Pengakuan

248 31 2
                                    

Aku membuka pelan mataku dan melirik ke arah arloji ku. Jam tiga pagi , aku sudah merencanakan untuk kabur dari kastil ini. Aku sudah tidak tahan hidup berdampingan dengan orang orang yang aneh.

Aku mulai membuka pelan pintu kamar , dan mulai melangkah pelan.
Melirik ke kiri dan ke kanan untuk memastikan benar benar tak ada orang di setiap lorong.

Sekarang aku sudah mengetahui setiap lorong kastil ini karena tuan Max yang memberitahuku. Sekarang aku sudah berada di ujung lorong ,tetapi ternyata pintunya di kunci.

"Sial !!! Kenapa harus di kunci !!" Umpatku dengan suara lirih.

Aku membalikan badan untuk kembali ke kamar , betapa terkejutnya aku melihat sosok Ric yang sudah berdiri di depanku dengan gaya melipat kedua tangannya di depan.

"Mau kemana , gendut ?" Apa yang harus ku jawab.

Tunggu dia memanggilku gendut, huh jika saja aku berani langsung ku pukul kepalanya , dan juga kutampol mulutnya.
Tapi apa daya keberanian itu tak ada. Dan sekarang aku berfikir keras untuk menjawab pertanyaannya.

"A..anu itu saya anu itu, ah ya ! Saya sedang olahraga , ya olah raga" ucap ku dengan sedikit melakukan gerakan pemanasan. Aku melihat Ric tersenyum, tetapi senyumannya sedikit aneh.

" Kembali ke kamarmu sekarang!!" Dia berkata dengan nada tinggi , mungkin sekarang semua orang sudah bangun mendengar teriakannya.

Tanpa basa basi aku langsung menundukkan kepala dan berjalan menuju kamar ku.

Huh kenapa dia bisa tau aku pergi ke ujung lorong. Apa insting nya sekuat itu?. Hah sudahlah sebelum kena semprot lagi lebih baik cepat cepat kembali ke kamar , dan memikirkan cara untuk kabur lagi.

***

Jam di kamarku menunjukan pukul tujuh pagi. Sekarang aku sedang duduk menikmati sarapanku. Entah mengapa aku seperti di perlakukan seperti tuan putri di sini. Pakaian yang bagus , dan makanan yang sangat lezat, kalau begini terus aku bisa tambah gendut huh.

Aku melihat ke arah sebuah jendela di kamar , ada seekor burung kecil yang sedang bertengger di jendela rupanya.
Aku mendekati burung kecil itu tetapi dia malah pergi. Dan aku berniat kembali ke kasur, tetapi tiba tiba mataku terarah ke bawah yang menampilkan sebuah tempat khusus untuk berlatih bertarung.

Pemandangannya indah semua pria yang sedang berlatih semua bertelanjang dada, memaparkan dada bidang dan perut six pack nya. Dan satu lagi aku melihat Ric di sana. Ku akui sebenarnya dia itu sangat tampan tetapi sifatnya menyebalkan.

Saat aku kembali melihat ke bawah, Tanpa aku sadari Ric , sudah tidak ada di bawah.

" Kemana dia ?" Tanyaku pada diriku sendiri.

" Di sini !" Aku mendengar suara seorang pria dan saat aku menoleh ternyata itu Ric. Bagaimana bisa dia disini, padahal tadi masih di bawah, apakah kemampuannya untuk lari begitu cepatnya. Dan satu lagi dia datang ke kamarku dengan bertelanjang dada dan penuh keringat.

Dia tersenyum simpul padaku , lebih tepatnya seperti senyum untuk meledek.

" Apa yang kau lihat " ucapanya membuyarkan lamunanku.

" Tidak ada!!" Jawabku pelan.

" Bohong!!, Jaga matamu !!" Setelah mengatakan itu dia langsung pergi begitu saja. Kali ini dia menggunakan nada yang sedang tidak seperti biasanya , dia selalu membentak ku.

###

Richard POV

Pagi ini adalah jadwalku untuk melatih para warior terbaik silver moon. Tempat berlatih nya berada di bagian samping kanan kastil.

Saat aku sedang berlatih , tak sengaja mataku melihat jendela kamar Stella.
Aku melihatnya sedang memandangi para warior yang sedang berlatih.

Huh dasar wanita ! Umpatku dalam hati. Aku langsung pergi ke kamarnya untuk memergokinya.

Tak butuh lama aku sudah sampai di depan kamarnya, dan sudah kuduga dia sedang memandangi para warior itu. Tapi dia juga seperti sedang  celingukan mencari seseorang di bawah.

" Kemana dia ? "Dia bertanya pada dirinya sendiri.  Sepertinya dia sedang mencariku.

" Di sini !" Dia langsung menoleh , oh ternyata benar dia sedang mencariku.

" Apa yang kau lihat ?" Tanyaku padanya, walaupun sebenarnya aku sudah tau apa yang sedang dia lihat.

"Tidak ada!" Timpalnya.

" Bohong !, Jaga matamu! " Setelah itu aku pun meninggalkan kamar itu.

Aku keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sedikit aneh. Rasanya seperti mendapatkan sesuatu yang baru dan juga menyenangkan. Aku terus tersenyum senyum sendiri sepanjang jalan. Apa aku mulai menyukainya.

***

Aku pergi membersihkan diri dan mandi , rasanya segar sekali, aku mengambil kaos putih dan celana panjang . Dan setelah itu aku pergi ke kamar sebelah lagi. Membuka pintu dan melihat mate ku yang sedang duduk , sepertinya melamun.

Aku mendekat dan duduk di sampingnya, saat ia tersadar dia langsung mengubah posisi duduknya menjadi sila. Aku melihatnya seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Aku ingin mengatakan sesuatu !" Kataku sedikit ragu ragu.

" Apa?"

Aku menggenggam telapak tangannya, tetapi dia malah melepaskanya dan memasang wajah risih. Tetapi aku akan tetap melanjutkan pembicaraan ini.

" Aku bukan manusia biasa sepertimu !!" Seketika keheningan melanda kamar ini. Tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut Stella.

" Kau tidak terkejut ?" Tanyaku lagi , aku melihat raut wajahnya yang sepertinya tak peduli dengan apa yang baru ku ucapkan.

" Ya aku sudah menduganya, jadi siapa sebenarnya kau ?" Dia bertanya dengan santai, dan tak gemetaran seperti biasanya.

"Werewolf , aku adalah seorang werewolf , aku adalah seorang alpha di pack silver moon !" Aku kembali melihatnya , dan kini Stella menatap wajahku.

" Jika werewolf itu ada , apakah makhluk immortal lain seperti vampir ,peri dan sebagainya itu nyata adanya ?"dia bertanya seperti itu , Kenapa sikap Stella menjadi sangat aneh , aku pikir dia akan ketakutan dan gemetar, tapi yang ku lihat sekarang dia seperti tak menghiraukan perkataan ku dan bersikap santai.

" Ya mereka ada dan nyata , dan satu lagi setiap werewolf mempunyai mate , mate adalah pasangan werewolf yang telah di takdir kan oleh moon goddess !!" Jelasku kepadanya.

Aku kembali berfikir apa ini waktu yang tepat untuk memberitahukan semuanya kepada Stella. Aku ingin memberitahunya tentang jati diriku yang sebenarnya. Tetapi keraguan di dalam diriku masih sangat besar untuk mengungkapkannya.

" Dan kau...." Lanjutku menggantung kata. Aku ragu.

" Ya katakan aku kenapa ?" Kini Stella benar benar menatap wajahku.

Entah mengapa mulut ku Kelu untuk mengatakannya , sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakan padanya jika dia adalah mate ku.

Dan benar aku berubah pikiran , aku beranjak dari dudukku dan melangkahkan kaki keluar tanpa mengatakan apapun kepada Stella , yang aku yakin kini masih menunggu jawaban ku.

Stella [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang