Biarkan air mataku menetes lalu mengalir bersama hujan.
"Ceyco!" Teriak Bastian ditengah derasnya hujan.
“Bisakah ga lu pinggirin motor ini?" pinta Ceyco dengan sesenggukan.
‘Dia menangis? batin Bastian.
Bisa asal lu ikut sama gue”Hening.
Cey, di gang ini biasanya banyak preman, banyak anak tawuran. Bahaya buat cewek jalan sendirian" Jelas Bastian.
Akhirnya Ceyco menurut, ia mengangguk pelan. Bastian turun dari motor ninjanya. Ia melepas jaket kulit yang dipakainya di dipakaikan secara bebas diaantara lengan Ceyco.
"Ga perlu Bas" lirih Ceyco.
"Seloww, gue suka hujan, karena saat hujan itu banyak genangan" Ceplos Bastian.
"Kenangan" kata Ceyco mulai tersenyum.
"Loh.. kok baper sih lu. Gue ngomong fakta loh. Tuh lihat genangan air disekitar lu" hibur Bastian.
"Haha benar juga. Jenius lu Puji Ceyco!" terkekeh.
"Buruan naik, keburu ada petir" titah Bastian.
Ceyco menaiki motor Bastian. Bagaimanapun juga dia tidak tahu arah jalan di daerah ini. Mau nggak mau ya lebih baik ikut Bastian dibandingkan berjalan tidak tentu arah dan sudah tidak ada harapan lagi untuk Kenzo.
'Mungkin gue harus melupakan teman dan cinta masa kecil gue .Biarlah semua berjalan secara alami. Seolah kita baru bertemu seperti kemarin’ Batin Ceyco ditengah kedinginan.
Hujan semakin deras. Ceyco benar-benar kedinginan jaket Bastian tidak mengurangi rasa dinginnya karena bajunya sudah basah semua.
Jari-jari kakinya juga merasa mati karena kontak langsung dengan air dan pijakan motor.
Semenjak Kenzo membopong paksa Ceyco di depan alfamart ia sudah tidak memakai sandal. Jangankan mau ambil sandalnya, memperbaiki posisi duduknya saja sudah susah.
Lama kelamaan Ceyco merasa pening. Rasanya ia sudah tidak kuat. Ia memegang kaos tipis Bastian.
"Bas, ikut pegangan ya sorry" lirih Ceyco tapi masih di dengar oleh Bastian.
"Iya selow" kata Bastian.
Pluk kepala Ceyco sempurna mendarat di pundak bidang Bastian.
Sontak hal itu membuat Bastian Kaget. Namun ia berfikir positif, mungkin ia kedinginan."BTW Lu gimana ceritanya bisa ada disini?" Tanya Bastian berteriak ditengah hujan.
Tidak ada jawaban. Ceyco sudah tidak sadarkan diri.
"Cey"
Hening, hanya ada suara hujan yang menjawab.
"Hoy Cey". Teriak Bastian sambil menggoyangkan sedikit tubuhnya.
Tangan Ceyco pun terlepas dari pegangannya. Bastian memelankan motornya dan menghentikan motornya dipinggir jalan.
"Cey" panggil Bastian sambil menoleh ke belakang.
Dilihatnya kepala Ceyco menunduk dan menyandar pada bahunya. Bastian memutar badanya dengan cepat, tentu saja Ceyco hampir jatuh. Untungnya Bastian dengan sigap menangkap Ceyco.
"Ya ampun Cey"
"Cey bangun, sadar" kata Bastian sambil menggoyang - goyangkan tubuh Ceyco.
Nihil. Tak ada respon.
Ya Ceyco pingsan. Bastia bingung mau dibawa kemana. Mau dibawa ke Rumah sakit tapi terlalu jauh. Akhirnya dia memutuskan membawa Ceyco pulang.
Sesampainya dirumah Bastian menggendong tubuh Ceyco yang lemas. Ia berteriak dan menendang-nendang pintu rumahnya. Tentu saja hal itu membuat orang yang ada di dalam rumah bangun semua. Seorang laki-laki membukakan pintu dengan marah-marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cappucino Girl (TAMAT)
Teen FictionSiapa yang tak mengenal sosok pria yang bernama Kenzo Dirgantoro. Makhluk tampan bah keturunan dewa dengan otak yang cerdas dan kasta menambah nilai plus kesempurnaanya. Seantreo sekolahan juga tau, apalagi dikalangan kaum hawa. Namun dibalik semua...