Sang Pemain Drama

836 66 17
                                    

Memainkan sebuah drama adalah caraku untuk mendekatimu lagi.

Kenzo melangkah mennyusul kedua sahabatnya. Ia tampak lesu, namun seketika rasa lesunya itu hilang saat melewati koridor.

Tentu saja Kenzo jaim menampakkan wajah lesu di depan deretan siswa-siswi yang menyambutnya.

Manusia super narsis yang menganggap seluruh siswa-siswi yang ada di koridor adalah penggemar dan pengikutnya, padahal sebagian dari mereka bukan keduanya namun hanya siswa-siswi yang lewat.

Ceyco meletakan tasnya di bangkunya. Tak lama kemudian Bastian dan Farel muncul. Di susul Kenzo dengan sejuta tebaran pesona berlalu melewati Ceyco. Rasa malunya terhadap Ceyco sudah hilang. Ia memilih bersikap stay cool.

"Hai lady...May be you dislike a flower, So..." omongan Kenzo terpotong oleh Ceyco

"Bukan karena ngga suka, tapi gue kasih tau lu..." kata-kata Ceyco terhenti saat telunjuk Kenzo mengunci bibir mungil Ceyco.

"Ssst... I Knew it, So this is for you" Kenzo memberikan foto selfienya yang ada tanda tangan dibaliknya, ia juga menyodorkan coklat batang yang lezat.

Ceyco tercengang melihat tingkah Kenzo, begitupula anak-anak seisi kelas.

Disaat semua anak berfikir Kenzo berubah menjadi lulut terhadap wanita, Ceyco, Bastian, dan Farel tidak berfikir demikian karena mereka tahu ini hanya plesetan untuk menutupi Kenzo dari sifat malunya. Sungguh ini adalah narsisme yang kreatif.

"Asli gue mau ketawa" kata Farel.

"Tahan entar malah marah si Kenzo" ujar Bastian.

Bel masuk berdering. Semua murid sibuk ke bangku masing-masing, bagi siswa/siswi yang rumpi tentunya.

Pelajaran pertama pun dimulai dengan lancar. Kali ini merupakan pelajaran matematika.

Pak Hazelt guru matematika langsung memberi muridnya 50 soal untuk pemanasan. Setelah mereka mengumpulkan pekerjaan mereka.

"Dari 50 soal tersebut ada pertanyaan?" Suara Pak Hazelt memenuhi ruangan yang hening.

"Baiklah jika tidak ada, maka silahkan dibuka Bab selanjut. Bab logaritma. Saya kasih kalian waktu 10 menit untuk membaca dari halaman 31-36".
.
.
10 menit kemudian.

"Ada pertanyaan?" Pak Hazelt membuka suara.

Semua murid hanya terdiam tidak ada yang mengajukan pertanyaan.

Mereka semua tahu jika salah satu dari mereka mengajukan pertanyaan, maka murid lain di suruh menjawab, jika tidak bisa atau salah maka pertanyaan tersebut di oper ke murid lainnya lagi dan begitu seterusnya hingga siswa di kelas ke bagian semua apabila tidak ada jawaban yang benar.

Pak Hazelt menerangkan Bab logaritma dengan hikmatnya disertai beberapa lelucon sehingga murid tidak bosan.

Setelah menerangkan, ia memberi 25 soal lagi kepada siswanya. Bagi dia tidak ada hari tanpa 50 soal matematika disekolah, kecuali jika bel pergantian jadwal/bel pulang berdering saat beliau hendak memberikan 25 soal yang kedua.

Namun jangan salah, bagi Pak Hazelt juga tidak ada hari penutup pelajaran matematika tanpa soal minimal 100 soal.

Ini hanya diberlakukan di kelas A1 lain halnya kelas biasa yang hanya dikasih bekal 100 PR soal matematika sebelum pulang.

Meskipun begitu tidak ada yang mengeluh, jika ada yang mengeluh dipersilahkan mundur dan pindah kelas tanpa bisa menikmati fasilitas lebih dan menghirup kebebasan yang luar biasa yang hanya diberikan kepada kelas A1.

Cappucino Girl (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang