AGUNG ATAU RAEHAN

45 1 0
                                    

"Jadi, Rasti bisa jelaskan sekarang, siapa dia da nada hubungan apa kalian" suara ayah Rasti memecah keheningan

"Ini Raehan Pa" jawab Rasti

"Iya, papa tau. Kalian ada apa sebenarnya?"

"Raehan ini kepala penerbit novel Rasti Pa"

"Okey, lalu ?"

"Ngga ada kata lalu Pa"

"Kalau kamu Raehan, ada yang mau disampaikan ?"

"Saya, memang kepala penerbit novel Rasti om. Saya datang kesini, untuk memberitahu Rasti kalau minggu depan novelnya sudah terbit"

"Kan bisa lewat telpon atau chat"

"Nomer Rasti ngga bisa dihubungi Om" jelas Raehan

"Yakin ngga ada yang lebih diantara kalian?"

Sejenak suasana menjadi hening. Sangat hening.

"Raehan, jika memang kamu punya sesuatu yang special pada Rasti, lebih baik kamu hentikan sekarang"

"Tapi Om ... "

"Pah .. " Rasti dan Raehan menjawab dengan bersamaan

"Kenapa ? apa kalian sudah punya hubungan ?"

"Ngga Yah" Agung akhirnya berbicara

'ayah ? Agung manggil papa, ayah?' bisik Rasti dalam hati

"Mereka hanya berteman, hanya sebatas atasan dan karyawan" jelas Agung, sambil melirik kea rah Raehan

"Kamu yakin ?"

"Iya Yah, saya jaminannya" ungkap Agung meyakinkan ayah Rasti. Rasti hanya menatap Agung seolah-olah mengatakan Agung sudah kehilangan akal sehatnya

"Oke baik. Kalau sampai ada masalah, kalian berdua akan tau akibatnya" ungkap ayah Rasti pada Rasti dan Agung

"Raehan kamu boleh pulang" tambah ayah Rasti pada Raehan

"Baik om. Kalau begitu saya pamit. Rasti tolong chat saya nanti dibalas" ungkap Raehan seraya berpamitan

Rasti mengangguk, mengiyakan permintaan Raehan.

"Karena ada insiden ini, papa sudah berencana untuk memajukan pertunangan kalian"

"Apa?!!" Rasti dan Agung menyahut bersamaan

"Om ... eh Ayah coba dipikirkan dulu, Rasti dan saya masih ..."

"Masih apa ? Terlalu banyak insiden yang akan muncul nantinya, ini baru satu. Papa ngga mau ada kejadian-kejadian seperti ini lagi. Sebaiknya kalian bersiap untuk acara kalian"

Rasti dan Agung hanya dapat terdiam lesu.

"Pa, Rasti sebenarnya ... belum bisa memastikan bisa sama Agung atau ngga"

"Rasti ..." bisik Agung

"Rasti hanya belum bisa nentuin apa bisa baik sama Agung"

"Apa karena laki-laki tadi ?" tanya ayah Rasti dengan nada yang sedikit tinggi

"Raehan itu baik ke Rasti, dia sejauh ini bisa buat Rasti nyaman"

Sejenak suasana ruangan kembali sunyi

"Rasti sebaiknya kamu keluar, Agung kamu juga"

"Pa .."

"Kamu keluar dulu Rasti, perbaiki hati kamu"

Rasti dan Agung akhirnya keluar dari ruangan ayahnya.

"Gung .. aku ..."

Tanpa mendengar penjelasan Rasti, Agung langsung pergi meninggalkan Rasti

Emergency MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang