Suasana lalu lintas Jakarta sepertinya tidak berpihak pada Rasti. Sudah hampir 1 jam Rasti dan Agung berada ditengah kemcetan Kota Jakarta, dengan kata lain sudah 1 jam pula Rasti dan Agung tidak saling berbicara setelah insiden pertemuan Agung dan Raehan. Ada perasaan bercampur dalam hati Rasti, rasa bersalah pada Agung dan rasa cemas pada Raehan untuk tidak salah paham terhadap dirinya dan Agung. Sesekali ia menoleh kearah Agung, tergambar raut wajah dingin, seperti disekeliling mereka membuka jika menatap wajah itu.
"Tadi ... di RS ngapain?" Rasti memberanikan diri untuk memulai pembicaraan
"Kerja" jawab Agung datar
"Dari jam berapa disana?"
"Jam 1"
"Tapi kok ngga bawa mobil?"
Kali ini Agung tidak menjawab pertanyaan Rasti. Rasti menoleh kea rah Agung, masih dengan raut wajah yang sama seperti yang sebelumnya, dingin. Suasana macet menambah momen canggung diantara mereka.
"Raehan itu cuma temen kok" sambung Rasti. Agung menghentikan mobil, kemudian terdiam.
"Mau lebih dari teman juga ngga masalah, kan ngga ada hubungannya ama gue" jawab Agung tanpa melihat kearah Rasti
"Ya kalau ngga ada masalah kenapa jadinya kita mesti canggung gini?" Nada suara Rasti mulai meninggi
"Ngga ada yang canggung, lo nya aja yang mikirnya terlalu jauh. Lagian dalam syaratnyakan udah jelas urusan pribadi itu pihak lawan ngga berhak ikut campur"
"Oke ! gue pastiin situasi kaya gini ngga bakalan keulang, dan kalau ketemu ama Raehan usahakan lo bersikap yang sewajarnya"
"Sewajarnya ? sikap gue ngga berlebihan kok"
"Lo tau ngga, tingkah lo tadi itu seperti kaya nantangin Raehan"
"nantangin apaa? Gue biasa-biasa aja. Terserah lo deh mau mikir apaan, intinya sikap gue sah-sah aja. Gue turun disini, lo bisakan nyetir sendiri?"
Agung kemudian turun, dan menuju ke sebuah café yang berada tidak jauh dari tempatnya menghentikan mobil. Sejenak Rasti memperhatikan Agung yang sedang berjalan menuju ke café tersebut. Merasa penasaran, akhirnya ia menunggu untuk melihat dengan siapa Agung janjian di café tersebut. Tak berapa lama, sosok wanita dengan tubuh indah bak model memasuki café tersebut dan yap! Wanita itu duduk di meja tempat Agung menunggu.
'semua cowo sama aja' ungkap Rasti yang kemudian melaju dengan mobilnya.
∞ ∞
Pagi datang dengan kecerahannya. Suasana IGD yang tidak terlalu ramai seperti mendukung raut wajah Rasti. Tak ada kecerahan.
"Kenapa sih Ras?" tanya Eca
"Huufftt" Rasti hanya menjawab dengan helaan napas
"Ngga bisa tidur ?"
"Huuffftt"
"Apaan sih nih anak, ditanya malah menghela napas gitu. Lama lama aku intubasi nih?!"
"Pusing nih"
"mikirin apa?"
"Sumpah ya aku tuh ngga pernah tau maunya dia tuh apa, lagian ya kenapa juga akunya mesti rasa bersalah? Toh dia bukan siapa-siapa"
"Apa sih ini ? siapa yang dimaksud? Haaa .... Agung ?! Habis apa lagi sih kamu sama Agung?"
"Ngga ngertilah sama dia. Padahal ya Ca, dia sendiri aja sibuk janjian ama cewe lain, masa aku ngga bisa ngelakuin hal yang sama. Isssh "
Eca hanya melongo mendengar ocehan sahabatnya itu
"Pertanyaan aku,emang kamu habis ketemu sama siapa selain sama Agung? Cowo yang mana?"
![](https://img.wattpad.com/cover/208162433-288-k237038.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Mate
RomanceRasti mengalami kejenuhan dalam kesehariannya. Ia adalah seorang dokter dan memilih pekerjaan sampingan menjadi seorang penulis novel bergenre romantis. Padahal Rasti memiliki pengalaman kurang bahagia dalam urusan percintaan. apakah Rasti dapat be...