tiga puluh satu

563 40 5
                                    

Happy reading gais...

Jangan lupa ramaikan cerita aku Di Telapak Kaki Ibu ya dan berikan pendapat kalian agar aku tahu seberapa dalam kalian bisa merasakan feelnya. Untuk itu aku ngucapin makasi bngt buat kalian yang selalu dukung aku. borahae, love you 

.

.

.

.

"Bagaimana Alana, Mom?" Namjoon menatap lemah pada presensi mamanya yang kini duduk di sebelah ranjangnya menggunakan kursi yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Wanita itu datang dua hari lalu setelah ia mendapat kabar buruk tentang Taehyung. Mendapat pertanyaan yang sedikit menyudutkan dari putra sulungnya Minji pun hanya bisa menghela napas samar.

"Alana baik-baik saja, sebaiknya kau sembuhkan dirimu dulu barulah kita akan menemuinya."

"Momy tidak bohong, 'kan? Aku takut Alana ... dia__"

"Percayalah," ucap Minji sambil menepuk punggung tangan anaknya lalu bangkit dan memalingkan wajahnya agar Namjoon tak melihat perubahan ekspresinya. 

"Mom mau lihat adikmu dulu, kau tak apa-apa 'kan kalau ditinggal sendiri?" ucap Minji. Taeyung memang sempat koma karena bacokan pada perutnya, tapi itu tak berlangsung lama. Dokter berhasil menanganinya dengan cepat. Namun, luka bacok itu membuat Taehyung harus dioperasi selama berjam-jam dan sekarang ia harus memulihkan dirinya dalam waktu yang lama.

"Tidak apa, Momy. Pergilah." Namjoon pun menatap jam dinding yang menunjukkan waktu pukul 06.07 sore. Tampak berpikir sejenak akhirnya ia bangkit sesaat setelah mamanya hilang dari kamar itu.

"Jika, Alana baik-baik saja, tidak mungkin dia tidak mengunjungiku. Maaf, Momy kali ini aku tak bisa percaya begitu saja," gumam Namjoon lalu mencabut infus di tangannya dengan paksa hingga darah segar langsung mengucur dari tangan kanannya. Buru-buru Namjoon menyekanya menggunakan kain bajunya agar darah berhenti keluar. Setelah itu ia mengganti pakaian milik rumah sakit dengan baju miliknya agar lebih mudah menyelinap. Barulah kemudian memakai masker dan mengambil sebuket bunga yang diletakkan Jimin di atas nakas saat mengunjunginya tadi. Ah, pria itu bahkan terpaksa harus mengakhiri bulan madunya seminggu lebih awal karena mendengar berita buruk tentang Taehyung dan Namjoon.

Namjoon berjalan menyusuri koridor dengan bunga di tangannya, turun ke lantai dasar menggunakan lift, ia pun bergegas menuju ruang informasi. Mencoba mencari jejak tentang di kamar mana Alana di rawat, ia menunggu hasil pemeriksaan staff rumah sakit yang sedang mencoba mencari jejak nama wanita itu.

"Mohon maaf, Tuan Han. Tidak ada pasien yang bernama Alana Kim di rumah sakit ini," ucap salah satu staff pada Namjoon yang menggunakan nama palsu. Namjoon pun tercekat. Kebingungan langsung menyerangnya--tidak mungkin. Suara hatinya menolak untuk menerima pernyataan sang staff maka kemudian sekali lagi ia bertanya.

"Mi ... Milana Meghan, coba tolong cari atas nama Milana Meghan."

Sementara staff rumah sakit kembali mengutak-atik komputernya, Namjoon tampak meremas jemarinya sendiri dengan sangat gugup. Keringat dingin sudah membasahi kedua tangannya. Tidak ia tak mau kehilangan lagi, hanya itulah yang ada di pikirannya. Jika kejadian itu terulang lagi maka Namjoon pasti akan benar-benar mati. Seluruh hidupnya bergantung pada Alana, ia butuh wanita itu, sangat membutuhkannya. Namjoon bahkan sudah hampir menangis saat menunggu staff rumah sakit itu menyampaikan jawabannya.

"Tuan Han ...." 

"Bagaimana? Kau menemukannya, 'kan? Ada di kamar berapa?" Depresi pemuda itu kembali menyerang, ia diserang ketakutan yang berlebihan, sekali saja staff itu mengatakan sesuatu yang salah maka Namjoon akan langsung bunuh diri detik itu juga.

"Maaf, Tuan Han. Nama Milana Meghan juga tidak kami temukan."

"I ... tidak mungkin." ucap Namjoon lemah, tubuhnya terhuyung dengan kepala yang mendadak pening. "Alana tidak mungkin meninggalkanku, 'kan? Tidak ..."

Pikirannya kembali memutar reka adegan saat ia masih ada di ruang UGD, lalu sekitar satu setengah jam kemudian suara ambulance terdengar bertalu dan kemudian dua orang wanita terlihat didorong menggunakan Scacher * detik itu juga Namjoon ingin turun dan berlari untuk memeluk salah satu wanita yang tergeletak bersimbah darah itu. Hatinya menjerit, Alana terlihat tidak baik-baik saja. Ia menjadi panik dan kacau berusaha mencabut infus yang baru saja dipasang oleh salah satu suster. Karena tindakan brutalnya itu akhirnya Namjoon diberikan suntikan penenang agar ia tertidur. Akan tetapi, sesaat sebelum matanya terpejam sayup-sayup Namjoon dengar perintah dokter untuk segera membawa Alana ke ruang ICU agar mendapat penanganan yang lebih baik.

ICU, ya ruang ICU. Namjoon ingat tempat itu, maka ia pun berjalan ke sana sambil terhuyung, berkali-kali bahkan tampak ia menghapus air matanya kasar, anxiety yang pernah dideritanya terus melumpuhkan pysikisnya membuatnya sulit bernapas dan mengontrol dirinya.

"Alana ... Alana Kim, aku ingin bertemu dengan Alanaku," ucapnya gemetar pada penjaga ruangan khusus itu.

"Tuan tenanglah, anda kenapa?" tanya petugas jaga sedikit bingung melihat kondisi Namjoon yang berantakan.

"Alana, tunjukkan padaku di mana Alana, DI MANA ALANA?!!!!!" jeritnya tiba-tiba sambil mencengkram kerah baju sang suster membuat wanita berpakaian putih itu ketakutan, temannya yang lain pun segera menelpon pihak keamanan untuk menolong rekan sejawatnya yang terintimidasi di bawah kendali Namjoon.

Tanpa Namjoon sadari ia telah berbuat kasar pada wanita penjaga itu, hingga beberapa detik ia terus berteriak sambil mengguncang tubuh sang wanita, barulah kemudian Namjoon tersungkur sambil memegang kepalanya. Ia sangat kesakitan.

"Alana ... kau di mana? Al ... kau di mana?" bibirnya berkomat-kamit, air mata pun keluar semakin banyak dan tidak terkendali. Setelah itu ia bangkit lalu berlari entah ke mana. Petugas keamanan datang terlambat, mereka hadir di sana saat Namjoon telah menghilang.

"Alana ..., kau tidak boleh meninggalkanku Alana tidak ..." Ia terus berjalan tak tentu arah padahal kondisinya sendiri juga belum pulih. Hingga kemudian dalam jarak beberapa meter dari tempatnya Namjoon melihat seorang gadis tengah menatapnya sambil tersenyum. Pemuda itu segera berlari lalu memeluk tubuh wanita tadi sambil menangis histeris.

"Alana, akhirnya kau kembali, Alana ...hiks ...hiks..., berjanjilah kau tak akan pergi lagi, Al ... kau milikku."

Baru saja Namjoon merasa sedikit tenang saat memeluk wanita itu, tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik kerah bajunya dari belakang lalu memukulnya hingga ia tersungkur.

"BAJINGAN APA YANG KAU LAKUKAN PADA ISTRIKU?" teriak pria tadi lalu kembali menghajar Namjoon bertubi-tubi. Sementara itu Namjoon sama sekali tak melawan, ia masih berusaha untuk menggapai tangan wanita yang disangkanya Alana padahal kenyataannya itu hanya orang asing. Bahkan wanita itu terlihat sangat ketakutan karena ulahnya.

"Dasar sakit jiwa!!" desis pria tadi lalu pergi meninggalkan Namjoon yang terperkur bersimbah darah sambil menangis dan terus menyebut nama Alana. Melihat keadaan Namjoon yang seperti itu banyak orang yang mencibir dan menjauhinya, takut jika tiba-tiba Namjoon bertindak brutal dan melukai mereka. Namun, ada juga yang merasa iba dan melaporkan kondisi Namjoon pada petugas sosial.

Tak lama setelah Namjoon terperkur, ia pun mencoba untuk bangun. Netranya yang terluka menatap kesekeliling, semuanya terasa asing, tak ada satupun yang dikenalinya Namjoon pun makin tertekan, kemudian ia kembali berjalan sambil menautkan kesepuluh jarinya, saling meremas menunjukkan betapa sekarang ia sangat tidak bisa menguasai dirinya. 

"Alana ... kau di mana? Aku takut, Al ..." gumamnya sambil terus melempar pandangan berbagai arah, ia sangat cemas, takut dan kebingungan.

"Alana ... aku ikut ... bawa aku bersamamu, Al." Ia terus-menrerus meracau dengan tidak jelas. Netranya berputar gelisah, hingga kemudian ia menemukan sesosok wanita di seberang jalan yang sedang terbengong memunggunginya sembari menatap etalase sebuah toko.

Namjoon tersenyum di tempatnya. 

"Alana, rupanya kau di sana. Alana tunggu aku di sana!!" jerit pemuda itu lalu ....

TBC

*Ranjang rumah sakit yang bisa didorong dengan mudah karena ada roda di bawahnya.

Yandere (Kim Namjoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang