KEPUTUSAN

35 2 0
                                    

Rasti dan Agung sudah tiba dirumah mereka. Sudah ada disana, Om Hadar beserta ayah dan ibu mereka.

"Jadi .. mau di jelaskan sendiri ?", sahut Ayah mereka memecah suasana

"Pa tadi itu ...."

"Penjelasan apa lagi, udah terlihat jelaskan", sambung Agung tanpa menunggu Rasti menyelesaikan kalimatnya

"Kalian kembali berhubungan ?", tanya Om Hadar. Pertanyaan tersebut membuat ibu mereka terkejut

"Itu benar Rasti ?", tanya Ibu mereka tidak yakin

"Sebenernya ..... Rasti belum memutuskan", jawab Rasti ragu. Agung berbalik kaget kearah Rasti

"Maksud kamu ?", tanya Agung

"I..iya kan, kita belum memutuskan punya hubungan apa. Lagian kalau sikap kamu kayak gini belum berbaikan sama papa gimana kita bisa melangkah lebih jauh"

"Ini tuh ngga ada hubungannya Rasti, mau hubungan aku ke kamu atau hubungan aku dengan keluarga ini berbeda"

"Kenapa ? toh kalau kita balik bersama, kamu akan tetap menjadi keluarga ini kan, jadi sebaiknya kamu pahami dulu perasaan kamu Agung",

"Ras ..",

"Aku balik duluan ya Ma, Pa ..", Rasti kemudian beranjak dari duduknya. Ia berjalan keluar dari rumah, disusul dengan Agung yang menarik tangan Rasti

"Kamu kok ngomong gitu sih tadi ?"

"Ngga salahkan ? aku ngga mau kalo nanti kita sama-sama, kamu sama papa masih kaya gini"

"Rasti, ini tuh ngga ada kaitannya. Aku ya aku, mereka ya mereka. Kalaupun mereka masih ngga mau menganggap aku ya sudah"

"tapi aku ? kamu ngga mikirin aku ? aku memang bukan bagian dari keluarga ini. Tapi yang menjadi perdebatan awal karna mereka menganggap aku anak mereka kan, dan itu sudah tercatat. Dan kalau kamu mau bersama aku, artinya kamu juga harus bersama mereka, Agung. Tolong kamu pikirin lagi, kalau memang kita bakalan bersama, sebaiknya kamu lupakan keegoisan kamu"

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rasti menghempaskan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya. Pikirannya bercampur aduk, tawaran dari Angga yang terus berputar-putar dalam otaknya, ditambah lagi keadaan Agung dan ayahnya yang entah sampai kapan akan berbaikan.

Drrr.... Drrrr...., ponsel Rasti bergetar

"Halo ?"

"Rasti, kamu dimana ?"

"Baru sampai apartemen Mba Dian, ada apa ?"

"Acara book signing jadikan sabtu ini ? kamu udah terima emailnya ?"

"Astagaa ... oke Mba aku cek dulu, ntar biar diatur jam nya"

"Oke, kabari secepatnya ya"

"Oke Mba"

Rasti menutup teleponnya. Masih ada pekerjaan yang harus ia selesaikan. Dengan tidak bertenaga Rasti bangun dari pembaringannya dan kemudian membuka laptop miliknya. Diambilnya kalender yang berada diatas meja tulisnya, mencocokkan jadwal kerjanya dengan acara book signing novel ketiga yang baru ia terbitkan

Ting ... Tong ..., bel apartemen Rasti kali ini yang berbunyi. Ia kemudian berjalan untuk melihat siapa yang datang

"Naila", bisik Rasti. Kemudian ia membukakan pintu pada wanita itu

Emergency MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang