dua puluh satu

653 39 14
                                    

Happy reading.

Makasi udah vote dan koment ya.

Makasi juga udah membantu menyebarkan cerita ini.

💜💜💜💜💜💜💜
.
.
.
.
.

Suara dentingan sendok yang beradu dengan peralatan lainnya terdengar mengisi ruang makan di salah satu apartement yang berdekatan dengan Dongdaemun Plaza itu. Tempat yang awalnya hanya dihuni oleh seorang wanita, kini tampak berbeda karena ada sesosok pemuda tampan duduk di sebelah wanita itu. Mereka memakan dengan lahap makan pagi yang bisa dikategorikan sebagai makan siang di hadapan masing-masing. Karena akibat pergumulan panjang mereka membuat keduanya tertidur hingga matahari hampir mencapai titik tertingginya.

"Tambah lagi, Namjoon?"

"Sudah cukup, Alana. Aku sudah kenyang. Lagi pula setelah ini masih ada hidangan penuntup yang harus kumakan."

"Hidangan penutup?" Alana mengerutkan dahinya, sementara Namjoon tersenyum simpul "Tapi aku tak membuat hidangan penutup. Apa perlu aku buatkan sekarang?" tawar Alana.

Namjoon menggeleng dan kemudian mendekatkan wajahnya pada telinga Alana "Kau tak perlu membuatnya, Sayang. Karena kaulah hidangan penutupnya."

Seketika Alana mendelik ke arah Namjoon ingin menunjukkan kalau ia sedikit kesal namun pipinya malah merona menahan malu. Namjoon tak menyia-nyiakan kesempatan baik dan menguntungkan itu. Ia langsung menyambar bibir Alana dan mengulumnya dengan sangat lembut. Ciuman singkat yang berhasil membuat Alana kembali terbakar. Degup jantungnya membuncah hingga ia memilih untuk menunduk saat Namjoon melepaskan tautan bibirnya.

"Kau sangat menggemaskan." ucap Namjoon sambil mengusap poni wanitanya lalu melanjutkan kembali acara makannya.

Setelah merasa cukup untuk menetralisir detak jantungnya, Alana pun mengangkat wajahnya. Melirik sekilas ke arah Namjoon, ia pun menyesap jus jeruknya. "Namjoon, bagaimana kau tahu aku tinggal di sini?"

Sebuah senyum manis terukir di wajah Namjoon. Ia menegak air dari dalam gelasnya sebelum menjawab pertanyaan wanita di sebelahnya "Sepertinya kau melupakan siapa aku,  Nona Kim? Aku Park Namjoon, asal kau lupa. Mencari tempat tinggalmu hal yang sangat mudah untuk aku lakukan."

Alana terdiam. Ada begitu banyak hal kini memburu pikirannya. Ekspresinya tetap manis namun jiwa detektifnya mulai menggelitik nalar dan logikannya. Ia melirik Namjoon sekilas dari balik gelas kaca yang berisi jus orangenya___mungkinkah?

Mencoba menepis segala pikirannya, Alana pun menundukkan kepala berpura-pura berkonsentrasi pada makanannya.

"Kapan kau ke Vancouver?" tanyanya kemudian.

"Tidak akan, kecuali kau bersedia ikut bersamaku."

"Apa?!" mendengar jawaban Namjoon, Alana semakin merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Ia mengenal Namjoon, sangat mengenalnya. Dan apapun yang sedang direncanakan pemuda itu sekarang pastilah sesuatu yang akan sangat berbahaya. Namjoon pasti mengambil langkah itu. Dia sudah melibatkan diri secara suka rela.

Sial! Apakah itu artinya Alana kecolongan?

Jangan katakan Namjoon sebenarnya sudah mengingat segalanya dan membiarkan dirinya menjadi umpan untuk membantunya menangkap pembunuh yang sebenarnya.

Jika itu benar?

Habislah sudah!

Alana tak akan sanggup lagi jika kejadian di masa lalu terulang lagi. Jika Namjoon terluka, ia tak akan bisa menyelamatkannya. Satu-satunya hal yang harus ia lakukan adalah mengusir Namjoon dari Korea bagaimanapun caranya. Terlepas ia sudah mengingatnya atau belum, Namjoon harus kembali ke Kanada. Secepatnya!

Yandere (Kim Namjoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang