menungguku, menunggu hingga aku mengingat semuanya." ucap Namjoon sambil menghapus titik-titik air mata yang malah terus-menerus jatuh membasahi wajah Alana. Setelah itu kembali Namjoon berkata lirih.

"Alana, aku tahu aku belum bisa mengingat apapun tentangmu. Tapi..." ia mengambil tangan kanan Alana yang bertengger di pinggangnya dan meletakannya di dada kirinya "Debaran jantung ini sudah cukup membuktikan kalau aku mencintaimu."

Mendengar kata-kata manis pria itu Alana hanya bisa diam. Merasakan detak jantung Namjoon yang seperti dulu membuatnya yakin tak lama lagi semua akan kembali. Cintanya akan kembali. Karena itulah ia memejamkan kedua matanya kembali ketika Namjoon menciumnya sekali lagi membiarkan kedua bibir mereka bertemu dan mengambil peran untuk menyampaikan perasaan mereka masing-masing.

*

Waktu sudah pukul tiga dini hari saat Alana masih saja duduk di kursi di atas balkon. Ini adalah malam kedua Alana tak bisa tidur karena Namjoon. Semua rencananya berantakan. Karena itulah setelah ia kembali pukul 23.00 tadi Alana segera mengobrak-abrik hasil investigasinya. Yang harus ia lakukan sekarang adalah menemukan bukti yang lebih banyak lagi untuk menguatkan analisisnya agar bisa menangkap si pelaku. Karena tidak mungkin baginya untuk menggunakan Namjoon sebagai umpan. Pria itu harus segera kembali ke Vancouver karena jika hipotesanya benar maka sekarang nyawa Namjoon dalam bahaya. Dan bagaimanapun caranya pria itu harus pulang ke Kanada.

Melihat kembali semua catatan yang ia punya membuat Alana benar-benar kesal pada dirinya sendiri. Kecerobohannya menimbulkan masalah besar. Harusnya ia melakukan rencana itu dengan Hoseok ketika tidak ada Namjoon di sana. Dia melupakan fakta bahwa ingatan Namjoon bisa kembali kapan saja, juga melupakan satu hal bahwa setiap kali bertemu dengannya maka Namjoon seringkali melakukan tindakan yang tidak ia sadari karena gejolak perasaan alam bawah sadarnya.

Yandere (Kim Namjoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang