Hari yang Berat (3)

664 52 9
                                    

I'm the bad boy

I'm the bad boy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sorry SAMPAH-

"Nya jatuh".

Ceyco geram. Ini semua pasti ulah Kenzo. Kedua manik hitam itu saling menumbuk satu sama lain.

"Ini baru permulaan" bisik Kenzo menyeringai.
.
.
.
Sepasang iris hitam memandang Ceyco dari kejauhan. Rasa iba, namun lebih baik menghindarinya jika tidak ingin mendapat masalah. Di ambilnya ponsel dari sakunya.

HP Ceyco bergetar, namun mana sempat ia membuka HP dalam keadaan seperti ini.

Lima menit lagi bel masuk berbunyi.
Ceyco harus membersihkan dirinya di toilet, tidak mungkin dia ikut kelas dalam keadaan seperti ini.

Bau amis telur dan bau busuk sampah menjalar ke seluruh tubuhnya.

Beberapa siswa yang ada di toilet melirik ke arah Ceyco dengan tatapan jijik, sinis, dan sendu. Rasanya seperti nano-nano bukan? ramae rasanya.

Ceyco selesai mandi. Bel masuk berbunyi disiplin tanpa terlambat sedikitpun. Kaki jenjang itu melangkah keluar dari balik pintu toilet.

"BURRR" tepung tapioka menghujani dirinya dan baskomnya sempurna menjadi topi hias di kepalanya.

Ceyco mendengus. Ini sudah terlambat. Akhirnya mau tidak mau ia harus membilas badannya lagi. Ia memutuskan untuk memakai jaket.

Tidak ada pilihan lain. Ceyco selalu membawa baju cadangan karena itu adalah resikonya sejak  menantang Kenzo.

Hanya saja Ceyco tidak  menyangka murid-murid lain juga akan membulinya. Sungguh ironis bukan.

Kenzo benar-benar kejam jika menyangkut tentang sesuatu yang mengusiknya.

'Bagaimana mungkin orang yang sudah menjadi mantan namun dibela mati-matian' batin Ceyco.

'Cinta macam ini?'

'Atau memang Kenzo sudah gila'

Satu hal yang tidak Ceyco mengerti adalah putusnya hubungan antara Kenzo dan Alisa adalah titah dari Ibunya Kenzo.

Bagi Bu Carlina, Alisa adalah pembawa kekacauan. Alih-alih menjadi orang yang baik namun malah menjadi bejat dengan dalih broken home.

Broken home bukan alasan untuk menghancurkan diri sendiri meskipun niat awalnya untuk menghilangkan beban pikiran, meluapkan emosi, melupakan masalah, apapun itu alasannya itu tidaklah keren. Itu hanya perwujudan nyata dari seorang pecundang.

Seharusnya dengan broken home mental mereka harusnya menjadi lebih kuat dan semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mungkin tidak mudah tapi itu adalah suatu proses untuk mempercepat pencapaian kesuksesan dan hidup mandiri tanpa menggantungkan mereka yang menyakiti fisik ataupun psikis.

Cappucino Girl (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang