1'4

11 2 0
                                        

Sehari setelah bunuh diri

Senja sedang berada di dalam kelas. Ia memakan bekal nya tanpa satu pun teman yang berniat makan bersama nya.

Tak lama handphonenya bergetar. Membuat nya menghentikan aktivitas makannya, dan membuka handphonenya.

6 Sky Scrapper

"Ada berita duka untuk kita semua" -Marisha.

"Meisha meninggal" -Marisha.

Senja terdiam melihat isi pesan itu. Apa ini benar? Ini mustahil kan? Tidak mungkin Meisha pergi.

"Innalilahi" -Rizal.

"Kamu beneran?"

"Iyalah" -Marisha.

"Turut berduka cita" -Vidya.

"Gak ini pasti gak mungkin" gumam Senja sembari menggeleng kan kepalanya.

Tapi mana mungkin Marisha berbohong. Apa ini benar? Sulit untuk memercayainya.

"Kalian pulang sekolah kapan?" -Marisha.

"Jam 3" -Noval.

"Yauda entar kita layat dia y. Besok baru kita izin buat pemakaman" -Marisha.

"Bagi alamatnya"

Senja terdiam di tempatnya. Tanpa berpikir lagi, Senja keluar dari kelas. Ia pergi menuruni banyak tangga. Sembari berlari. Mengatakan pada satpam bahwa ia izin.

Ia pun segera menaiki angkutan umum. Tentu saja ia akan pergi ke rumah Meisha saat ini.

Ia harus melihat nya sendiri. Ia harus mengatakan bahwa ini semua mustahil.

Setelah sampai di rumah yang megah dan besar itu, ia mengetuk beberapa kali pintu itu.

Dibuka lah pintu itu oleh wanita paruh baya. Seperti ia adalah pembantu.

"Bu, Meisha nya ada?" tanya Senja.

Seketika wanita itu menangis. Lalu wanita itu menarik tangan Senja. Membawa nya pergi ke kamar Meisha.

Ketika memasuki kamar Meisha, terdapat orang tua Meisha yang menangis deras. Dan beberapa polisi dan detektif yang sedang mencari penyebab.

Seketika Senja jatuh melihat semuanya. Apalagi melihat Meisha yang telah berada di kasur nya dengan wajah yang putih pucat.

Lalu terdapat tali, yang seperti nya alat Meisha bunuh diri.

Tidak ini tidak mungkin. Sahabatnya tidak mungkin pergi. Tapi ini semua nyata.

Seketika ibu Meisha melihat Senja yang terpuruk. Ia berdiri menghampiri Senja. Lalu Meisha memeluknya erat.

Senja menangis, menangis sederas mungkin. Membuat bahunya naik turun. Ia terisak sangat pilu. Merasakan hati nya sakit. Matanya perih melihat kenyataan ini.

"Tante... ini semua hanyalah kemustahilan kan?"

"Tante... Meisha gak pergi kan?"

"Itu pasti bukan Meisha kan tante? Itu bukan Meisha kan?"

"Tante jawab tante"

Ibunya Meisha hanya bisa memeluk nya sembari diam dan menangis. Ia tak tahu lagi harus berkata apa.

Fajar Berakhir SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang