sembilan belas

757 44 9
                                    

Peringatan. Bagi yang berpuasa dan merasa akan terganggu dengan chapter ini, tolong diabaikan. Aku tidak mau ceritaku mengganggu ibadah kalian.

Atas perhatiannya aku ucapkan terimakasih

Happy reading.
.
.
.
.
.
.

Akhirnya setelah dua hari tidak menjejakkan kaki di sekitaran apartementnya, Alana pun kembali pulang. Ia sangat kelelahan. Kasus pembunuhan beruntun itu menyita begitu banyak energinya. Bahkan dua hari terakhir ini ia memutuskan untuk tetap ada di kantor polisi. Menganalisis ulang kasus perkasus yang terjadi. Menggabungkannya dengan hasil penyelidikan yang di dapat oleh Kevin dan Jeon Guk.

Bahkan sampai hari ini pun ia enggan untuk pulang kalau saja Jun Pio tak menyeretnya masuk ke dalam mobil dan memaksanya untuk istirahat maka ia tak akan ada di depan gedung apartement itu.

Memasuki lift dengan pikiran masih mengawang-awang tentang kasus yang menghebohkan dengan penyelidikan tanpa hasil, namun akhirnya sedikit demi sedikit mulai menemukan titik terang, Alana tak menyadari jika di dalam lift yang sama ada seseorang yang menatapnya dalam diam sejak tadi. Hingga ketika denting suara lift terdengar dan berhenti ia pun masih kehilangan kewaspadaannya. Alana bersiap keluar lift dengan mengulurkan tangannya untuk menekan tanda 'open' sebelum sesuatu menempel di belakang kepalanya.

"Jangan bergerak!!"

Sedikit terkejut, Alana memaku diri di tempatnya. Tapi satu senyum langsung terbit di wajahnya. Sebelum ia membalas serangan itu, Alana masih mencoba menenangkan dirinya dari debaran jantungnya yang bergemuruh. Rona merah terbit sekilas di kedua pipinya dan ia pun mengulum senyum. Setelah semua persiapannya cukup barulah ia membalik badan.

Melihat lawannya memutar badan orang itupun dengan gerakan cepat menarik pinggang wanita di hadapannya hingga tubuh Alana berbenturan dengan tubuhnya. Kedua tangan Alana langsung bertinggah di dadanya yang terasa keras di balik kemejanya. Sementara jemarinya yang semula dibentuk menyerupai senjata api yang menempel di kepala bagian belakang Alana kini mengembang menahan kepala wanita itu dengan sangat lembut. Jari-jari panjangnya menyusup di sela-sela rambut sang wanita.

"Kau ditahan, Inspektur Alana!" ucapnya dengan baritonnya yang rendah dan sedikit serak "Kau ditahan dengan tuduhan pencurian dan percobaan pembunuhan!" Namjoon mengeratkan pelukannya dan menarik kepala Alana hingga kening mereka beradu. Sementara Alana hanya diam saja mendengar vonis yang akan dijatuhkan untuknya. Ia hanya menatap netra indah di depan matanya tanpa berkedip.

"Kau telah mencuri hatiku, Alana. Dan membawanya lari tanpa ijin hingga aku sesak nafas dan hampir mati. Kau mencoba membunuhku!" bariton Namjoon terdengar makin serak berbaur dengan hasrat cintanya yang merubahnya jadi terdengar bagitu sexy.

"Kalau begitu berikan aku hukuman, Park Namjoon. Berikan vonisnya sekarang, tanpa persidangan apapun karena aku sudah siap menerimanya." jawab Alana penuh dengan ungkapan cinta yang mendamba membuat Namjoon melebarkan senyum hingga kedua dimpelnya terbit makin dalam menjadikannya pria paling manis di dunia.

"Baiklah, Inspektur. Kau kena hukuman berlapis dan kau tak akan bisa menghindarinya ataupun melarikan diri. Bersiaplah menerima hukuman pertamamu." bisik Namjoon seduktif lalu menurunkan wajahnya dan menyatukan bibir mereka. Alana menyambutnya dengan mata terpejam membiarkan bibir tebal dan kenyal milik Namjoon menyapu bibirnya. Bermain dengan lembut atas bibir dan lidahnya. Perlahan Alana memindahkan kedua tangannya yang awalnya bertengger di dada Namjoon kini pindah ke lehernya. Ia menjinjit kakinya untuk memudahkan Namjoon menjelajah semua yang ada pada mulutnya. Memainkan lidahnya dan menggodanya dengan gigitan-gigitan kecil yang mengoyak impuls saraf Alana. Membuat seluruh sel-selnya meronta menginginkan sentuhan cinta Namjoon yang lebih besar lagi.

Yandere (Kim Namjoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang